“Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” Kejadian 18: 25

Bacaan: Kejadian 18: 23 – 33
Kata “nego” adalah salah satu kata yang populer di Indonesia. Arti kata ini adalah tawar-menawar. Kata nego berasal dari kata negosiasi yang berarti proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan antara satu pihak dengan pihak yang lain. Proses ini bisa mempunyai beberapa tujuan seperti:
- untuk mengatasi atau menyesuaikan perbedaan,
- untuk memperoleh sesuatu dari pihak lain,
- untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak dalam melakukan transaksi,
- untuk menyelesaikan sengketa/perselisihan pendapat.
Di beberapa negara, hal tawar-menawar sudah menjadi norma dan bukan merupakan sesuatu yang tidak etis. Di kota Solo misalnya, ada pasar Klewer dimana kita bisa melakukan tawar-menawar harga pakaian batik, kain batik, pakaian anak dan orang dewasa, aksesoris hingga suvenir. Begitu juga kota Surabaya mempunyai pasar Atom, dan kota Jakarta mempunyai pasar Tanah Abang. Mereka yang tidak faham soal tawar-menawar atau tidak menyukai tawar-menawar di pasar tentunya tidak akan bisa memperoleh harga yang terbaik. Tidak mau menawar akan merugikan diri sendiri, kata orang.
Dalam kitab Kejadian 18:23 – 33 dikisahkan bagaimana Abraham melakukan negosiasi dengan Tuhan mengenai rencanaNya untuk menghukum penduduk kota Sodom yang sudah lama hidup dalam dosa dan mengabaikan perintahNya. Mungkin sebagai seorang pengusaha lahan pertanian dan peternakan, Abraham sudah terbiasa untuk melakukan tawar-menawar dengan banyak orang. Tetapi, pada kali ini ia mencoba ber-nego dengan Tuhan.
Tuhan menyatakan rencanaNya untuk menghancurkan Sodom dan penghuninya. Untuk Abraham, ini adalah sesuatu yang terlalu berat karena ia merasa ada orang-orang yang baik di kota itu yang tidak perlu dihukum bersama yang lain. Dari ayat-ayat bacaan di atas kita bisa membaca bahwa Abraham cukup ulet dan tidak sungkan-sungkan dalam melakukan tawar-menawar dengan Tuhan, Namun pada akhirnya Abraham tidak berhasil memperoleh apa yang diharapkannya. Semua usahanya sia-sia karena Tuhan sudah mempunyai rencana berdasarkan apa yang sudah diketahuiNya. Apakah tindakan Abraham keliru?
Barangkali apa yang diusahakan Abraham adalah serupa dengan apa yang kita lakukan ketika ada masalah besar yang kita hadapi. Mungkin kita memohon kepada Tuhan untuk mengubah apa yang terjadi dalam hidup kita. Dalam keadaan pandemi saat ini, dengan doa-doa yang tidak berkeputusan, doa bersama dengan orang beriman, atau dengan puasa, kita mungkin berusaha agar Tuhan melakukan sesuatu untuk menolong kita atau orang lain. Kita melakukan semua itu karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan dan apa yang akan Tuhan lakukan. Tetapi Tuhan yang mahatahu tentunya tahu apa yang akan terjadi dan pasti sudah mempunyai rencana untuk menghadapi semua itu.
Dalam keadaan putus asa, mungkin karena kita merasa bahwa Tuhan mempunyai pendapat yang berbeda dengan kita, seperti Abraham kita berusaha untuk mencapai kompromi dengan Tuhan, walaupun kita tahu bahwa Tuhan adalah mahabijaksana dan mahatahu. Sebagai manusia kita tidak tahu jalan pikiran Tuhan dan tidak dapat memberi nasihat kepadaNya agar Ia mengambil keputusan yang kita anggap baik.
“O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?” Roma 11: 33-34
Satu hal yang mengherankan adalah kenyataan bahwa Tuhan mau mendengarkan tawaran Abraham dan tidak murka kepadanya. Sudah tentu Abraham kuatir bahwa Tuhan akan marah karena ia berani ber-nego, tetapi Tuhan tetap dengan sabar mendengarkan “tawaran” Abraham. Tuhan tidak juga menertawakan Abraham karena kebodohannya, Tuhan tahu bahwa Abraham adalah manusia yang terbatas kemampuannya. Tuhan justru seakan menikmati suasana “tawar-menawar” antara Dia yang mahabijaksana dengan manusia yang bodoh.
Hari ini, kita harus sadar bahwaTuhan menganjurkan umatnya untuk berdoa kepadaNya. Ia senang jika kita ber-nego dengan Dia. Sekalipun Dia tidak pernah keliru dalam rencana maupun keputusanNya, Tuhan tidak akan marah mendengarkan semua alasan dan tawaran kita. Mengapa demikian? Tuhan menghargai umatNya yang mau mendekatiNya sekalipun mereka bukanlah orang yang bijaksana. Tuhan senang kalau kita mendekati Dia dan berusaha mengerti apa yang dikehendakiNya. Melalui doa, kita bernegosiasi dengan Dia agar kita makin percaya kepada Dia dan yakin bahwa apa yang direncanakanNya adalah baik adanya. Sekalipun kita tahu bahwa sebagai manusia kita tidak dapat mengubah rencana dan keputusanNya, kita akan bisa lebih yakin akan masa depan karena adanya kesadaran bahwa Tuhan kita bukanlah Tuhan yang bisa melakukan kesalahan dan yang tindakanNya perlu dikoreksi oleh manusia ciptaanNya, tetapi Dia adalah Tuhan yang mahakuasa, mahatahu, mahabijaksana dan mahakasih.
“Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Matius 6: 9 – 10