Bukan karena kemampuan bernegosiasi

Kemudian bernazarlah ia, katanya: “TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.” 1 Samuel 1: 11

Kisah hidup Hana sudah sering disampaikan di gereja. Pada umumnya, makna yang ditampilkan adalah penderitaan, iman, doa dan pertolongan dari Tuhan yang terjadi dalam hidup Hana. Suami Hana, Elkana, sangat mencintai Hana yang mandul, bukan Penina sang istri kedua yang subur. Penina berharap kesanggupannya untuk menyediakan anak bagi suaminya akan membuatnya lebih dicintai daripada Hana. Hal ini menyebabkan kesedihan yang mendalam bagi kedua wanita tersebut. Seorang istri yang mandul dan menginginkan anak dan satu istri subur dan menginginkan cinta. Orang bisa bersimpati dengan penderitaan mereka. Alih-alih menghibur satu sama lain, kecemburuan Penina menyebabkan dia menyakiti hati Hana, terus-menerus mengejek ketidakmampuan Hana untuk hamil. Ini berlangsung selama bertahun-tahun. Namun, Hana menunjukkan rahmat dan martabat dengan menahan lidahnya dan terus berdoa kepada Tuhan memohon seorang anak.

Suatu hari, Hana mengunjungi bait suci dan berada dalam kesusahan sehingga dia mengucapkan doanya dalam hati dan dilihat oleh pendeta, Eli. Ketika Eli mendekatinya, Hana menjelaskan bahwa dia berdoa untuk seorang anak, dan dia berjanji kepada Tuhan bahwa jika dia memberinya seorang putra, dia akan mempersembahkannya kepada Tuhan. Sekalipun Hana sudah tidak dapat mempunyai anak karena Tuhan sudah menutup rahimnya (1 Samuel 1: 6), Hana rupanya masih percaya bahwa Tuhan memegang kunci hidupnya. Ia masih ingin bernegosiasi dengan Tuhan!

Tuhan menghargai ketekunan dan kesabarannya, dan Hana kemudian hamil dan melahirkan seorang putra, Samuel. Hana mengasuh Samuel sampai dia disapih pada usia sekitar tiga tahun. Ketika saatnya tiba, Hana membawanya ke Bait Allah, seperti yang dia janjikan, dan mendedikasikan Samuel untuk pelayanan Tuhan dalam sebuah upacara khusus. Perlu dicatat bahwa sebenarnya Hana dapat menebus nazarnya dengan membayar sejumlah uang kepada para pendeta, tetapi dia tetap menepati janjnya.

Apakah Tuhan memberi Hana seorang anak karena nazarnya? Apakah Hana pandai bernegosiasi dengan Tuhan sehingga Ia mau mengalah kepada Hana? Inilah pertanyaan yang mungkin kita ajukan. Kalau keputusan Tuhan bisa dipengaruhi oleh keinginan manusia, Tuhan bukanlah Oknum yang mahakuasa. Kalau Ia bisa dipengaruhi oleh pemberian dan janji manusia, Tuhan bukanlah Oknum yang mahakaya dan sumber kehidupan alam semesta.

Ide bahwa ada kuasa di dalam doa orang percaya merupakan ide yang amat populer. Menurut Alkitab, kuasa doa itu merupakan kuasa Tuhan yang mendengar dan menjawab doa. Ide populer lainnya terkait pada keyakinan bahwa tingkat iman kita menentukan apakah Tuhan akan menjawab doa-doa kita atau tidak. Ini tidak benar. Namun, Tuhan bisa menjawab doa manusia sekalipun kurang beriman. Tuhan memberi kepada siapa pun yang ingin Dia beri.

Dalam Kisah 12, gereja berdoa agar Petrus dibebaskan dari penjara (ayat 5), dan Allah menjawab doa mereka (ayat 7-11). Petrus datang ke tempat di mana kebaktian doa diadakan dan mengetuk pintu, namun orang-orang yang berdoa itu tidak percaya bahwa itu benar-benar adalah Petrus. Mereka berdoa agar dia dibebaskan, namun sebenarnya tidak mengharapkan doa mereka dijawab. Mereka sebenarnya bukan orang-orang yang ingin benar-benar bernego dengan Tuhan.

Hari ini firman Tuhan menyatakan bahwa kuasa doa tidak berasal dari kita; tidak ada kata-kata khusus yang bisa kita ucapkan atau cara-cara khusus untuk mengucapkannya atau bahkan berapa sering kita mengatakannya. Kuasa doa tidak berdasarkan ke mana kita menghadap ketika berdoa atau posisi tertentu dari badan kita. Kuasa doa tidak datang dari orang lain, baik yang masih hidup atau sudah mati, atau karena adanya tempat yang dianggap suci, atau juga karena adanya simbol-simbol keagamaan tertentu. Kuasa doa datang hanya dari Dia yang mahakuasa, yang mendengar doa kita dan menjawabnya. Doa adalah seperti upaya negosiasi rohani yang menghubungkan kita dengan Tuhan yang Mahakuasa. Kita harus mengharapkan hasil akhir yang baik, baik ketika Dia mengabulkan permohonan kita maupun tidak. Apapun jawaban atas doa kita, Tuhan, yang kepadaNya kita berdoa, adalah sumber dari kuasa doa. Dia bisa serta akan menjawab kita, sesuai dengan kehendak dan waktu-Nya yang sempurna.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s