Hanya Tuhan yang berhak mengutuki

“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” Roma 12: 19

Pernahkah anda memperhatikan bagaimana suatu negara atau organisasi menyampaikan “press release” atau “pernyataan resmi” yang berupa protes atas tindakan negara lain atau atas apa yang dilakukan seseorang? Dalam bahasa Inggris, biasanya istilah yang dipakai adalah “to condemn“, yang diartikan sebagai “menyatakan bahwa tindakan itu adalah jahat” atau “mengecam keras”. Untuk maksud yang sama, dalam bahasa Indonesia kata “mengutuk” sering dipakai, walaupun terjemahan bahasa Inggrisnya adalah “to curse“, yaitu mengirim kuasa ilahi untuk menjatuhkan hukuman.

Dalam Alkitab berbahasa Inggris, kata condemn memang bisa dipakai seperti kata curse untuk menyatakan hukuman Tuhan kepada ciptaanNya yang tidak menghasilkan apa yang diharapkanNya. Jika Tuhan kita bisa mengutuki ular, bumi dan manusia (Kejadian 3: 14-19), sebagai orang Kristen bolehkah kita mengutuki orang lain?

Suatu ketika, ketika sebuah desa di Samaria menolak kedatangan Yesus dan murid-muridNya, Yakobus dan Yohanes langsung ingin membalas dendam. “Tuhan,” mereka bertanya, “Apakah Engkau mau, supaya kami menurunkan api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (Lukas 9:54). Yesus tidak menginginkan itu, dan Dia “berpaling dan menegur mereka” (ayat 55). Yakobus dan Yohanes pada saat itu tidak sadar bahwa “Allah tidak mengutus AnakNya ke dunia untuk menghakimi dunia, tetapi untuk menyelamatkan umat manusia oleh (melalui) Dia” (Yohanes 3:17).

Memang dalam hidup ini banyak orang yang agaknya masih menganut paham “mata ganti mata”. Dengan demikian, mereka menyukai hal-hal yang berhubungan dengan pembalasan (revenge, avenge, vengeance). Alkitab memang mempunyai banyak ayat yang berhubungan dengan soal membalas dendam. Tetapi, seperti yang tertulis dalam ayat pembukaan diatas, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, pembalasan dendam selalu dihubungkan dengan hak Tuhan.

Mengapa Tuhan menyatakan bahwa Ialah yang berhak membalas dendam? Itu karena Tuhanlah yang memiliki seluruh jagad raya, termasuk semua makhluk hidup dan manusia. Manusia secara pribadi bukanlah pemilik apapun di dunia, dan seperti Yesus, bukanlah wakil Tuhan yang ditugaskan untuk menjadi hakim dunia; karena itu ia tidak berhak menuntut balas. Umat Kristen adalah wakil Tuhan untuk membawa kabar baik yang bisa membawa orang yang sejahat apa pun untuk menerima keselamatan melalui Yesus. Selain itu, setiap orang dalam keterbatasannya tidak tahu sepenuhnya akan apa yang benar dan apa yang salah. Karena itu, hanya Tuhan yang pada hakikatnya berhak menjadi hakim yang menjatuhkan hukuman kepada mereka yang melawan Dia.

“Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.” Amsal 16: 2

Tuhan Yesus bukan saja melarang pengikutNya membalas dendam, Ia malahan menyuruh mereka untuk melawan kejahatan dengan kesabaran.

Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Matius 5: 38 – 39

Jika membalas dendam adalah dosa yang melanggar perintah Tuhan, mereka yang mudah naik darah biasanya mudah terpancing untuk melampiaskan kemarahannya dengan melakukan kekerasan. Memang kemarahan yang tidak segera dihentikan, lambat laun akan berlanjut dengan kebencian dan pertengkaran (Amsal 10: 12). Karena itu Yesus memberikan perintah agar murid-muridnya tidak membiarkan kemarahan yang ada untuk berlanjut-lanjut, apalagi dengan munculnya kata-kata kutukan, karena iblis menantikan kesempatan untuk menghancurkan hidup mereka yang dikuasai amarah, seperti apa yang terjadi pada Kain yang membunuh Habel saudaranya.

“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” Efesus 4: 26 – 27

Pagi ini, jika kita bangun dan melihat matahari terbit, kita harus sadar bahwa satu hari sudah lewat dan hari yang baru sudah datang. Kesempatan untuk kita bisa menghilangkan rasa marah dan dendam sudah diberikan, dan apa yang selanjutnya terjadi dalam hidup kita akan menunjukkan apakah kita benar-benar sudah menjadi pengikut Yesus.

“Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Matius 6: 15

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s