“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih.” Efesus 5: 1
Bacaan: Efesus 5: 1-21

Dalam ayat di atas, Paulus menulis pesan kepada jemaat di Efesus agar mereka menjadi “penurut-penurut” Allah. Apa maksud Paulus? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata penurut mempunyai tiga arti yaitu: pengikut, orang yang suka menurut dan orang yang patuh. Namun, dalam Alkitab yang berbahasa Inggris kata ini ternyata muncul sebagai “peniru” atau “imitator.” Dengan demikian, bukan saja kita menjadi orang-orang yang patuh kepada perintah Tuhan, kita juga harus mau meniru Tuhan atau menjadi tiruan-Nya. Bagaimana manusia bisa meniru dan menjadi tiruan Allah yang mahasempurna?
Pada waktu Allah menciptakan manusia (Kejadian 1: 26-27), Ia menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya. Sudah tentu setelah kejatuhan dalam dosa, manusia tidak lagi bisa menjadi gambar Allah yang sepatutnya. Alkitab mengatakan bahwa semua manusia itu adalah makhluk berdosa yang seharusnya menerima murka Allah, jika tidak karena kemurahan-Nya yang dinyatakan dengan pengurbanan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Jika ada seorang yang merupakan gambar Allah yang sempurna, itu adalah manusia Yesus yang turun ke dunia untuk menebus dosa manusia yang percaya kepada-Nya. Yesus adalah sempurna seperti Allah Bapa, karena Ia dan Bapa adalah satu adanya.
Dalam ayat diatas, Paulus berkata bahwa seluruh orang percaya haruslah meniru Tuhan. Bagaimana mungkin manusia yang berdosa ini bisa menjadi sempurna, tidak bercacat cela, suci seperti Yesus? Banyak orang yang berpendapat bahwa nasihat Paulus ini tidak mungkin bisa tercapai. Tetapi, dalam Matius 5: 48 Yesus juga menyuruh kita untuk menjadi sempurna,. Bagaimana pula kita bisa menjalankan perintah Yesus ini?
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Matius 5: 48
Mengenai apa yang sempurna, haruslah dimengerti bahwa kesempurnaan yang dipandang Tuhan adalah hal yang mutlak, karena Ia adalah Tuhan yang mahasuci. Sebaliknya, istilah sempurna (perfect) yang sering dipakai manusia adalah sesuatu yang relatif, karena tiap manusia mempunyai standar sendiri. Seringkali, umat Kristen berusaha mencapai taraf kesempurnaan rohani tertentu dengan melakukan hal-hal atau kebiasaan tertentu yang dianggap sebagai kesempurnaan dalam Kristus, tetapi apapun yang kita lakukan tidaklah akan menaikkan kesempurnaan kita dihadapan Allah. Penebusan dosa kita oleh darah Kristus adalah pengurbanan yang sudah sempurna sehingga Allah mau menerima kita sebagai anak-anakNya, sekalipun kita mempunyai banyak cacat cela.
Jika pengurbanan Kristus sudah cukup untuk membuka pintu surga bagi orang percaya, adakah yang harus kita lakukan selama hidup di dunia? Pertama-tama, kita harus selalu bersyukur atas kemurahan Tuhan. Hidup bersyukur adalah hidup dengan memuliakan Dia melalui segala apa yang kita lakukan. Yang kedua, kita harus membina hubungan kita dengan Tuhan, sehingga makin lama kita akan makin mengenal Dia yang mahabesar dan mahakasih. Dengan semakin mengenal Dia, kita akan semakin tahu apa yang dikehendakiNya atas hidup kita, sehingga makin hari kita makin menyerupai-Nya.
Dalam ayat diatas, Paulus mengajak kita untuk tiruan Allah dalam konteks kehidupan yang penuh kasih seperti Yesus yang sudah mengasihi kita dengan mengurbankan diri-Nya di kayu salib. Allah jugalah yang karena kasih-Nya kepada seisi dunia, telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3: 16). Paulus mengajak kita adalah untuk kembali menjadi gambar dan rupa Allah yang sempurna dalam hal kemauan untuk mengasihi sesama kita dan dalam menjalani hidup yang sesuai dengan firman-Nya.