“Berapa kali mereka memberontak terhadap Dia di padang gurun, dan menyusahkan hati-Nya di padang belantara!” Mazmur 78: 40

Siapakah orang yang tidak pernah bersedih? Orang bisa bersedih karena ditinggal kekasih, kehilangan pekerjaan, jatuh sakit ataupun pailit. Kesedihan manusia jelas bisa membuatnya lemah, putus asa ataupun depresi. Apalagi, jika ada masalah yang besar yang kelihatannya tidak mungkin bisa diatasi. Pandemi yang sekarang terjadi, membuat banyak orang mengalami kesedihan yang luar biasa. Sudah tentu, penderitaan mereka bukan hanya dalam hal fisik dan materi, tetapi yang lebih sukar ditangani adalah penderitaan moril atau rohani.
Bagi mereka yang percaya adanya Tuhan, keyakinan bahwa Tuhan dapat melihat apa yang terjadi pada diri manusia, mungkin membuat mereka bertanya-tanya, apakah Tuhan bisa merasa sedih seperti manusia. Jika Tuhan memang bisa merasa sedih, apakah Ia bisa berbelas kasihan kepada mereka yang mengalami kesusahan dan kemudian berbuat sesuatu untuk mereka?
Sebagai Tuhan yang menciptakan manusia menurut gambar-Nya, sudah tentu Tuhan mempunyai sifat dan reaksi yang mirip dengan apa yang dipunyai manusia. Yesus, Anak Allah yang turun ke dunia, adalah Tuhan yang berwujud manusia; hanya saja Ia sempurna dan tidak berdosa. Dengan demikian, Tuhan dalam segala perasaan-Nya adalah mirip manusia, hanya saja Dia adalah Tuhan yang mahasuci dan mahatahu. Dia tidak akan kaget jika ada sesuatu yang terjadi dalam hidup manusia.
Kesedihan Tuhan adalah murni karena kasih-Nya. Dia tahu apa yang akan terjadi dan bisa mengutarakan perasaan-Nya ketika hal itu terjadi; tetapi, Ia sudah mempunyai rencana tentang apa yang akan diperbuat-Nya. Tuhan tidak perlu menyesali apa yang terjadi, dan kemudian merencanakan untuk berbuat sesuatu sesuai dengan situasi dan kondisi; karena apa pun yang terjadi sudah terhitung dalam rancangan-Nya.
Tuhan yang mahatahu, tahu apa yang akan dilakukan manusia, bisa melihat apa yang akan terjadi dalam hidup tiap manusia. Ia bisa membaca pikiran manusia, melihat apa yang diperbuat manusia dan tahu apa kesalahan manusia. Karena itu, Ia merasa sedih jika apa yang terjadi dalam kehidupan manusia tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.
Kesedihan Tuhan adalah sesuatu yang suci dan bukan seperti kesedihan manusia yang sering kali terisi dosa. Kesedihan manusia sering menimbulkan berbagai hal yang negatif, seperti kekecewaan, perasaan putus asa, tidak peduli akan orang lain atau masa depan, dan kebencian. Sebaliknya, kesedihan Tuhan selalu disertai dengan rencana untuk meneruskan kasih pemeliharaan-Nya untuk manusia yang percaya kepada-Nya.
Kesedihan Tuhan yang pertama kali muncul ketika Adam dan Hawa melanggar perintah-Nya untuk tidak memakan buah pengetahuan hal yang baik dan buruk. Tidak tahukah Tuhan bahwa manusia sanggup dan akan melanggar perintah-Nya? Sudah tentu Ia tahu! Ia tahu bahwa manusia dalam kemerdekaannya untuk mengambil keputusan yang membuat mereka jatuh kedalam dosa. Tetapi, justru karena Ia tahu, rencana penyelamatan manusia sudah disiapkan-Nya.
Malam ini, jika kita merasa sedih karena berbagai hal, dan berpikir bahwa tidak ada seorang pun yang bisa ikut merasakannya, kita harus ingat bahwa Tuhan juga ikut berduka bersama kita. Mungkin kita menyesali apa yang terjadi dalam hidup ini, merasa kecewa akan tindakan orang lain, atau mungkin merasa malu atas kesalahan kita sendiri. Tuhan tahu semua itu akan terjadi. Jika kita berduka, Ia pun bisa ikut merasakannya. Tetapi Ia yang mahatahu dan mahakuasa, Ia jugalah yang sudah mempunyai rencana untuk kita. Keputusan, kehendak dan rencana-Nya adalah sempurna, tidak bisa diubah atau perlu diubah. Semuanya akan terjadi pada waktunya. Apa yang harus kita lakukan dalam kesedihan kita adalah percaya bahwa Tuhan yang mengasihi kita, adalah seperti Yesus, Imam Besar kita, yang mengerti perasaan kita dan yang akan memberikan apa yang terbaik untuk kita.
“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” Ibrani 4: 15 – 16