Dekatlah pada Tuhan selagi masih bisa

“Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis.” Mazmur 71: 9

Hari ini ada kabar sedih di media Australia. Seorang ibu dari tiga anak yang berusia 30 tahun meninggal dunia akibat Covid-19 di rumahnya. Kelihatannya, ia dan suaminya yang juga terpapar virus corona tidak sadar bahwa mereka harus ke rumah sakit. Tak seorang pun yang menduga bahwa ibu itu kemudian menjadi korban virus corona yang termuda di negara bagian New South Wales.

Jatuh sakit berat. Siapa yang senang membicarakannya? Mereka yang masih tergolong muda dan sehat mungkin tidak mau memikirkan apa yang belum tentu terjadi. Mereka yang sudah tua dan sakit-sakitan, barangkali merasa bahwa tidak ada gunanya untuk membicarakannya, apalagi untuk berbuat sesuatu.

Pemazmur dalam Mazmur 71 barangkali dengan rasa tidak menentu menulis tentang penderitaannya, sebagai orang yang tidak berdaya dalam usia tua. Perasaan ini sulit untuk digambarkan, apalagi untuk dimengerti mereka yang belum atau tidak pernah mengalaminya.

Usia tua pada umumnya datang dengan perasaan bahwa tubuh mulai melemah dan kurangnya keinginan untuk menikmati hidup yang ada. Masalah keuangan adalah salah satu dari beberapa masalah yang umum dijumpai, tetapi masalah kesehatan yang menurun dan masalah keluarga yang kurang harmonis juga bisa membuat orang yang berumur tidak bisa merasakan ketenteraman. Apalagi jika ada perasaan bahwa orang di sekitarnya sudah tidak membutuhkannya lagi.

Mazmur 71: 9 adalah permohonan pemazmur agar Tuhan tidak meninggalkannya jika ia sudah tidak bertenaga. Ia teringat bahwa ketika ia masih muda, banyak kegiatan yang bisa dilakukannya dan serasa tidak ada yang perlu ditakutkan dalam hidupnya. Tetapi, dengan menanjaknya usia, satu persatu temannya pergi meninggalkannya. Lebih-lebih lagi, dalam kelemahannya selalu ada orang-orang yang ingin mengganggu dan mencelakakannya.

Tidak dapat diingkari bahwa masa tua adalah masa yang penting untuk seseorang bisa menikmati hidup dalam kedamaian. Tetapi kedamaian tidak akan diperoleh tanpa hubungan yang baik dengan Tuhan, yang dipupuk sejak awalnya. Hubungan dengan Tuhan yang tidak diperkuat sejak muda bisa mengakibatkan kerenggangan dengan meningkatnya usia. Hal ini mirip dengan hubungan antara suami dan istri yang harus dipererat sejak mereka kenal satu dengan yang lain.

“Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!” Pengkhotbah 12: 1

Dengan mempunyai kebiasaan untuk mau mengenali sifat Tuhan, kita bisa mempunyai iman yang makin hari makin kuat karena adanya kesadaran akan penyertaan Tuhan yang mahakuasa, mahakasih dan mahabijaksana selama hidup kita sampai saat ini. Dengan itu kita bisa menumbuhkan kepercayaan dan pengharapan kepada Dia untuk hari depan kita. Hidup tenteram yang sedemikian tidak bisa dicapai jika kita tidak bisa bersyukur atas kasih-Nya selama ini.

Kekeliruan yang terbesar yang mungkin terjadi dalam hidup adalah menunggu sampai saat di mana kita sudah tidak berdaya untuk mulai mendekati Tuhan dan berusaha membina hubungan yang baik dengan Dia. Ini bisa diibaratkan seperti mereka yang menunggu hari tua untuk bisa benar-benar mengenal pasangan hidupnya. Hidup orang yang percaya adalah hidup yang melibatkan Tuhan dari awalnya, baik dalam suka maupun duka, dan dengan itu kita akan memperoleh ketenteraman hidup di hari tua. Jangan menunda-nunda kesempatan, pakailah itu selagi masih bisa!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s