Apakah semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan?

“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” Daniel 3: 17 – 18

Pernahkah anda memikirkan mengapa hal yang buruk dan jahat bisa terjadi di dunia? Perang yang terjadi di Ukraina misalnya, apakah itu merupakan kehendak Tuhan? Bagi sebagian orang Kristen, Tuhan yang berdaulat adalah Tuhan yang menetapkan segala apa yang terjadi di dunia. Segala sesuatu, bagaimana pun kecilnya, terjadi karena Tuhan yang bekerja. Dengan demikian, manusia tidak mempunyai peran apa pun dalam rencana Tuhan yang mahakuasa. Walaupun demikian, manusia tetap bertanggung jawab atas segala yang diperbuatnya. Hal ini seakan menyatakan bahwa Tuhan jugalah yang membuat hal-hal yang buruk.

Pada pihak yang lain, sebagian orang Kristen percaya bahwa Tuhan selalu mencapai apa yang direncanakan-Nya, sekalipun manusia terkadang melakukan apa yang tidak dikehendaki Tuhan. Manusia memiliki kebebasan dalam hal-hal tertentu, dan bertanggung jawab atasnya, tetapi Tuhan yang mahakuasa bisa mengubah apa yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya sehingga rencana-Nya selalu terjadi. Dengan demikian, apa yang dikerjakan manusia, baik ataupun buruk, mempunyai fungsi dalam penggenapan rencana Tuhan.

Siapakah yang tahu jalan pikiran Tuhan? Tentu tidak ada seorang pun. Jika manusia dengan logikanya mencoba menduga apa yang akan terjadi, sering kali justru kejutan yang datang. Jika apa yang datang bukan sesuatu yang jahat, manusia kemudian dengan mudah berkata bahwa kehendak Tuhan tidak dapat ditolak. Tuhanlah yang membuat itu terjadi. Titik.

Walaupun demikian, jika apa yang terjadi adalah sesuatu yang jahat atau kejam, pertanyaan muncul apakah Tuhan menghendakinya. Hitler dan pengikutnya yang menyebabkan ribuan orang Yahudi, baik tua atau muda, mati di kamar gas pada perang dunia kedua, tentu dipandang sebagai orang yang sangat jahat. Apakah Tuhan menghendaki Hitler untuk melakukan kekejaman itu? Apakah Tuhan menghendaki jutaan orang Ukraina menjadi pengungsi saat ini?

Sebagian orang Kristen percaya bahwa karena Tuhan mahakuasa dan tidak ada yang bisa terjadi tanpa kehendak-Nya, Tuhan jugalah yang dengan kedaulatanNya (sovereign will) membuat Hitler melakukan kekejiannya. Tuhan mungkin dianggap yang membuat adanya perang di Ukraina. Sebaliknya, ada orang lain yang percaya bahwa Tuhan yang mahakasih tidak mungkin menghendaki adanya kejahatan. Kejahatan dilakukan manusia yang berdosa, tetapi dengan seijin Tuhan.

Dengan seizin Tuhan? Apakah Tuhan yang mahakasih mengizinkan adanya kejahatan? Jika Ia mengizinkan (permissive will) hal yang jahat, bukankah itu berarti Ia ikut bertanggung jawab atas apa yang diperbuat manusia? Sebaliknya, jika Tuhan tidak mengizinkan, bagaimana orang dapat melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya? Inilah masalah manusia yang ingin mengerti apa yang ada dalam pikiran Tuhan yang mahakuasa.

Selain dari dua jenis kehendak Tuhan yang tersebut di atas, kehedak Tuhan itu bisa juga dibagi menjadi tiga macam:

(a) Kehendak mulak: yaitu dekrit yang berdaulat, kehendak yang dengannya Allah mewujudkan apa pun yang Dia tetapkan. Ini tersembunyi bagi kita sampai itu terjadi.

(b) Kehendak preseptif: adalah hukum atau perintah Allah yang diwahyukan, untuk mana kita bisa mengabaikan, tetapi tidak membatalkan.

(c) Kehendak watak: kehendak yang menggambarkan sikap atau watak Tuhan. Ini mengungkapkan apa yang berkenan kepada-Nya.

Dengan demikian, apa yang kita lakukan sehubungan dengan kehendak Tuhan (b) dan (c) adalah tanggung jawab dalam kebebasan kita untuk menaati dan menghormati Tuhan. Jika kita tidak mau tunduk kepada (b) dan (c), kita telah berbuat dosa.

Ayat di atas diucapkan Daniel dan teman-temannya yang menghadapi risiko hukuman mati karena mereka menolak untuk menyembah raja dan patung emasnya. Jika Daniel tahu bahwa Tuhan tidak menghendaki mereka menyembah berhala, ia tidak tahu apa yang akan Tuhan lakukan jika ia dan teman-temannya melawan kehendak raja. Apakah Daniel berpikir bahwa ada kemungkinanTuhan menghendaki secara mutlak (a) agar mereka mati terbakar? Tentu saja tidak. Tetapi, dia tidak tahu apa yang akan terjadi.

Daniel tahu bahwa Tuhan yang mahakuasa adalah Tuhan yang mahakasih. Tetapi ia sadar bahwa Tuhan yang mahakuasa dan mahabijaksana berhak untuk memutuskan apakah Ia akan bertindak atau tidak. Jika mereka akhirnya dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala, itu pasti karena kejahatan orang-orang di sekitarnya. Bukan karena kehendak Tuhan untuk mengambil nyawa mereka dengan cara yang keji. Tuhan tidak dapat berubah dari gembala yang baik yang melindungi para umat-Nya di satu saat, menjadi Tuhan yang menghancurkan mereka pada saat yang lain.

Apa yang mungkin terjadi adalah bahwa Tuhan terkadang mempunyai kehendak aktif untuk melakukan sesuatu (active will) pada suatu saat, tetapi pada saat yang lain Ia mempunyai kehendak untuk tidak bertindak (passive will), agar semua rencana-Nya bisa terjadi. Kehendak pasif ini sering diartikan sebagai “izin” dari Tuhan untuk terjadinya sesuatu yang kurang baik. Kedua kehendak itu bisa dilakukan-Nya pada saat yang dikehendaki-Nya, tanpa dipengaruhi oleh apa pun dan siapa pun karena Ia adalah Tuhan yang mahakuasa.

Hari ini, jika hidup kita mengalami masalah yang besar dan kita merasa sangat menderita, janganlah kita menuduh bahwa Tuhanlah pencipta malapetaka di dunia. Dunia ini sudah jatuh ke dalam dosa, dan karena itu segala penderitaan dan bahaya bisa terjadi pada siapa pun. Tuhan kita yang mahakasih bukanlah Tuhan yang menciptakan malapetaka ataupun perbuatan jahat untuk umat-Nya. Malapetaka dan kejahatan adalah konsekuensi kejatuhan manusia dan mungkin juga hasil pekerjaan iblis. Memang terkadang Tuhan seakan tidak mau bertindak menolong umat-Nya, tetapi kita harus yakin bahwa itu bukan berarti Tuhan tidak peduli akan penderitaan kita. Sekalipun sulit kita mengerti, Tuhan akan bekerja pada saat yang tepat sesuai dengan kehendak-Nya. Karena itu, dalam menghadapi tantangan hidup, apa yang perlu kita pertahankan adalah keyakinan bahwa Ia adalah Tuhan yang mahakasih.

“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” 1 Yohanes 4: 16

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s