“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” Matius 5: 4

Berita media hari ini agaknya membawa kekuatiran bagi penduduk dunia. Saat ini harga bensin di seluruh dunia akan naik tajam karena jumlah minyak mentah yang berkurang sebagai dampak dari perang di Ukraina. Situasi di pasar energi sangat serius, bahkan sebelum invasi Rusia ke Ukraina terjadi. Hal itu lantaran pasokan minyak di seluruh dunia gagal mengimbangi pemulihan permintaan yang kuat ketika pandemi Covid-19 mereda. Sementara konflik Rusia-Ukraina berpotensi mengganggu ekspor minyak dari Rusia.
Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia. Dengan adanya pembatasan pengadaan minyak asal Rusia, dunia harus menghadapi kenaikan harga bahan bakar yang akan membuat meningkatnya harga barang-barang lainnya. Mereka yang hidupnya pas-pasan akan merasakan himpitan ekonomi yang lebih besar pada bulan-bulan mendatang. Bagaimana orang bisa merasakan kebahagiaan di saat pandemi belum berakhir, ketika ekonomi dunia porak poranda?
Setiap orang ingin hidup berbahagia. Hanya saja, tiap orang mempunyai pengertian yang berbeda tentang apa yang disebut kebahagiaan. Untuk bisa hidup berbahagia sebagian orang berpikir bahwa dengan adanya harta, semua bisa dibeli. Kebahagiaan seolah bisa diperoleh melalui kemakmuran. Tetapi ini tentu saja tidak benar. Alkitab menyatakan bahwa orang yang gila harta mudah jatuh ke dalam berbagai pencobaan (1 Timotius 6: 10).
Kebahagiaan memang belum tentu ditentukan oleh adanya harta atau kenyamanan. Tetapi, orang pada umumnya merasa bahwa untuk bisa hidup bahagia bersama dengan keluarga dan kerabat, perlu adanya penghasilan yang cukup, setidaknya untuk bisa makan secukupnya. Kebahagiaan lebih sulit diperoleh dalam kekurangan, dan orang yang hidup dalam kekurangan mungkin juga sulit untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan.
“Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.” Amsal 30: 9
Jika kebahagiaan adalah sulit untuk diperoleh, dukacita dan penderitaan sering datang tanpa diundang. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, kata peribahasa. Walaupun demikian, ayat pembukaan di atas mengatakan bahwa dalam kemalangan masih ada keuntungan, yaitu datangnya penghiburan dari Tuhan. Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya.
Tuhan yang mahakasih ingin untuk selalu berkomunikasi dengan umat-Nya. Setiap saat Ia ingin untuk membimbing dan menguatkan mereka yang mau mendengarkan-Nya. Tetapi, seperti seorang anak kecil yang melupakan orang tuanya ketika sibuk bermain ayunan di halaman, kita pun sering melupakan Tuhan ketika hidup kita sedang berjalan lancar. Seorang anak baru ingat akan orang tuanya jika ia terjatuh dari ayunan. Ketika rasa sakit datang, ia menjerit memanggil orang tuanya.
Untuk seorang anak, adanya orang tua adalah suatu berkat. Mereka yang tidak mempunyai orang tua bisa merasakan saat-saat di mana rasa sepi dan takut mendatangi. Anak-anak yang mempunyai orang tua yang baik dan bijaksana adalah orang-orang yang berbahagia karena adanya penghiburan dan perlindungan ketika mereka mengalami hal yang tidak diinginkan.
Semoga hari ini kita disadarkan bahwa Bapa kita yang di surga tidak pernah meninggalkan kita. Berbahagialah umat Tuhan yang mau memanggil nama-Nya ketika badai kehidupan datang menerpa!
“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” Ratapan 3: 22 – 23