Orang Kristen bisa tertipu

“Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan mengimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” Matius 13:18-23

Perumpamaan penabur (Matius 13: 3-8) adalah salah satu perumpamaan Yesus yang sangat sering disajikan dalam berbagai renungan dan khotbah. Ayat-ayat di atas adalah tafsiran atas perumpamaan itu. Jadi, perumpamaan itu rupanya berbicara tentang tanggapan atas Kerajaan Allah yang diwartakan dan diajarkan Yesus. Melalui penjelasan itu, Yesus seakan mengajukan pertanyaan kepada kita: di manakah posisi diri kita dalam perumpamaan tersebut? Apakah kita adalah benih yang jatuh di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, atau di tengah semak duri atau di tanah yang subur?

Seperti apa yang ditampilkan dalam perumpamaan di atas, Rasul Paulus pernah menyatakan kekuatirannya atas kemungkinan bahwa jemaat Kristen di Korintus diperdayakan oleh beberapa pengajar yang menyesatkan mereka dari ajaran yang benar. Pengajar-pengajar yang sesat itu diumpamakan seperti ular, si iblis,  si jahat yang dengan kelicikannya  sudah membuat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa di taman Eden.

“Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” 2 Korintus 11: 3

Ada tiga hal yang penting yang bisa kita simak dari ayat-ayat di atas. Yang pertama, tiap orang Kristen masih bisa dan mungkin malah sering diserang oleh iblis. Kedua, iblis sering muncul dalam bentuk yang penuh pesona sehingga orang yang tidak awas akan terjebak. Dan yang ketiga, iblis sering muncul pada tempat dan waktu yang tidak terduga, selagi umat Tuhan lengah atau lemah.

Bagaimana iblis berusaha memperdayai umat-Nya di Korintus? Korintus adalah kota niaga yang cukup besar dan karena itu banyak orang datang dari berbagai tempat. Dengan itu, Korintus dari mulanya mudah sekali menerima budaya atau agama lain, mungkin melalui praktik toleransi agama dan multikulturalisme yang sering didengung-dengungkan saat ini. Di antara berbagai ajaran di luar agama Kristen yang bisa melemahkan dan bahkan menyesatkan orang Kristen pada waktu itu dan juga sering ditemui sampai saat ini adalah ajaran bahwa keselamatan adalah berdasarkan apa yang kita perbuat dalam hidup, dan ajaran bahwa pedoman hidup baik adalah berdasarkan pikiran sehat manusia.

Di zaman ini pun banyak manusia yang tidak puas dengan ajaran Kristen yang menyatakan bahwa keselamatan adalah semata-mata adalah karunia Tuhan. Mereka kemudian mengikuti ajaran lain yang menekankan hukum Taurat, yang mengajarkan bahwa keselamatan manusia ada di tangan mereka sendiri, yang harus melaksanakan hukum Taurat untuk mencapai surga. Selain itu, ada berbagai pengajar yang mengajarkan bahwa keselamatan tidak akan ada jika kita tidak memanggil nama Tuhan dan Yesus dengan bahasa Ibrani dan menjalankan adat-istiadat orang Yahudi. Sudah tentu, ajaran sedemikian sering kali menyebabkan kebingungan di antara umat Kristen dan kemudian berakhir dengan perpecahan gereja dan jemaat yang kocar-cacir.

Iblis memang sering muncul pada saat dan keadaan di mana umat Kristen mengalami kelengahan atau kesulitan. Bagi sebagian orang, kelengahan terjadi ketika segala sesuatu berjalan lancar dan hidup terasa nikmat. Pada saat itu kesadaran akan Tuhan dan kasih-Nya mungkin menjadi samar karena orang lebih tertarik untuk menghabiskan waktunya untuk menikmati hidupnya. Selain itu, mudah bagi mereka untuk merasa bahwa Tuhan pastilah menyukai cara hidup mereka. Kelengahan juga bisa terjadi dalam keadaan yang sulit dan penuh perjuangan. Ketika keadaan yang menekan lagi menguasai hidup, orang menjadi terlalu sibuk berusaha melewati hari-harinya dengan rasa tegang, kuatir atau kecewa. Kelengahan juga bisa terjadi karena orang Kristen yang kurang mengerti dasar-dasar iman yag benar, dan karena itu mudah terbujuk ajaran sesat yang terlihat lebih “masuk akal”. Pada saat-saat d imana manusia lagi lemah seperti itu, iblis bekerja lebih giat untuk menggoda manusia agar mereka jatuh ke dalam dosa dan menolak Tuhan.

Hari ini, Yesus melalui perumpamaan penabur mengingatkan bahaya yang ada dalam kehidupan spiritual kita. Seperti jemaat Korintus kita diingatkan oleh Rasul Paulus bahwa iblis selalu mengintai umat Tuhan dan siap untuk menyesatkan kita. Karena itu, dalam keadaan apa pun yang kita alami saat ini, baik susah maupun senang, sakit maupun sehat, miskin ataupun kaya, kita harus tetap rajin berdoa dan membaca firman-Nya agar kita tidak tertipu oleh iblis yang berusaha menghancurkan iman kita.

“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. 1 Petrus 5: 8

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s