Jawaban atas panggilan Tuhan yang lemah lembut

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Matius 11: 28

Pernahkah anda mendengar atau menyanyikan lagu “Softly and Tenderly Jesus is Calling“? Lagu yang diciptakan oleh Will Lamartine Thompon pada tahun 1880 itu sangat populer di kalangan orang Kristen, dan sudah dinyanyikan oleh banyak penyanyi Gospel, seperti Allan Jackson dan Anne Murray. Lagu yang diilhami ayat dari Matius 11: 28 ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai lagu “Manis Lembut Tuhan Yesus Memanggil”.

Tuhan memang memanggil setiap manusia untuk datang kepada-Nya. Adalah kasih-Nya yang memanggil manusia menerima keselamatan melalui darah Kristus.

“Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” Lukas 19: 10

Mungkin banyak orang yang kurang mengerti apa yang dimaksud oleh Yesus dengan pernyataan-Nya bahwa Ia datang untuk mereka yang hilang. Semua manusia yang pernah hidup di dunia adalah orang berdosa yang sudah menyimpang dari jalan kebenaran. Karena itulah Tuhan Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan mereka. Lalu bagaimana cara Yesus memanggil manusia yang berdosa untuk bertobat? Apakah hanya dengan panggilan lemah lembut seperti apa yang ada pada syair lagu “Manis Lembut Tuhan Yesus Memanggil”?

Tuhan yang ingin menyelamatkan manusia, bukan hanya memanggil mereka dengan lemah lembut. Dia yang ingin agar manusia bertobat, selalu memanggil mereka dengan nada yang mengingatkan dosa mereka. Roh Kudus sering bekerja menuntut pertanggungjawaban manusia atas hidupnya. Dalam mazmur pertobatannya yang terkenal, Daud mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak begitu menyukai tanda-tanda lahiriah pertobatan (termasuk membuat pengorbanan), tetapi apa yang disenangi Allah ialah “jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk.” (Mazmur 51:19). Pertobatan bukan hanya mengaku percaya dengan mulut, keyakinan atas pilihan Tuhan, dan mau pergi ke gereja setiap hari Minggu.

Dalam Yoel 2:12–13, Tuhan memanggil Israel, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.” Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu”. Ini adalah panggilan yang bernada tajam, bukan lemah lembut. Dalam Perjanjian Lama, orang biasanya mengungkapkan kesedihan dan penderitaan yang besar dengan merobek jubah mereka. Tuhan mau agar mereka benar-benar berduka atas dosa mereka – berduka sampai menangis dan berkabung. Ini bukan berarti bahwa Tuhan selalu menghendaki mereka yang mau menjadi umat-Nya untuk berduka dan berkabung sepanjang hidup. Tetapi, ayat-ayat ini menunjukkan bahwa yang paling penting adalah kondisi hati kita yang benar-benar harus menunjukkan ketulusan untuk bertobat.

Apakah pertobatan anda terlihat seperti hati yang terkoyak seperti pakaian, patah dan remuk saat berdiri di hadapan Tuhan? Di zaman ini, banyak orang Kristen yang tidak merasa bahwa kelahiran baru adalah sekadar mengaku percaya kepada Tuhan. Tuhan yang memanggil kita, yang menentukan kita untuk diselamatkan, dan karena itu tidak ada yang perlu kita lakukan atau rasakan. Rasa hancur ini memang sudah hilang dari sebagian besar pertobatan, padahal itulah hal yang Tuhan sukai!

Mungkin terdengar aneh, tapi bagaimana caranya agar kita bisa merasakan kehancuran hati? Pertobatan sejati, seperti semua hal yang baik, adalah karunia Allah (2 Timotius 2:25). Jika kita ingin mematuhi perintah untuk mengoyak hati kita, kita harus meminta Tuhan untuk memberikan kita pertobatan sejati. Semakin kita meyakini kemuliaan dan kesucian Tuhan, semakin kita berduka karena kita pernah mencemooh Dia. Dalam hidup lama kita, kita lebih mengagumi diri kita sendiri dan percaya bahwa kita adalah “orang baik”. Dalam hidup baru kita, kita tidak boleh merasa cukup puas bahwa kita adalah “orang pilihan”.

Kita harus menyadari salah satu rintangan terbesar untuk mendapatkan patah hati yaitu pengabaian kita terhadap aspek relasional dari dosa. Kita mungkin dapat melihat dosa sebagai kegagalan kinerja tetapi bukan kegagalan keintiman. Satu-satunya kesedihan yang kita mungkin bisa rasakan adalah kekecewaan atas ketidakmampuan kita untuk melakukan apa yang benar, tetapi bukan karena kita telah mengabaikan Allah dalam hidup kita (2 Samuel 12:9). Itulah sebabnya Daud berkata kepada Tuhan, “terhadap Engkau, hanya Engkau, aku telah berdosa” (Mazmur 51:4). Daud benar melihat kegagalannya dalam hal hubungan, dan akibatnya hatinya sedih karena telah berdosa terhadap Dia yang sangat mengasihinya.

Pertobatan sejati datang tidak hanya dengan memahami aspek relasional dari dosa, tetapi dengan memahami sifat Tuhan yang dengan-Nya kita seharusnya mempunyai hubungan intim. Dengan kata lain, semakin kita melihat Tuhan sebagai mulia dan suci, semakin kita akan melihat dosa sebagai sesuatu yang harus ditangisi. Pertobatan bukan tentang merasa buruk atas perilaku, dan lebih penting adalah kurangnya rasa kagum dan senang terhadap Tuhan. Semakin sering kita melihat kemuliaan Allah, semakin kita meratap karena kita sering mengabaikan kemuliaan-Nya dalam hidup kita. Tuhan sering kita anggap sebagai seorang teman baik yang siap menolong kita dalam segala kebutuhan kita.

Hari ini kita harus sadar bahwa rencana Allah bagi kita adalah bahwa kita akan menjadi kudus sebagaimana Dia kudus (1 Petrus 1:16). Dia pasti akan menyelamatkan orang-orang yang dipilih-Nya, tetapi untuk itu Ia menginginkan orang-orang yang telah belajar dari dosa mereka dan bukan melupakan pentingnya pertobatan. Kita harus bisa menyadari bahwa kita pernah terhilang, menyimpang dari jalan kebenaran Tuhan, dan sekarang ingin untuk hidup sesuai dengan firman-Nya setiap saat.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s