“Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” Efesus 4: 30 – 31

Roh Kudus adalah oknum Ilahi yang membimbing kita dalam kehidupan sehari-hari dengan kelembutan-Nya. Ia tidak memaksa kita untuk melakukan sesuatu, tapi memberi kesadaran akan apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan apa yang yang merupakan dosa. Tanpa Roh Kudus kita tidak mungkin bisa:
- Lahir baru
- Mengakui bahwa Yesus itu Tuhan
- Menang atas dosa
- Maju dalam hidup Kristen
- Memperoleh kebijaksanaan yang benar
- Mempunyai karunia Roh
- Menghasilkan buah-buah Roh
- Bangkit dari kematian
Begitu banyak apa yang bisa dilakukan oleh Roh Kudus, tetapi kita mungkin sering kurang mau untuk mendengarkan bisikan Roh Kudus dalam hidup kita. Mungkin kita cenderung memberi perhatian jika Roh Kudus memberikan sesuatu yang kita harapkan atau sukai saja. Kita sering ingin membatasi cara kerja Roh Kudus, seakan Roh Kudus bukanlah Tuhan.
Apakah Roh Kuudus adalah Tuhan? Bagi kita yang biasa ke gereja di Indonesia, ayat di bawah ini mungkin tidaklah asing untuk kita. Setiap akhir kebaktian, pendeta yang bertugas akan mengangkat kedua tangannya sambil mengucapkan salam berkat yang juga diucapkan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Korintus.
“Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” 2 Korintus 13: 14
Apa yang diucapkan Paulus dalam ayat ini menyatakan adanya kesatuan antara Bapa, Anak dan Roh Kudus; satu Tuhan yang kita kenal sebagai Allah Tritunggal. Jika kita mengenal Allah Bapa yang menciptakan seisi bumi dan alam semesta, dan mengingat pengurbanan AnakNya di kayu salib ganti dosa kita, Roh Kudus seringkali dirasakan sebagai bagian Allah yang kurang bisa dimengerti sepenuhnya. Roh Kudus ada beserta kita, tetapi agaknya kita kurang menyadari bahwa hidup rohani kita bergantung kepada-Nya.
“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” 1 Korintus 3: 16
Dalam kehidupan yang serba sibuk ini, sebagian umat Kristen juga mengalami berbagai persoalan yang membuat mereka hidup dan bertingkah laku seperti orang yang belum percaya. Ada yang mungkin terjebak dalam kebingungan dan keputusasaan. Sebaliknya, ada pula yang tenggelam dalam kesukaan dan kebebasan duniawi. Dengan demikian, mereka mudah lupa bahwa mereka yang sudah dibimbing Roh Kudus kearah keselamatan, sebenarnya adalah tempat kediaman Roh Kudus, yang bisa didukakan oleh perbuatan kita. Ini mungkin agak mengherankan sebagian orang Kristen, karena Roh Kudus sering digambarkan dengan api. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika memang pernah menulis agar mereka tidak memadamkan Roh (1 Tesalonika 5: 19). Jika Roh adalah api, atau “sesuatu”, memang kata “mendukakan” rasanya kurang tepat. Sebagian kecil orang Kristen yang sangat ekstrem dalam meninggikan kedaulatan Tuhan mungkin tidak yakin bahwa kita bisa mendukakan Roh Kudus, karena sebagai oknum Tuhan yang menetapkan segalanya, tentunya Tuhan tidak bisa terkejut atau sedih karena apa yang sudah diketahui-Nya dan direncanakan-Nya sebelum bumi diciptakan. Tuhan yang menetapkan tidak mungkin menyesali tindakan-Nya, begitu alasan mereka.
Walaupun demikian, Roh Kudus sebenarnya adalah Tuhan sendiri yang tinggal dalam diri umat percaya. Ia adalah Oknum yang seperti Allah Bapa dan Yesus Kristus, mempunyai kepribadian dan eksistensi Ilahi. Dalam kenyataan-Nya, Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus adalah satu, dan kepada-Nya orang Kristen berbakti. Dengan demikian, segala kelakuan, tingkah laku, pikiran dan perbuatan yang salah bisa membuat Roh merasa sedih dan terlukai. Roh Kudus melihat bagaimana kita perlahan-lahan menjauhkan diri dan menuruti jalan kita sendiri.
Mengingat doktrin alkitabiah tentang Trinitas, kita tahu bahwa setiap pribadi dari Ketuhanan Tritunggal menyukai apa yang dilakukan yang lain. Ada saling menghuni (perichoresis) di antara pribadi-pribadi Ketuhanan: Bapa di dalam Putra dan Roh; Anak di dalam Bapa dan Roh; dan Roh di dalam Bapa dan Anak. Mengenakan Kristus, dengan demikian, berarti mengenakan Bapa dan Roh juga, dan menjalani hidup baru di dalam Kristus menurut pola yang Dia berikan kepada kita menyenangkan Allah Tritunggal kita. Di sisi lain, melanggar perintah yang diberikan kepada murid-murid Yesus tidak hanya mendukakan Anak Allah tetapi juga Bapa dan Roh.
Rasul Paulus membuat poin ini dalam Efesus 4:30 ketika dia memperingatkan kita untuk tidak “mendukakan Roh Kudus Allah.” Ketika kita berdosa, Roh Kudus mengalami kesedihan dengan cara yang sesuai dengan keilahian-Nya. Dia tidak tahan dengan kehadiran dosa dan membencinya ketika kita, tempat kediaman-Nya, melakukan pelanggaran. Namun meskipun kenyataan kesedihan-Nya membuktikan kepribadian Roh, kesedihan-Nya tidak persis sama dengan kita. Roh tidak dapat dilumpuhkan oleh dukacita, dan dukacita-Nya selalu kudus, tidak tercemar oleh dosa, kecemburuan yang durhaka, dan segala kekurangan lain yang sering menyertai dukacita kita. Kesedihannya, pada akhirnya, adalah sebuah misteri. John Calvin pernah berkomentar, “Tidak ada bahasa yang dapat secara memadai mengungkapkan kebenaran khusyuk ini, bahwa Roh Kudus bersukacita dan bersukacita karena kita, ketika kita taat kepada-Nya dalam segala hal, dan tidak berpikir atau berbicara apa pun, tetapi apa yang murni dan suci; dan, di sisi lain, sedih ketika kita mengakui apa pun ke dalam pikiran kita yang tidak layak untuk panggilan kita.”
Roh Allah sangat peka terhadap dosa karena hubungan-Nya yang erat dengan kita, mereka yang telah diselamatkan dan didefinisikan sebagai umat Tuhan yang kudus (1 Petrus 1:13-16). Roh memeteraikan kita “menjelang hari penyelamatan” . Dia berdiam di dalam kita ketika kita percaya kepada Kristus Yesus, menandai kita sebagai umat Allah yang akan terhindar dari murka ilahi pada hari penghakiman. Dengan karya pengudusan Roh Kudus, kita semakin serupa dengan gambar Juruselamat kita, dan kembali ke pola hidup yang sepenuhnya didominasi oleh dosa tidak mungkin bagi semua orang yang telah dimeteraikan oleh Roh (Roma. 8:29–30).
Sebagai orang Kristen, kita masih mungkin jatuh ke dalam dosa yang signifikan, yang mendukakan Roh, membuat jarak antara Dia dan kita. Dalam kitab Perjanjian Lama ada banyak contoh dimana Allah dalam kemarahan-Nya kepada orang Israel, membiarkan mereka mengalami pengalaman pahit. Begitu juga banyak hal yang bisa mendukakan Tuhan yang tinggal dalam hidup kita, sedemikian rupa hingga kita tidak lagi dapat merasakan bimbingan dan pertolongan-Nya. Tidaklah mengherankan, jika orang hidup jauh dari Tuhan, yang mendukakan Roh Kudus, kemudian mengalami hal-hal yang semakin hari semakin parah. Tanpa bimbingan Roh, hidup orang Kristen adalah bagai layang-layang yang putus talinya.
Bagaimana kita harus bersikap dalam hidup agar Roh tidak didukakan? Paulus menyebutkan dalam ayat di atas agar kita membuang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah, dan segala kejahatan. Hal-hal yang sedemikian membuat Roh tidak mau bekerja membimbing kita dalam hidup sehari-hari. Sebagai akibatnya, hidup kita bisa menjadi makin kacau, dan rasa damai menjadi hilang.
Pagi ini, firman Tuhan menasihati kita bahwa sebagai orang percaya, kita harus mau hidup menurut firman-Nya. Dengan hidup yang baik, bimbingan Roh Kudus akan makin nyata dalam hidup kita, sehingga makin hari kita akan makin sempurna seperti apa yang dikehendaki Tuhan. Biarlah kita sadar bahwa Allah sudah memberikan Roh Kudus kepada kita melalui pengurbanan Yesus. Roh Kudus sekarang tinggal didalam diri tiap-tiap orang percaya. Karena itu kita harus berusaha untuk hidup sesuai dengan apa yang dibisikkan-Nya kepada kita, agar Ia bisa bekerja makin hebat dalam mengubah hidup kita, sehingga makin hari kita makin menyerupai Kristus.
“Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.” 2 Petrus 1: 10