“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Roma 12:2

Secara keseluruhan, dalam Roma 12 Paulus menggambarkan penyembahan kita sebagai pengorbanan yang hidup kepada Tuhan kita, berhenti mencari apa yang kita inginkan dalam hidup dan belajar untuk mengetahui dan melayani apa yang Tuhan inginkan. Itu dimulai dengan menggunakan karunia rohani kita untuk saling melayani saudara-saudara seiman. Daftar perintah Paulus untuk jemaat di Roma menggambarkan gaya hidup yang mengesampingkan diri sendiri. Memang, sebenarnya tujuan hidup kita sebagai orang Kristen adalah untuk saling mengasihi dan menghargai. Kita harus memusatkan pengharapan kita pada kekekalan dan menunggu dengan sabar dan berdoa agar Bapa kita menyediakannya. Kita harus menolak untuk tenggelam dalam hal-hal yang jahat, memberi kebaikan pada orang yang merugikan kita, bukan membalas dendam.
Roma 12:1-2 di atas bisa ditulis dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti sebagai:
“Jangan ubah diri Anda menjadi seperti orang-orang di dunia ini, tapi biarkan Tuhan mengubah batin Anda dengan cara berpikir yang baru. Maka Anda akan dapat memahami dan menerima apa yang Tuhan inginkan bagi Anda. Anda akan dapat mengetahui apa yang baik dan menyenangkan hati-Nya serta apa yang sempurna.“
Paulus menjawab pertanyaan, ”Bagaimana seharusnya kita menanggapi kemurahan Allah yang besar kepada kita?” Jawabannya adalah dengan menjadi hidup, mempersembahkan korban, menggunakan hidup kita dalam pelayanan kepada Allah sebagai tindakan ibadah yang berkelanjutan. Itu yang masuk akal. Ini bukanlah cara untuk mendapatkan keselamatan, namun respon alami yang harus kita miliki untuk diselamatkan. Maka kita akan tahu bagaimana cara hidup yang benar. Untuk melakukan hal ini, kita perlu melepaskan diri dari pola dunia yang mengutamakan saya dan mengubah budi atau pikiran kita agar dapat memahami apa yang Tuhan inginkan. Budi adalah serangkaian kemampuan kognitif yang memungkinkan kesadaran, persepsi, pertimbangan, dan ingatan pada manusia.
Menyadari bahwa banyak orang percaya yang mau menerima anugerah keselamatan tetapi segan untuk berbuat baik untuk menyatakan rasa syukur mereka, Paulus mendesak kita untuk menanggapi belas kasihan Allah, pengampunan-Nya atas dosa kita, dan penerimaan-Nya atas diri kita ke dalam keluarga-Nya. Reaksi yang tepat adalah mempersembahkan kepada-Nya seluruh hidup kita sebagai suatu bentuk pengorbanan yang hidup dan bernafas.
Paulus menulis bahwa kita tidak boleh lagi menjadi serupa dengan dunia. Kata “dunia” sering digunakan dalam Perjanjian Baru untuk merujuk pada “sistem dunia”, atau cara hidup setiap manusia pada umumnya, menurut kebiasaan umum dalam bermasyarakat. Setiap manusia cenderung ingin hidup nikmat, nyaman dan berkelimpahan, mereka ingin dipandang sukses dan dihormati orang lain. Yohanes menggambarkan cara hidup duniawi ini sebagai “keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup”.
“Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” 1 Yohanes 2:16
Tuhan mungkin terus memberi kita kesenangan, harta benda, dan status dalam berbagai bentuk, namun Dia mendorong kita untuk belajar bagaimana memandang kehidupan dengan pertanyaan baru: Apa yang Tuhan inginkan dariku? Apakah yang benar-benar merupakan penggunaan hidup saya yang baik, dapat diterima, dan sempurna untuk tujuan-tujuan-Nya dan bukan hanya untuk tujuan saya sendiri?
Paulus memberitahu kita untuk meninggalkan pengejaran akan kesenangan, harta benda, dan status – untuk berhenti hidup seperti orang lain. Sebaliknya, beliau mendesak kita untuk berubah dari dalam ke luar. Secara khusus, ia menulis bahwa kita mau harus diubah oleh Tuhan dalam cara berpikir kita, agar pikiran kita diperbarui sehingga kita dapat mulai memahami kehendak Tuhan bagi hidup kita.
Dosa telah mempengaruhi seluruh keberadaan kita, termasuk pikiran. Kita telah melihat bahwa tanpa pekerjaan Roh Kudus, semua pemikiran kita pada akhirnya mengarah pada kesia-siaan. Namun ketika Roh mengubah pikiran kita, kita dimampukan untuk berpikir sebagaimana Tuhan ingin kita berpikir.
Sayangnya, peran pikiran dalam iman Kristen tidak dianggap serius saat ini. Faktanya, kita hidup di masa paling anti-intelektual dalam sejarah Kristen. Kebanyakan orang Kristen hanya mau ke gereja seminggu sekali untuk mendengarkan khotbah pendeta kita, dan tidak mau mempelajari firman Tuhan secara teratur dan mendalam. Namun hal ini tidak seharusnya begitu. Secara historis, orang-orang yang kita kenali dari sejarah gereja juga merupakan tokoh-tokoh intelektual. Orang-orang seperti Agustinus, Calvin, Luther, dan Edwards, dan masih banyak lagi, mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan pikiran mereka. Alkitab memerintahkan kita untuk mengasihi Tuhan dengan pikiran dan hati kita.
Saat ini, banyak orang di gereja tidak menganggap pikiran itu penting. Yang penting, kata mereka, adalah hati. Satu-satunya hal yang penting, kata mereka, adalah Anda mengasihi Yesus. Tentu saja hal ini benar, namun hal ini hanya benar jika Anda mengasihi Yesus yang benar. Tidak ada gunanya bagi seseorang jika mereka mencintai Yesus versi Mormon, Yesus versi Saksi Yehuwa, Yesus versi Mesianik Yudaisme, atau Yesus versi Islam. Seseorang hanya akan diselamatkan jika mereka mengasihi Yesus yang alkitabiah, Yesus yang adalah Tuhan dan bukan sekadar orang baik, juruselamat atau rasul.
Iman Kristen melibatkan pengetahuan dan kepercayaan. Kita tidak bisa benar-benar mempercayai apa yang tidak kita ketahui. Inilah sebabnya mengapa iman Kristen menegaskan pentingnya pikiran. Iman kita memiliki muatan intelektual. Kita harus mengetahui fakta-fakta tertentu seperti dosa, penebusan, kebangkitan, dan keilahian Kristus untuk menerima keselamatan. Kita dapat mengatakan bahwa kita mengasihi Yesus menurut cara kita, namun jika kita tidak mengetahui kebenaran tentang Dia, kita tidak dapat diselamatkan (Yohanes 8:24; Roma10:9).
Pikiran adalah sesuatu yang utama yang hanya bisa dicapai dalam belajar secara teratur. Tuhan pertama-tama harus melalui pikiran untuk sampai ke hati kita. Kita harus mengetahui beberapa isinya agar kita dapat mengasihi Dia dengan benar. Namun, mengetahui fakta saja tidak cukup. Iblis mungkin dapat menulis teologi sistematik yang lebih baik daripada teolog mana pun, namun ia tidak akan pernah datang kepada Kristus karena ia membenci hal-hal yang berkaitan dengan Allah. Kita juga harus mempercayai Kristus dengan hati kita untuk bisa diselamatkan.
Pagi ini kita juga harus menyadari bahwa iman Kristen juga berbicara tentang pentingnya hati. Hati adalah hal yang paling penting. Anda dapat mengetahui semua fakta tentang Kristus namun tetap dikutuk karena Anda tidak mengasihi Dia dan sesama manusia. Mengenal dan mengasihi Kristus yang benar adalah penting bagi keselamatan, karena keduanya adalah tanda orang Kristen sejati.
“Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Matius 7:22-23