“Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” Kisah Para Rasul 20:35

Kisah Para Rasul 20:28–35 mencatat kata-kata terakhir Paulus kepada para pemimpin dan penatua gereja di Efesus, dan itu ditulis bukan kepada para jemaat. Ia telah mengingatkan mereka akan pengabdiannya yang setia kepada mereka dan gereja. Dia telah memberitahu mereka bahwa dia akan pergi ke Yerusalem dimana dia akan dipenjarakan; mereka tidak akan pernah melihatnya lagi (Kisah 20:18–27). Kemudian, ia menasihati mereka untuk mengikuti teladannya dalam memimpin gereja, melindungi umatnya dari guru-guru palsu, dan mengorbankan keuntungan duniawi untuk membawa orang lain kepada Kristus. Paulus akan membuktikan poin terakhir ini ketika dia menghabiskan lima tahun berikutnya dalam tahanan namun masih berkhotbah dan menulis kepada gereja-gereja (Kisah 28:30-31).
Sekarang dalam perjalanan kembali ke Yerusalem, Paulus bertemu dengan para penatua gereja. Dia mengingatkan mereka akan pelayanannya dan memperingatkan mereka tentang kedatangan guru-guru palsu. Dia juga memberi tahu mereka bahwa dia akan dipenjara dan mereka tidak akan melihatnya lagi. Sekarang, dia memberikan instruksi terakhir kepada mereka saat dia menugaskan mereka untuk setia memimpin gereja mereka (Kisah 20:17-34). Kemudian Paulus melanjutkan pesannya agar para pemimpin gereja membantu orang-orang yang lemah karena adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.
Apa yang dipesankan Paulus kepada penatua gereja agaknya berbeda dari kecenderungan masa kini. Pada zaman ini adalah biasa jika pendeta menerima perhatian utama dan pemberian jemaat. Bahkan banyak pendeta yang sekarang menjadi orang yang kaya raya karena menuntut berbagai pemberian dan fasilitas kenyamanan dari jemaat dengan memakai kedok persembahan untuk Tuhan. Apa yang kita lihat, jemaat Kristen juga ikut-ikutan merasa bahwa adalah lebih enak untuk menerima berkat Tuhan daripada membagikan berkat itu kepada orang lain. Ini bertentangan dengan ajaran Paulus di atas.
Lebih berbahagia memberi daripada menerima karena memberi akan membunuh sifat mementingkan diri sendiri, menghilangkan cinta akan uang dan kenyamanan, dan mendorong misi kita untuk membantu mereka yang membutuhkan. Karena kita telah diberikan segala yang kita butuhkan di dalam Kristus, kita tidak perlu mengharapkan imbalan apa pun saat memberi. Kita menjadi bahagia atau diberkati ketika kita memikul salib dan menyangkal diri kita sendiri, seperti yang Yesus ajarkan dalam Lukas 9:23.
“Kata-Nya kepada mereka semua: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”
Paulus melaksanakan ajaran ini dalam Kisah Para Rasul 20:24-25, ketika ia berkata: “Tetapi aku tidak menganggap hidupku berharga atau berharga bagi diriku sendiri, asal saja aku dapat menyelesaikan kursus dan pelayanan yang aku terima dari Tuhan. Yesus, untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.”
Kita dapat memberikan waktu, bakat, dan harta kita kepada mereka yang membutuhkan karena pekerjaan Injil kasih karunia yang dilakukan Allah di dalam dan melalui kita. Setiap anugerah sumber daya yang ditawarkan akan membunuh keegoisan kita dan menempatkan ketergantungan dan iman yang lebih dalam kepada Tuhan. Ketika kita percaya bahwa memberi adalah hal yang lebih berbahagia, kita menaruh iman kita pada janji bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan mengabaikan kita.
Tuhan menciptakan kita untuk menjadi saluran rahmat-Nya. Ketika kita memberi, kita mencerminkan kemurahan dan pengorbanan-Nya. Pemberian keuangan dan sumber daya dengan pengorbanan kita secara alami akan memberikan peluang untuk tidak hanya membantu orang miskin dan membutuhkan, tetapi juga membuat orang beriman untuk kaya di dalam Kristus.
Pagi ini, kita percaya bahwa Dia menyediakan semua kebutuhan kita, sama seperti Dia menyediakan kebutuhan burung di udara (Matius 6:26-34). Kita harus percaya bahwa ketika kita memberi, Dia ada untuk kebaikan kita, dan menggunakan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya (Roma 8:28). Pemberian yang kita berikan tidak akan pernah sia-sia, apalagi jika kita memberi dengan hati yang rela dan gembira.