Biarpun berbeda, kita hidup dalam satu iman

“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.” Efesus 4:2-7

Efesus 4:1–10 adalah uraian Paulus yang meyakinkan tentang kesatuan Kristen. Efesus 2:11–22 memberikan bagian yang panjang yang difokuskan pada tema persatuan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi di dalam Kristus. Keharmonisan semacam ini telah menjadi fokus di seluruh surat Paulus dan akan kembali lagi di ayat 13.

Paulus sering berbicara tentang orang Kristen sebagai “bersama” (Efesus 2:5, 21, 22), karena tubuh adalah satu kesatuan yang terbuat dari anggota yang terpisah. Setiap orang Kristen yang sudah diselamatkan, sudah diselamatkan oleh iman yang sama kepada Allah yang sama. Oleh karena itu, setiap orang Kristen adalah bagian dari satu keluarga universal orang percaya kepada Yesus Kristus. Pada saat yang sama, Allah memberikan karunia yang berbeda kepada setiap orang, sehingga mereka dapat menjalankan banyak peran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-Nya di bumi ini. Daripada khawatir tentang karunia apa yang mungkin tidak kita miliki, dan daripada menuduh orang lain tidak mempunyai karunia sebaik karunia kita, setiap orang Kristen dapat bersukacita dalam kesatuan kita, dan berfokus untuk melayani Allah dengan kemampuan terbaik kita.

Memahami kasih karunia yang menyelamatkan dengan sungguh-sungguh, seperti yang dijelaskan Paulus dalam bab-bab sebelumnya, adalah motivasi pertama orang Kristen untuk menjalani kehidupan yang saleh. Di sini, Paulus mendorong orang percaya untuk hidup dengan cara yang menghormati karunia itu. Semua orang Kristen yang diselamatkan adalah bagian dari satu keluarga yang bersatu, bagian dari ”tubuh” Kristus. Pada saat yang sama, setiap orang percaya diberi talenta yang berbeda. Beberapa dipanggil untuk menduduki posisi kepemimpinan dan otoritas, dan karena itu dituntut tanggung jawab yang lebih besar untuk bisa mengajarkan cara hidup ini dan menunjukkan bagaimana pelaksanaannya. Walaupun demikian, setiap orang Kristen dituntut untuk bertanggung jawab atas karunia Tuhan yang sudah diberikan kepadanya.

Tidak dapat di abaikan bahwa dengan karunia Tuhan semua orang Kristen diharuskan untuk berpaling dari ”manusia lama” yang kita miliki sebelum diselamatkan. Penjelasan Paulus tentang ”manusia baru” mencakup beberapa langkah dasar dan praktis. Ayat 2 memberikan empat penerapan khusus tentang bagaimana iman Kristen harus diterjemahkan ke dalam perilaku Kristen yang dapat mendukung perbuatan baik kita kepada sesama dan yang memuliakan nama Tuhan. Sifat-sifat tersebut adalah kerendahan hati, kelembutan, kesabaran, dan kasih. Sifat-sifat ini dianjurkan sebagai cara untuk hidup layak atas panggilan yang telah diberikan Allah kepada kita.

Hidup dengan cara yang sesuai dengan panggilan Kristus (Efesus 4:1) mencakup empat sifat yang dijelaskan dalam ayat ini. Pertama, jemaat Efesus—dan semua orang Kristen—harus hidup dalam kerendahan hati. Kristus memanggil orang lain untuk hidup dengan kerendahan hati seperti anak kecil (Matius 18:4) dan mengajarkan, “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Matius 23:12). Yesus lahir di palungan yang sederhana, tumbuh dalam lingkungan yang sederhana, menjalani kehidupan yang sederhana, tetapi memiliki dampak yang luar biasa. Para pengikut Kristus juga harus bertindak dalam kerendahan hati.

Kedua, orang percaya harus hidup dengan kelembutan. Menjadi lembut adalah bagian dari buah Roh (Galatia 5:23) dan penting dalam kehidupan setiap orang percaya. Sifat ini tidak hanya membantu menghindari konflik yang tidak perlu, tetapi juga menunjukkan kasih yang seharusnya kita tunjukkan setiap saat (Yohanes 13:34–35).

Ketiga, orang percaya harus menunjukkan kesabaran. Kesabaran adalah bagian lain dari buah Roh (Galatia 5:22) dan juga suatu keharusan jika kita ingin menunjukkan kasih kepada orang lain. Di tempat lain, Paulus mengingatkan orang percaya bahwa “kasih itu sabar” (1 Korintus 13:4).

Keempat, orang percaya harus hidup dengan kasih terhadap satu sama lain. Paulus telah menyebutkan hal ini dalam Efesus dan surat-surat lainnya, khususnya dalam 1 Korintus 13 di mana “karunia Allah yang terbesar adalah kasih.” Khususnya sebagaimana digunakan dalam Perjanjian Baru, “kasih” bukan sekadar perasaan atau emosi. Itu berarti melakukan tindakan yang menguntungkan orang lain. Perasaan yang tidak menghasilkan tindakan bukanlah “kasih” yang alkitabiah dan nyata.

Kesatuan ini juga harus terjadi “dalam ikatan damai sejahtera”. Damai adalah tema lain yang disebutkan Paulus beberapa kali dalam surat ini (Efesus 1:2; 2:14, 15, 17; 6:15, 23). Kristus adalah kedamaian kita, Dia menciptakan kedamaian, memberitakan kedamaian, memberikan kesatuan dalam kedamaian, dan menawarkan Injil kedamaian. Kedamaian adalah bagian dari buah Roh (Galatia 5:22) dan penting bagi setiap orang percaya (Roma 5:1). Mereka yang gemar untuk bertengkar dengan orang seiman adalah bukan orang Kristen sejati, tetapi mungkin adalah utusan iblis yang berusaha memecah belah kesatuan tubuh Kristus,

Pagi ini, kita harus sadar bahwa memahami besarnya kasih karunia yang menyelamatkan dengan sungguh-sungguh, seperti yang dijelaskan Paulus dalam bab-bab sebelumnya, adalah motivasi pertama orang Kristen untuk menjalani kehidupan yang saleh. Orang Kristen yang segan berusaha untuk hidup baik adalah orang yang kurang menghargai pengurbanan Kristus bagi semua umat-Nya. Di sini, Paulus mendorong orang percaya untuk hidup dengan cara yang menghargai karunia itu dengan rajin berbuat baik satu kepada yang lain. Semua orang Kristen yang diselamatkan adalah bagian dari satu keluarga yang bersatu, bagian dari ”tubuh” Kristus. Orang Kristen yang sejati adalah orang yang menghargai karya penebusan Kristus bagi setiap orang Kristen yang sudah diselamatkan kepada Allah Tritunggal yang sama, terlepas dari bakat atau keterampilan mereka, denominasi gereja mereka, status, suku atau ras mereka, baik pria atau wanita.

Satu pemikiran pada “Biarpun berbeda, kita hidup dalam satu iman

Tinggalkan komentar