“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.” Filipi 3:13-16

Filipi 3:12 – 4:1 menjelaskan sikap yang tepat yang seharusnya dimiliki orang Kristen dalam proses ”pengudusan.” Ini adalah jalan bertahap seumur hidup untuk menjadi semakin seperti Yesus. Tempat kita dalam kekekalan aman sejak saat kita percaya kepada Kristus, tetapi butuh waktu untuk melihat tindakan dan sikap kita berubah menjadi seperti-Nya. Paulus mencatat bahwa ia tidak sempurna, tetapi mendorong orang Kristen untuk meniru fokus tunggalnya dalam mengejar Yesus. Paulus juga menangisi mereka yang menolak Injil, sebuah pilihan yang akan mengakibatkan kehancuran mereka.
Kedua sikap Paulus ini mungkin cukup mengherankan orang Kristen yang percaya bahwa manusia tidak perlu atau bisa menanggapi karunia penyelamatan dan pengudusan dari Tuhan karena semua itu hanya bergantung pada kehendak-Nya semata-mata. Tetapi kita harus yakin bahwa Tuhan menghendaki kita mau untuk diselamatkan dan dikuduskan karena Tuhan sudah memungkinkan hal itu bagi setiap orang yang dipilih-Nya. Seperti yang Paulus katakan di atas, respons kita adalh perlu karena kita bukan robot-robot Allah.
Paulus merinci riwayat hidupnya yang mengesankan sebagai orang Yahudi. Tidak seorang pun dari kritikus atau musuhnya yang dapat membanggakan silsilah yang dimiliki Paulus. Ia menyebutkan hal ini hanya untuk menekankan betapa kecilnya hal-hal tersebut, dibandingkan dengan iman kepada Kristus. Bahasa Paulus di sini tajam dan langsung ke intinya. Ia kemudian menjelaskan bagaimana fokus orang Kristen seharusnya hanya pada Kristus, seperti halnya seorang pelari yang berkonsentrasi pada tujuannya agar dapat berlari dengan efektif. Daripada melihat ke masa lalu, atau pada diri kita sendiri, kita seharusnya melihat ke depan, ke kekekalan bersama Tuhan. Ini harus kita putuskan dan lakukan dalam hidup kita – kita tidak bisa tinggal pasif dan merenungi karunia Tuhan, tetapi memakainya dengan bersemangat.
Tujuan Paulus adalah kesempurnaan, tetapi ia belum mencapainya. Ia tidak sempurna, dan ia juga tidak berharap untuk mencapai kesempurnaan sebelum kematiannya. Sebaliknya, ia menggunakan analogi seorang pelari dalam perlombaan untuk menggambarkan motivasi kehidupan rohaninya. Seperti seorang pelari yang berdedikasi, ia memiliki satu tujuan. Sama seperti seorang pelari tidak dapat berhasil kecuali ia berkonsentrasi pada perlombaan, Paulus juga tidak dapat berhasil bertumbuh dalam Kristus jika ia membiarkan hal lain mengganggunya. Bagi kebanyakan orang Kristen, hal lain itu adalah ketidakpedulian akan perintah Tuhan untuk melangkah maju dalam iman.
Melanjutkan analogi berlari, Paulus juga memilih untuk hidup dengan prinsip penting: menjaga perhatiannya pada jalan di depannya. Seorang pelari tidak dapat melihat ke belakang dan tetap fokus pada tujuan di depannya. Kedua gagasan tersebut saling eksklusif. Tujuan seorang pelari adalah untuk fokus pada langkah berikutnya menuju tujuannya. Maju ke depan dan bukan berhenti. Kehidupan rohani Paulus juga sama. Ia tidak akan melihat kembali langkah-langkah sebelumnya, tetapi fokus untuk meningkatkan setiap langkah dalam perlombaannya hingga mencapai tujuan bersama Kristus.
Orang Kristen dapat belajar dari masa lalu, tetapi kita tidak terikat pada hal-hal yang telah kita lakukan. Alih-alih dibelenggu oleh kesalahan masa lalu, atau tetap melakukan kesalahan yang sama, kita harus mau untuk terus maju, dengan mengetahui bahwa kita sudah diberi kemampuan untuk itu karena adanya pengampunan Kristus. Paulus menggunakan analogi seorang pelari yang mendapat kesempatan untuk bertanding, yang harus berfokus pada tujuan di depannya. Ini mencegah kemungkinan terganggu dan tersandung selam hidup di dunia. Tujuan rohani Paulus dinyatakan secara langsung di sini: “hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”
Apa yang dilakukan Paulus sebagai orang Farisi yang belum bertobat bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan. Ia memenjarakan orang Kristen dan mungkin menyebabkan kematian beberapa orang. Tetapi, fokus Paulus adalah pada momentum ke depan, bukan kesalahan sebelumnya. Seseorang tidak dapat bergerak maju jika pikiran dan visinya terfokus pada masa lalu. Merasa berdosa, bersalah, dan tidak pantas. Paulus memiliki tujuan yang jelas: berada di surga bersama Tuhan. Ia menantikan pahala tertinggi atas pelayanannya yang setia.
Paulus menulis tentang tujuan mengejar Kristus sampai ia bertemu dengan-Nya setelah kehidupan di dunia ini berakhir. Ini adalah fokus yang berguna bagi orang percaya saat ini juga. Karena itu, jangan terlalu khawatir tentang apakah kita akan mati terlebih dahulu, atau apakah Kristus akan kembali. Sebaliknya, kita harus siap kapan pun dan bagaimana pun kita bertemu dengan Kristus. Ajaran Paulus adalah untuk tidak menoleh ke masa lalu, tetapi sebaliknya berfokus pada apa yang dapat kita lakukan hari ini dan di masa mendatang untuk hidup bagi Kristus sampai kita bertemu dengan-Nya.
Perspektif Paulus ini adalah hasil dari hikmat, kedewasaan, dan pengalaman dari Tuhan. Paulus mengharapkan para pembacanya untuk bergabung dengannya dalam mengejar Kristus di atas segalanya. Ia sangat yakin bahwa ini adalah pendekatan yang benar sehingga ia tidak memberi ruang bagi kita untuk beralasan. Meskipun Paulus di tempat lain berbicara tentang ruang untuk ketidaksepakatan di antara orang-orang percaya Kristen (Roma 14), ini adalah satu hal yang tidak ada ruang untuk pandangan alternatif. Jika Anda tidak setuju, harapan Paulus adalah bahwa Tuhan akan mengubah pikiran kita. Kita sudah dimampukan Tuhan, tetapi kita harus mengambil keputusan untuk menjawab “ya”.
Hal-hal ini penting karena satu alasan utama. Tujuan untuk menjadi lebih seperti Kristus tidak hanya berlaku bagi para pemimpin Kristen. Ini bukan panggilan hanya untuk “orang-orang Kristen super,” ini adalah untuk menjadi tujuan setiap orang percaya. Jalan yang diberikan Paulus merupakan harapan bagi setiap orang Kristen, di gereja Filipi, dan juga diri kita sendiri saat ini. Sebagai orang percaya, kita diajarkan untuk menganggap segala sesuatu dalam hidup tidak berharga jika dibandingkan dengan mengenal Kristus dan menjadi lebih seperti Dia. Ada berbagai karunia dan panggilan, tetapi hanya ada satu sikap yang harus dimiliki dalam hal pertumbuhan rohani: mengejar Kristus di atas segalanya.
Amin
SukaSuka