“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Roma 11:36

Di dalam teologi kemakmuran, seringkali Tuhan digambarkan seolah-olah Dia membutuhkan sesuatu dari manusia.
Anda harus “menabur benih” dengan uang agar “mendapatkan tuaian.” Anda harus menunjukkan iman Anda agar Tuhan bisa bertindak. Seolah-olah Tuhan tidak bisa memberkati kalau Anda belum melakukan tugas Anda.
Namun Alkitab mengajarkan sesuatu yang jauh berbeda: Tuhan tidak membutuhkan apa pun. Tapi Dia tetap memilih untuk mengasihi dan memberkati.
Ketika Tuhan Dipersepsikan “Membutuhkan” Kita
Ajaran “Tuhan butuh persembahanmu agar bisa memberkatimu” Ini membuat Tuhan tampak seperti pedagang: Anda beri, baru Dia beri. Namun, Mazmur 50:12 berkata: “Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya.” Tuhan tidak pernah lapar. Dia tidak pernah miskin.
Jika gereja membutuhkan uang untuk bisa melayani jemaat, itu bukan berarti Tuhan meminta persembahan Anda karena kekurangan, tapi karena ingin membentuk hati kita. Ajaran “Tuhan menunggu imanmu agar Ia bisa bekerja” agaknya menyatakan bahwa kuasa Tuhan dibatasi oleh iman manusia. Tapi Tuhan berkata: “Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku bermurah hati.” — Keluaran 33:19 Iman adalah jalan kepercayaan kita, bukan kunci untuk memaksa Tuhan untuk bertindak.
Karena itu, dalam teologi kemakmuran, prinsip “Berkat adalah hasil transaksi” menjadikan kasih karunia Tuhan sebagai barang jual-beli. Padahal, kasih karunia sejati adalah pemberian cuma-cuma, bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan persembahan atau deklarasi iman.
Kebenarannya: Tuhan Penuh, Bukan Kosong
Tuhan tidak pernah membutuhkan apapun dari kita. Tapi Dia mengundang kita untuk:
- Memberi, agar kita terbebas dari cinta uang.
- Beriman, agar kita hidup dalam kepercayaan, bukan ketakutan.
- Menyembah, bukan karena Dia haus pujian, tapi karena kita diciptakan untuk menikmati hadirat-Nya.
Tuhan tidak menunggu kekuatanmu. Dia mendatangi kelemahanmu. Tuhan tidak perlu “dibujuk” untuk memberkati. Dia telah memberikan Anak-Nya sendiri — bukti bahwa Dia rela memberi yang paling mahal, bahkan sebelum kamu melakukan apa pun.
“Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri… masakan Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” — Roma 8:32
Pertanyaan Refleksi:
- Apakah selama ini Anda merasa harus “membayar” Tuhan agar Dia memberkati hidup Anda?
- Bagaimana Anda bisa lebih percaya pada kasih karunia Tuhan, bukan pada usaha Anda sendiri?
- Apa artinya bagi Anda bahwa Tuhan tidak membutuhkan Anda, tapi tetap mengasihi Anda dengan sepenuhnya?
Doa Penutup:
Tuhan yang Mahakaya dan Mahakasih, Ampunilah aku jika aku pernah menganggap bahwa Engkau seperti manusia yang perlu disenangkan.
Aku percaya bahwa Engkau tidak membutuhkan apapun dariku, tapi Engkau tetap ingin bersamaku.
Bentuk hatiku agar memberi dan percaya bukan karena kewajiban, tapi karena cinta. Ajar aku untuk menikmati Engkau, bukan hanya mengejar berkat-Mu. Di dalam Yesus, aku bersyukur. Amin.