“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” 1 Yohanes 4:16

Tahun 2025 perlahan menutup lembarannya. Ada halaman-halaman yang ingin kita kenang dengan syukur, ada pula yang mungkin ingin kita lipat rapi dan tidak sering-sering dibuka kembali. Seperti tahun-tahun sebelumnya, waktu berjalan tanpa meminta izin, membawa serta keberhasilan dan kegagalan, tawa dan air mata, harapan yang terpenuhi dan doa yang terasa tak terjawab.
Kini, tahun 2026 berdiri di depan kita—masih kosong, masih sunyi, masih penuh tanda tanya. Tidak seorang pun tahu apa yang akan terjadi. Kita tidak tahu kondisi kesehatan kita setahun ke depan, arah dunia yang terus berubah, nasib ekonomi, relasi, bahkan pergumulan batin yang mungkin muncul tanpa diduga. Ketidakpastian inilah yang sering melahirkan kekhawatiran. Masa depan, bagi banyak orang, adalah sumber kecemasan.
Namun firman Tuhan mengarahkan pandangan kita ke dasar yang jauh lebih kokoh: “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita.” Bukan sekadar tahu secara intelektual, tetapi mengenal—melalui pengalaman hidup—dan percaya—dengan keyakinan yang bersandar penuh. Kasih Allah bukan teori, bukan slogan rohani, melainkan realitas yang telah dinyatakan melalui salib Kristus dan kesetiaan-Nya yang terus kita alami hari demi hari.
Rasul Yohanes menegaskan sesuatu yang radikal: Allah adalah kasih. Ini berarti kasih bukan hanya salah satu sifat Allah, tetapi hakikat-Nya sendiri. Dan jika kita tinggal di dalam kasih itu, kita tinggal di dalam Allah. Masa depan mungkin tidak pasti, tetapi Allah yang kita kenal tidak pernah berubah. Kasih-Nya tidak tergantung pada situasi, usia, keberhasilan, atau kegagalan kita. Ia setia ketika kita kuat, dan Ia tetap setia ketika kita rapuh.
Menyambut tahun baru dengan iman bukan berarti menutup mata terhadap realitas hidup. Kita tetap merencanakan, bekerja, dan berjaga-jaga. Namun perbedaannya terletak pada dasar hati kita. Kekhawatiran tidak lagi menjadi pusat, karena masa depan tidak kita hadapi sendirian. Kita melangkah bersama Allah yang telah lebih dahulu hadir di hari esok.
Jika kita menoleh ke belakang, sering kali kita menyadari: ada banyak hal yang dulu kita khawatirkan, tetapi ternyata dapat kita lewati. Ada jalan yang Tuhan buka, kekuatan yang Tuhan beri, dan penghiburan yang datang tepat pada waktunya. Semua itu bukan kebetulan. Itu adalah jejak kasih Allah yang menyertai perjalanan hidup kita.
Karena itu, memasuki tahun 2026, pertanyaannya bukan terutama: apa yang akan terjadi? Melainkan: di dalam siapa kita tinggal? Jika kita tinggal di dalam kasih Allah, maka apa pun yang datang—sukacita atau duka—tidak akan memisahkan kita dari Dia. Kita mungkin tidak selalu mengerti rencana-Nya, tetapi kita mengenal hati-Nya.
Tahun baru adalah undangan untuk memperbarui kepercayaan. Bukan janji bahwa hidup akan lebih mudah, tetapi keyakinan bahwa kita tidak akan pernah berjalan sendiri. Kasih Allah cukup untuk hari ini, dan kasih yang sama akan menopang kita esok hari.
Doa Penutup:
Tuhan yang penuh kasih,
Kami mengucap syukur untuk tahun yang telah Engkau izinkan kami jalani. Untuk segala berkat yang kami terima, kami bersyukur. Untuk luka dan kegagalan, kami menyerahkannya ke dalam tangan kasih-Mu.
Saat kami melangkah ke tahun yang baru, kami mengakui keterbatasan kami. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi kami memilih percaya kepada-Mu. Ajarlah kami tinggal di dalam kasih-Mu, agar hati kami tenang menghadapi hari esok.
Pimpinlah langkah kami di tahun 2026. Bentuklah kami menjadi pribadi yang lebih setia, lebih rendah hati, dan lebih mengasihi. Kiranya hidup kami memuliakan nama-Mu, apa pun keadaan yang kami hadapi.
Di dalam nama Yesus Kristus, sumber pengharapan kami, kami berdoa.
Amin.