“Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.” Markus 4: 39

Pagi ini, segera setelah bangun tidur saya keluar dari kamar menuju ke balkoni belakang untuk melihat matahari terbit. Laut terlihat sangat tenang dan beberapa perahu terlihat berhenti disana, mungkin dengan penumpang yang masih tidur beristirahat. Suasana tenang dan barangkali mereka sedang bermimpi indah.
Murid-murid Yesus menurut kitab Markus diatas mungkin juga berperahu sambil menikmati pemandangan ketika mereka menyeberangi laut Galilea yang juga dinamakan laut Tibereas. Laut ini sebenarnya adalah danau air tawar terbesar di Israel, sekitar 20 km panjangnya dan 10 km lebarnya dengan kedalaman 45 meter. Ketenangan danau itu tiba-tiba berubah diganti dengan kekacauan dan ketakutan ketika angin topan datang, yang membuat perahu mereka hampir karam.
Datangnya topan dan ombak membuat murid-murid menjadi was-was. Tetapi, sebagai penangkap ikan, sebagian mungkin sudah terbiasa menghadapi ombak besar seperti itu. Seperti semboyan “When the going gets tough, the tough gets going” (Jika keadaan makin buruk mereka yang kuat tetap bertahan), mereka awalnya tentu berusaha untuk mengatasi keadaan. Semboyan ini adalah semboyan lama dalam bahasa Inggris yang mungkin diperkenalkan oleh presiden Kennedy dari Amerika Serikat. Semboyan ini sering dipakai untuk memotivasi orang-orang yang mengalami persoalan/tantangan agar tetap bertahan. Tetapi sekalipun mereka yang kuat dan berpengalaman dengan ombak besar, ternyata keadaan menjadi sangat buruk sehingga mereka harus membangunkan Yesus.
Sekuat-kuatnya manusia, tentu ada keadaan yang membuat mereka kuatir. Dengan pikiran sehat kita tentu pernah mengalami bahwa ada saatnya kita merasa takut dan kuatir karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam hidup kita. Orang disekitar kita mungkin bermaksud baik dengan menyokong kita, membesarkan hati kita sambil berkata “When the going gets tough, the tough gets going”. Tetapi siapakah yang berani mengaku bahwa dirinya “tough” atau “kuat” dalam gelombang hidup yang besar? Kita adalah manusia yang sebenarnya kecil dibandingkan dengan gunung persoalan dan tantangan yang kita hadapi.
Seperti murid-murid Yesus kita pernah merasa lemah dan tak berdaya. Tidak ada orang lain yang bisa menolong kita. Tidak ada nasihat dan semboyan yang bisa membesarkan hati kita. When the going gets tough, the tough gets going…. Bukan aku, Tuhan!
Pada waktu murid-murid menyadari ketidak-berdayaan mereka, mereka menjerit memanggil Yesus. Mereka membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Dalam keadaan darurat seperti itu mereka sadar bahwa harapan satu-satunya adalah pada Ia yang benar- benar “tough”, yang benar-benar berkuasa, Tuhan Yesus.
Pagi ini kita diingatkan bahwa kita tidak diharapkan untuk selalu menang dan selalu bersemangat untuk bisa menang dalam hidup ini. Bukan seperti yang dipidatokan banyak motivator di TV dan seminar. Adakalanya kita harus merasa kalah, ada saatnya kita menyerah, untuk bisa menjerit kepada Tuhan. Meminta tolong kepada Dia yang mahakuasa dan mahakasih. Dan Ia akan menghardik topan kehidupan kita dan berkata: “Diam! Tenanglah!”
Mungkin kita sudah mengalami berbagai topan kehidupan di masa lalu. Ingatkah anda bahwa ketika topan itu reda dan hidup kita menjadi teduh kembali, Yesus berkata kepada kita: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”