“Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” Roma 2: 4
Salah satu buah Roh, hasil pekerjaan Roh Kudus, adalah kemurahan. Alkitab dalam bahasa Inggris memakai istilah “kindness” yang artinya kemurahan hati. Karena itu, kemurahan sering ditafsirkan sebagai kemauan untuk mau menolong, mau memberi perhatian, mau menghargai dsb.
Di dunia yang serba materialistik dan semu ini, kita mungkin senang jika ada teman yang suka menraktir, memberi hadiah dan pujian. Kelihatannya, tidaklah sukar untuk bermurah hati. Asal ada uang dan kemauan, kemurahan itu mudah dilakukan. Kemurahan itu murah. Betulkah?
Kemurahan yang murni, jika diharapkan dari hati manusia, sebenarnya tidak mudah terjadi. Hati manusia yang belum benar-benar mengenal Allah akan sulit untuk mempunyai kemurahan yang benar.
Pada hakikatnya, kemurahan manusia sering terbatas. Siapakah yang mau dan bisa menunjukkan kemurahan untuk orang yang tidak dikenal atau orang yang tidak disenangi? Kita mungkin juga segan bermurah hati jika kita tidak mendapat penghargaan atau dilihat orang lain. Kemurahan orang Kristen sering berdasarkan pamrih, seperti kemurahan orang yang belum percaya.
“Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?” Matius 4: 47
Jika manusia sulit untuk dapat bermurah hati dengan sepenuhnya, kemurahan hati Allah yang tidak memandang bulu justru sudah terbukti. Allah yang mahakasih sudah bermurah hati kepada semua orang dengan memanggil dan menuntun mereka kepada pertobatan. Yesus bahkan sudah turun ke dunia dan berulang kali menunjukkan kemurahanNya, antara lain dengan membasuh kaki murid-muridNya.
Pagi ini kita diingatkan bahwa jika Roh Kudus bekerja dengan giat dalam hidup kita, kita akan selalu sadar bahwa karena kemurahan Allah sajalah kita telah mengalami pertobatan dan menerima keselamatan. Karena itu, kemurahan kita kepada orang lain, baik kecil maupun besar, bukanlah untuk kenyamanan hidup dan perasaan kita sendiri. Bukan juga untuk mencari popularitas atau sekedar tradisi. Karena kita sudah mendapat kemurahan Allah, kita harus bisa menunjukkan kemurahan kita sebagai buah Roh sehingga orang lain tidak dapat menganggap sepi Allah kita yang Maha Pemurah. Kemurahan ternyata bukan barang murahan!
