Mengatasi kekecewaan

“Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Lukas 22: 42

Siapa yang tidak pernah kecewa? Dari kecil, manusia selalu menjumpai kekecewaan. Entah itu gara-gara janji teman yang tidak terpenuhi atau acara piknik yang terpaksa dibatalkan karena cuaca buruk, semua orang pernah mengalaminya. Pada umumnya, kekecewaan kecil tidaklah sulit untuk diatasi karena itu gampang dilupakan. Mungkin juga masih ada hal-hal lain yang bisa dipakai untuk mengobati luka di hati. Namun luka hati yang kecil bisa juga menumpuk jika tidak dihilangkan atau diobati. Begitu banyak orang yang mengalami kekecewaan karena hal-hal yang nampaknya sepele, tetapi karena sering mendatangi lama-lama kekecewaan menumpuk seperti bukit.

Sering juga dalam rumah tangga ada ketidak sepahaman atau pertikaian dengan anak, istri, suami, dan orang tua yang membuat seseorang merasa kecewa. Kekecewaan atas diri sendiri ataupun atas diri orang lain sering terjadi sedemikian rupa sehingga orang mempunyai luka hati yang dalam. Sekalipun kejadian yang mengecewakan sudah berlalu lama, kita mungkin masih mengingatnya, seolah itu terjadi hari kemarin. Bahkan kekecewaan yang besar bisa berlanjut dengan kekecewaan kepada Tuhan, yang diharapkan untuk menolong tapi tidak kunjung muncul atau tidak pernah terasa kasihNya. Banyak orang Kristen yang mundur dalam imannya atau meninggalkan Tuhannya karena kekecewaan hidup.

Tidak bolehkah kita kecewa dalam menghadapi suatu keadaan yang kurang baik? Tidak bolehkan kita kecewa kepada Tuhan karena kita tidak mengerti apa yang dilakukanNya dalam hidup kita? 

Yesus di taman Getsemane bergumul dalam penderitaan ketika menyadari bahwa waktunya sudah dekat untuk disalibkan. Ia menyuruh murid-muridNya untuk berdoa, tetapi Ia justru menjumpai mereka semuanya tidur karena kesusahan dan mungkin juga kekecewaan yang mereka alami. Yesus bukanlah Raja seperti yang mereka harapkan dan bayangkan.

“Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita.” Lukas 22: 45

Mungkinkah Yesus kecewa melihat murid-muridNya tertidur pulas?  Yesus tahu muridnya lemah. Kalaupun Ia kecewa, Ia tidak menunjukkannya. Sebaliknya, apa yang keluar dari mulutNya adalah nasihat yang cocok untuk orang yang lelah, berduka dan kecewa dalam hidup mereka.

Kata-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Lukas 22: 46

Memang, siapapun yang jauh dari Tuhan akan mudah jatuh dalam hal-hal yang jelek.  Apalagi kekecewaan biasanya menjauhkan manusia dari Tuhan dan sesama. Seperti Yunus yang kecewa karena hal-hal yang berada di luar kuasanya.

“Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: “Lebih baiklah aku mati dari pada hidup.” Yunus 4: 8

Seperti murid-murid Yesus dan Yunus, mungkin kita merasa kecewa dan lelah sehingga hidup kita terasa hambar saat ini. Apa yang bisa kita perbuat dalam hal ini?

Kekecewaan dan kesedihan adalah lumrah untuk manusia. Tetapi jika kita yakin bahwa Tuhan tahu apa yang terjadi dalam hidup kita dan Dia adalah Tuhan yang Mahakasih, beban kita akan bisa menjadi jauh lebih ringan.  Apa yang diucapkan dalam doa Yesus di taman Getsemane bisa menjadi sumber kesabaran dan kekuatan kita dalam menghadapi segala persoalan hidup. Doa ini jugalah yang bisa menghilangkan kekecewaan kita.

Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah tantangan kehidupan ini dari padaku tetapi bukanlah kehendakku,  melainkan kehendak-Mulah yang terjadi. 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s