“Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” 1 Yohanes 4: 10
Sebentar lagi hari Natal akan datang dan hampir semua kota di dunia sudah memakai lampu-lampu dan berbagai hiasan khas Natal lainnya. Memang hari Natal adalah hari besar terbesar kedua sedunia, sesudah Tahun Baru. Lebih sebulan lamanya, mereka yang merayakan Natal menantikan datangnya hari yang dipilih manusia untuk menandai hari kelahiran Yesus di Betlehem.
Mereka yang merayakan hari Natal mempunyai berbagai alasan mengapa hari itu adalah hari yang berkesan. Kebanyakan orang mungkin membayangkan indahnya lagu-lagu dan hiasan Natal, kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga, atau acara-acara Natal yang membawa pesan damai di gereja.
Di Australia, berbeda dengan Indonesia, Natal tidak dirayakan seperti Tahun Baru. Kebaktian tengah malam umumnya tidak ada, dan orang mulai saling mengucapkan “Merry Christmas” seminggu sebelum hari Natal dan berhenti menyebutkan ucapan ini sesudah hari Natal. Biasanya kebaktian Natal dilangsungkan petang hari pada tanggal 24 dan pagi hari tanggal 25 Desember. Karena hari Natal jatuh pada saat libur besar musim panas, pengunjung beberapa gereja mungkin juga agak berkurang sebab banyak anggotanya yang berlibur ke luar kota. Sebaliknya, banyak juga gereja yang dipenuhi oleh tamu pengunjung yang datang dari kota lain.
Hari Natal yang ditentukan manusia untuk merayakan hari kelahiran Yesus sebenarnya bukanlah sesuatu yang harus dirayakan pada satu hari saja. Kedatangan Kristus ke dunia dalam rangka penyelamatan umat manusia sudah terjadi lebih dari dua ribu tahun yang lalu, tetapi sekali pun seseorang sudah lama menjadi anggota gereja, makna Natal yang benar bisa saja belum terasa dalam hidupnya. Karena itu, kelahiran Yesus dalam hati manusia di dunia bisa terjadi di setiap saat atau setiap hari.
Natal sebenarnya adalah kisah cinta. Tuhan yang Maha Suci menyatakan cintaNya kepada manusia yang berdosa. Ia mengirimkan AnakNya ke dunia sebagai usaha satu-satunya untuk menyelamatkan manusia dari kematian yang kekal.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3: 16
Cinta Tuhan kepada manusia bisa saja menjadi cinta yang “bertepuk sebelah tangan” jika manusia tidak menanggapi uluran tanganNya.
Adalah menyedihkan bagi Tuhan jika manusia yang merayakan hari Natal, tidak dapat merasakan kasihNya atau menyadari betapa besar pengorbananNya. Tak bisa dibayangkan jika Tuhan melihat betapa bersemangatnya manusia merayakan hari kelahiranNya, tetapi kerinduan cinta sejati mereka sebenarnya tidak ada. Sesudah hari Natal semua kenangan indah hilang musnah tak berbekas dan manusia kembali hidup seperti biasa, tanpa ikatan kepada Tuhan yang mencintai mereka.
Pagi ini biarlah kita diingatkan bahwa apa yang lebih penting dari kemeriahan dan kemegahan acara Natal kita adalah kenyataan apakah kita benar-benar mengasihi Dia yang sudah lahir di dunia untuk menebus dosa kita. Rasa cinta kita harus diwujudkan dalam kerinduan kita akan Tuhan dan suaraNya dalam kita menjalani hidup kita setiap hari.
“Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.” Mazmur 42: 1