“Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” 2 Korintus 1: 3 – 4
Banyak orang yang mengalami penderitaan atau masalah hidup akan mempertanyakan mengapa hal itu harus terjadi pada mereka. Why me? Pertanyaan sedemikian adalah lumrah bagi setiap orang, dan mungkin menunjukkan bahwa mereka percaya bahwa segala sesuatu tidak berjalan secara acak, tetapi menurut suatu pola atau maksud tertentu. Pasti ada suatu sebab atau penyebabnya, dan karena itu mereka mempertanyakan hal itu.
Bagi orang yang bukan Kristen, penyebab malapetaka atau masalah mungkin dihubungkan dengan nasib, kehendak Tuhan, hukuman Tuhan, atau kekejian manusia dan iblis. Tetapi, sebagai umat Kristen kita tahu bahwa Tuhan adalah Bapa yang mengasihi dan tidak akan mencelakai anak-anakNya. Tetapi, pertanyaan yang sama tetap tidak terjawab: why me?
Memang dunia ini sudah jatuh kedalam dosa, dan dengan itu segala kekejian manusia dan tipu daya iblis bisa mengancam kebahagiaan anak-anak Tuhan setiap saat. Tetapi bukankah Tuhan yang maha kuasa selalu melindungi umatNya? Mengapa Ia membiarkan kita mengalami segala masalah besar yang tidak kita duga? Why me?
Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menulis bahwa ia dan teman-teman seimannya juga mengalami penderitaan yang sangat besar di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas mereka adalah begitu besar dan berat, sehingga mereka telah putus asa dan bahkan menguatirkan hidup mereka. Saking beratnya masalah yang dihadapi, seolah-olah mereka telah dijatuhi hukuman mati (2 Korintus 1: 8 – 9). Tetapi mereka tidak mempertanyakan mengapa hal itu harus terjadi pada diri mereka.
Paulus menjelaskan bahwa hal yang buruk itu terjadi, supaya mereka jangan menaruh kepercayaan pada diri mereka sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. Dengan adanya berbagai penderitaan, Paulus dan rekan-rekannya justru bisa menaruh pengharapan bahwa Tuhan akan menyelamatkan mereka seperti apa yang sudah terjadi pada saat-saat yang telah lalu.
Paulus dan rekan-rekannya percaya bahwa segala sesuatu ada dalam kuasa Tuhan. Segala sesuatu tidak terjadi secara kebetulan. Mereka adalah murid-murid Kristus yang mengalami penderitaan seperti Kristus. Jadi tidak perlu ada pertanyaan “why me”. Seperti Kristus, mereka sudah mendapat bagian dalam kesengsaraan, dan karena itu, seperti Kristus, mereka juga sudah menerima penghiburan berlimpah-limpah dari Allah Bapa.
Pagi ini, jika kita bangun dan sadar bahwa hidup ini tidak seindah yang kita harapkan, tetapi justru jauh lebih buruk dari apa yang kita duga, mungkin kita mempertanyakan kebijakan Tuhan yang mengijinkan semua itu terjadi. Tetapi, seperti Paulus dan orang-orang percaya yang lain, biarlah kita yakin bahwa segala sesuatu ada dalam rancangan Tuhan. Tuhanlah yang bisa menguatkan kita, dan bahkan memakai hidup kita untuk menguatkan orang lain, sehingga mereka beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kita derita. Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan!
Dg menguatkan yg lmah agar kita lbih kuat lg. Yeay… hbat skli ya, kata2nya.
Dan biarlah pula, kita ttp berpijak pd kebenaran bhwa Tuhan tdk prnh merancangkan yg jahat pd umatNya, ad hikmah di setiap penderitaan yang dialami orang yang beriman kepada-Nya.
SukaSuka