“Apabila engkau mendirikan rumah yang baru, maka haruslah engkau memagari sotoh rumahmu, supaya jangan kaudatangkan hutang darah kepada rumahmu itu, apabila ada seorang jatuh dari atasnya.” Ulangan 22: 8
Di zaman modern ini manusia pada umumnya sudah mempunyai kesadaran akan perlunya keselamatan fisik (safety) dalam melakukan pekerjaan atau aktivitas kehidupan. Hari-hari dimana kita boleh mengendarai motor tanpa memakai helm, atau mengendarai mobil tanpa sabuk pengaman, dan juga memakai ponsel sambil menyetir mobil sudah berlalu, dan sekarang kita bisa didenda polisi jika melakukan hal-hal semacam itu. Walaupun demikian, setiap hari mungkin kita masih bisa melihat adanya orang-orang yang melanggar peraturan keamanan, bukan saja di Indonesia, tetapi juga di berbagai tempat di dunia.
Angka kecelakaan di banyak negara pada saat ini masih sangat tinggi, baik di jalan raya, industri maupun rumah tangga. Karena banyaknya kecelakaan, mungkin orang merasa biasa, dan bahkan kebal, dalam melihat apa yang seharusnya terasa menyedihkan, yang terjadi dalam masyarakat. Begitu juga orang Kristen, banyak diantara mereka yang kurang sadar akan peran mereka dalam mengurangi angka kecelakaan.
Masalah safety adalah masalah yang sangat penting, tetapi jarang dibahas di gereja. Mungkin ini disebabkan oleh anggapan bahwa hal ini termasuk dalam domain hukum, bukan agama. Walaupun begitu, ayat diatas jelas menunjukkan bahwa kita harus memikirkan hal keselamatan orang lain dalam setiap tindakan kita. Itu karena Tuhan berkata bahwa kita harus mengasihi orang lain seperti mengasihi diri sendiri (Matius 22: 39).
Dalam hal ini, banyak orang yang merasa bahwa apa yang mereka lakukan untuk diri mereka sendiri, sudah cukup baik untuk orang lain. Padahal, belum tentu apa yang kita rasakan baik untuk diri kita akan membawa kebaikan untuk orang lain. Tidaklah mengherankan jika banyak orang berpendapat bahwa apa yang aman untuk dirinya, juga aman dan tidak berbahaya untuk orang lain.
Memang, untuk bisa mengasihi orang lain, kita harus bisa dengan secara benar mengasihi diri kita sendiri, seperti Kristus yang sudah mengasihi umatNya.
“Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat” Efesus 5: 29
Mereka yang serampangan dengan hidupnya, tidak mungkin bisa mengasihi orang lain dengan cara yang benar. Mereka yang sering membahayakan diri sendiri, sering juga membahayakan orang lain. Mereka yang sering berani mengambil resiko, pastilah kurang bisa mempertimbangkan resiko bagi orang lain, terutama resiko bagi mereka yang kurang dalam hal kepandaian, ketrampilan dan kemampuan.
Pagi ini, sebelum kita mulai mengerjakan kegiatan kita sehari-hari, marilah kita memikirkan perbuatan apa saja yang kita biasa lakukan, yang bisa membahayakan diri kita. Lebih dari itu, kita harus mengerti apa saja yang bisa membahayakan orang lain. Selain itu kita harus bisa memperhitungkan hal yang terburuk, yang mungkin terjadi pada diri kita dan orang lain. Jika kita enggan untuk memikirkan hal-hal itu, perlulah kita bertanya kepada diri kita sendiri: Benarkah kita mengasihi sesama kita seperti mengasihi diri sendiri?
Btul, Pak Andreas. Bgmna kita bs mengasihi dan pduli pd org lain klau kita tdk mengasihi dan peduli pd diri sendiri.
SukaSuka