“Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu.” Mazmur 91: 7
Graham Stuart Staines (1941 – 23 January 1999) adalah seorang misionaris Australia yang bersama dua putranya, Philip (umur 10) and Timothy (umur 6), dibakar hidup-hidup oleh sebuah kelompok ekstrim ketika mereka sedang tidur dalam mobil mereka di desa Manoharpur, distrik Odisha, India pada tanggal 23 January 1999. Pada tahun 2003, Dara Singh terbukti bersalah dalam memimpin gang yang membunuh Graham Staines dan kedua putranya, dan dijatuhi hukuman seumur penjara hidup.
Graham sudah bekerja di Odisha diantara penduduk desa yang miskin dan penderita kusta sejak tahun 1965. Beberapa kelompok agama setempat kemudian merasa kurang senang dan menuduh bahwa ia secara paksa membuat orang setempat untuk menjadi Kristen. Karena itu mereka membuat rencana untuk membunuh Graham.
Istri Graham, Gladys, membantah bahwa mereka memaksa penduduk untuk berganti agama. Walaupun Gladys mengalami peristiwa yang sangat menyedihkan itu, ia tinggal di India untuk melayani penderita kusta sampai ia kembali ke Australia pada tahun 2004. Pada tahun 2005, ia menerima penghargaan dari pemerintah India untuk jasanya dalam menolong penderita kusta di Odisha. Pada tahun 2016, ia menerima penghargaan the Mother Theresa International Award for Social Justice.
Apakah yang membuat orang Kristen seperti Gladys untuk tetap tabah dalam menghadapi bencana kehidupan? Bagaimana mereka bisa menerima kenyataan bahwa sebagai orang Kristen, mereka juga bisa mengalami malapetaka?
Ayat diatas sering dipakai sebagian orang Kristen untuk menegaskan bahwa sekalipun orang disekeliling mereka mengalami kehancuran, mereka tetap jaya dan tidak terpengaruh, karena adanya pemeliharaan Tuhan. Bahkan, sering diceritakan bahwa ketika ada bencana alam dan semua gedung hancur berantakan, gedung gereja dengan ajaib tetap bisa berdiri. Bukankah itu tanda kebesaran Tuhan? Orang yang benar selalu dibebaskan dari bencana, orang yang mengalami malapetaka adalah orang yang jahat. Begitu mungkin anggapan mereka.
Graham Stuart Staines dan kedua putranya tewas secara tragis di tangan orang jahat. Dimanakah Tuhan sewaktu hal itu terjadi? Dimanakah janji Tuhan untuk melindungi semua umatNya? Mereka yang mengartikan ayat diatas secara literal akan kecewa. Pada waktu banyak orang melakukan tarian kematian untuk Graham, Philip dan Timothy, Tuhan seolah mengabaikan mereka. Tetapi Tuhan jelas tidak pernah meninggalkan umatNya. Malahan, semua yang terjadi di dunia berjalan sesuai dengan rencanaNya. Oleh karena itu, apapun yang ada, hal yang baik maupun yang buruk, seharusnya memberi kesempatan bagi kita untuk belajar lebih jauh untuk mengerti kehendakNya.
Benarkah Tuhan akan melindungi kita sekalipun ada ribuan orang tewas disekitar kita? Penulis Mazmur tidak secara terperinci menjelaskan keadaannya pada waktu itu. Mungkin pada waktu itu ia merasakan perlindungan Tuhan ketika ada kehancuran disekelilingnya. Tetapi, sebagai orang Kristen kita tidak bisa selalu luput dari penderitaan dan bencana. Bahkan dalam sejarah orang Kristen, banyak yang tersiksa, dianiaya dan dibunuh karena iman mereka. Yesus berkata bahwa itu adalah bagian dari panggilan iman kita. Tuhanlah yang memungkinkan kita untuk tetap teguh dalam iman, sekalipun keadaan disekeliling kita sangat menyedihkan.
“Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Matius 5: 10
Dengan keyakinan bahwa Tuhan menyertai umatNya, biarlah kita bisa menunjukkan kepada masyarakat di sekeliling kita bahwa Tuhan yang sudah memberi kita kekuatan dalam menghadapi kehancuran disekeliling kita, adalah Tuhan yang juga bisa menolong mereka. Melalui ketabahan dan keyakinan kita biarlah makin banyak orang yang mengenal Tuhan.
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Matius 5: 16