“Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” 2 Timotius 4: 3 – 4
Jika anda sempat mengunjungi toko buku, tentu anda bisa melihat adanya berbagai karya tulis yang bisa dibeli. Itu bukti bahwa sekalipun e-book atau buku elekronik sekarang ini makin populer, buku tradisional yang terbuat dari kertas tetap mempunyai banyak penggemar. Apalagi untuk anak-anak, buku dongeng atau fable yang bergambar adalah sesuatu yang disenangi sampai sekarang. Sebaliknya bagi orang dewasa, cerita novel dan fiksi seperti kisah petualangan, kisah cinta dan semacamnya tetap enak untuk dibaca sekalipun tidak bergambar.
Mengapa orang senang membaca cerita fiksi dan dongeng? Mungkin karena orang bisa mendapat kepuasan melalui khayalan. Teringat saya sewaktu anak-anak saya masih kecil, mereka selalu meminta untuk dibacakan dongeng sebelum tidur. Dengan mendengarkan dongeng, mereka menjadi tenang dan kemudian bisa tidur pulas.
Memang dengan mendengar cerita yang indah atau lagu yang merdu, kita bisa terbuai. Selain itu, dengan mata kita bisa mengagumi pemandangan, dengan lidah kita bisa menikmati makanan yang enak, dan dengan hidung kita dapat menghirup aroma yang harum.
Semua indera adalah pemberian Tuhan yang berguna dan bisa membawa kebaikan kepada manusia jika dipakai pada tempatnya. Tetapi iblis tahu bahwa manusia seringkali terlalu mempercayai indera mereka. Karena itu iblis berusaha menipu manusia melalui apa yang dapat mereka lihat, dengar dan rasakan. Manusia yang melihat, mendengar dan merasakan sesuatu sebagai suatu pengalaman seringkali mempercayainya sebagai kebenaran.
Memang seperti apa yang terjadi di taman Firdaus, manusia yang mencari kebenaran hanya melalui indera mudah terjebak dalam hal-hal yang melanggar perintah Tuhan.
“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.” Kejadian 3: 6
Bagaimana pula dengan orang Kristen yang sengaja mencari kepuasan melalui indera? Banyak orang yang ke gereja bukan untuk mencari kepuasan rohani yang benar, tetapi lebih mementingkan kepuasan mata dan telinga mereka, mungkin dengan melihat gedung yang indah dan megah, atau dengan mendengarkan musik yang merdu dan khotbah yang mengandung cerita yang lucu atau memikat. Pusat perhatian jemaat dengan demikian berubah, dari hal memuji Tuhan dan mendengarkan firmanNya, menjadi hal mendapatkan kepuasan mata dan telinga sendiri. Apa yang dipentingkan oleh pimpinan gereja juga berubah, dari hal memuliakan Tuhan menjadi hal mendapatkan perhatian jemaat.
Pagi ini kita membaca dari ayat pembukaan diatas yang mengingatkan kita agar kita tidak memilih apa yang sesuai dengan selera dan keinginan telinga kita dalam hal mendengar dan memahami firman Tuhan. Biarlah kita mau menerima seluruh kebenaran yang berdasarkan Alkitab dan bukannya pengalaman pribadi dan pengajaran populer yang berdasarkan pemikiran manusia.
“Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.” Kolose 2: 8
Tp utk memuaskan rohani.
Dan yg memuaskan rohani, sekalipun terdengar keras dan menegur (tentu khotbah yg berbobot sprti regormed) tp baik adanya.
SukaSuka