“Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” Yakobus 1: 17
Istilah “plin-plan” sudah lama dipakai di Indonesia, terutama untuk menggambarkan sifat seorang pemimpin yang kurang tegas dan sering berubah-ubah menurut situasi dan kondisi. Pemimpin yang sedemikian tentunya bukan pemimpin yang tegas dan bijaksana, karena keputusan yang dibuatnya sering dipengaruhi orang-orang yang disekitarnya. Oleh karena itu, mereka yang bekerja dibawah pimpinannya sering bingung dalam melaksanakan tugas mereka karena standar pemimpin yang berubah-ubah sesuai dengan arus angin. Apalagi, jika pemimpin itu tidak benar-benar kuat kedudukannya, ia mungkin juga harus sering mengubah keputusannya untuk menghindari komentar negatif dari bawahannya.
Jika ada banyak pemimpin dunia yang plin-plan, yang wishy-washy, bagaimana pula dengan Tuhan, Raja diatas segala raja? Tuhan yang mahakuasa, mahabijaksana dan mahatahu sudah tentu tidak pernah takut, ragu-ragu atau kuatir untuk melakukan tindakan apa saja yang perlu. Ia yang mahasempurna tentu bisa melakukan apa saja secara sempurna. Tambahan lagi, Ia yang mahabijaksana tidak membutuhkan nasihat manusia; dan karena Ia mahatahu, sudah tentu tidak perlu bagi umatNya untuk memberitahu Dia akan apa yang mereka butuhkan. Juga, karena Ia mempunyai rancangan agung untuk segala sesuatu, apapun yang terjadi di alam semesta tidak akan dapat mengubah rencanaNya.
Memang ada banyak orang Kristen yang percaya bahwa dengan tindakan tertentu Tuhan akan tergerak untuk melakukan sesuatu untuk mereka, misalnya dengan berdoa, berpuasa dan ritual-ritual lainnya. Dengan demikian, mereka seolah menyatakan bahwa mereka kurang puas dengan apa yang dilakukan Tuhan saat ini. Secara tidak langsung mereka mungkin merasa lebih tahu tentang apa yang diperlukan, saat yang tepat dan tempat yang sesuai bagi Tuhan untuk bertindak. Sekalipun mereka mungkin sadar bahwa Tuhan mungkin mempunyai rencana yang berlainan dengan keinginan mereka, mereka mungkin berharap kalau-kalau Tuhan berubah pikiran.
Hal mungkin tidaknya Tuhan berubah pikiran sudah sering diperdebatkan secara teologi. Banyak contoh dalam Alkitab yang dipakai sebagai dasar argumen bahwa jika kita bersungguh-sungguh meminta Tuhan untuk bertindak, Ia akan melakukannya. Tetapi, anggapan sedemikian adalah merendahkan Tuhan dan membuat Dia seolah sederajat dengan pimpinan dunia, manusia yang sering kuatir tentang popularitas mereka. Tuhan menurut ayat diatas adalah Tuhan yang baik, yang tidak pernah berubah-ubah keputusanNya atau plin-plan seperti manusia.
Pagi ini, jika kita berada dalam keadaan yang berat dan menanti-nantikan jawaban Tuhan, adalah mudah bagi kita untuk merasa bahwa kita perlu untuk berbuat sesuatu agar Tuhan sadar akan keadaan kita. Mungkin kita akan memanjatkan doa yang panjang kepada Tuhan. Atau mungkin kita pergi menemui seseorang untuk minta bantuan agar Tuhan mau mendengarkan permintaan kita. Mungkin saja orang itu dikenal sebagai hamba Tuhan yang doanya manjur, atau mempunyai karunia untuk melakukan mujizat. Tetapi kalau memang demikian, ada pertanyaan untuk kita apakah kita percaya bahwa Tuhan kita yang mahakuasa, mahakasih, mahatahu dan mahabijaksana bisa dipengaruhi oleh manusia yang penuh cacat-cela. Dalam hal ini, jika kita yakin bahwa Tuhan mempunyai rancangan yang baik, dan bahwa Ia adalah Pemimpin yang mahakuasa, doa kita tidak lain adalah penyerahan kita kepada bimbinganNya yang disertai dengan rasa syukur.
“Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” Matius 6: 7 – 8