“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Yohanes 3: 30
Di zaman modern ini orang bisa berkomunikasi dengan berbagai cara. Kebanyakan apa yang sekarang dipakai adalah media elektronik dan aplikasi internet, seperti handphone, Whatsapp, Twitter, email, Instagram dsb. Lebih dari itu, mereka yang ingin lebih menjangkau masyarakat bisa menggunakan kamera untuk membuat Vlog (video blog) dan menerbitkannya di Youtube.
Fenomena pemakaian internet untuk mencapai audiens di seluruh penjuru dunia memang luar biasa. Melalui berbagai aplikasi internet, orang bisa menyampaikan pesan-pesan baik melalui gambar, suara atau tulisan. Melalui sosial media, orang juga bisa menyebarkan berita aktuil, berita bohong, gosip dan kabar pribadi. Karena popularitas sosial media, orang juga bisa memperoleh kemasyhuran melalui kisah hidup dan foto pribadinya dalam bentuk foto narsisis, selfie atau swafoto yaitu jenis foto potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital. Istilah narsis yang sebenarnya jelek artinya, sekarang dianggap lumrah dan bahkan “cool” untuk mereka yang mau dikagumi orang. Tetapi, jika kita tidak berhati-hati, kita akan jatuh kedalam dosa penyembahan manusia sebagai ilah.
Ayat diatas diambil dari Injil Yohanes yang menceritakan kisah Yohanes Pembaptis. Pada waktu itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Yohanes pun membaptis juga di daerah itu sebab di situ banyak air, dan orang-orang juga datang kesitu untuk dibaptis. Pengikut Yohanes yang pada mulanya banyak, kemudian berkurang jumlahnya karena sebagian kemudian pindah untuk mengikut Yesus. Atas kejadian itu, Yohanes berkata bahwa itu tidaklah menjadi soal karena Yesus adalah Anak Allah. Yohanes berkata bahwa Yesus , Anak Allah, sudah sepatutnya mendapat perhatian dan penghormatan dari manusia.
Jika Yohanes menyadari siapa Yesus itu dan tidak berusaha menjadi lebih besar atau lebih masyhur dariNya, banyak orang yang dengan sadar atau tidak, menikmati kemasyhuran mereka. Dalam kenyataannya, memang banyak orang yang justru berusaha menarik perhatian publik dan bangga atas banyaknya pengikut (follower) dari blog mereka, atau mendambakan kemasyhuran dari apa yang mereka kerjakan, karena kemasyhuran sering identik dengan pemasukan uang.
Di kalangan gereja pun, ada banyak pendeta dan penginjil yang karena saking masyhurnya, seolah mereka lebih ternama dari Yesus. Memang ada orang-orang yang karena apa yang pernah diperbuat mereka, menjadi selebriti yang setiap kali muncul akan mendapat jutaan tanda suka atau “like“. Mereka itu secara tidak sadar sudah bersaing dengan Yesus, karena segala kemuliaan yang mereka peroleh hanyalah untuk kepentingan diri sendiri.
Hari ini hari Minggu dan mungkin anda sudah atau akan pergi ke gereja. Gereja manapun yang anda tuju, tidaklah menjadi masalah. Tetapi anda harus yakin bahwa apa yang dipraktikkan di gereja anda adalah seperti yang dilakukan Yohanes Pembaptis, yaitu untuk memuliakan Tuhan sepenuhnya. Gereja yang nampaknya hebat dan meriah, belum tentu adalah pendukung Kristus karena mereka justru ingin lebih dikenal daripada Yesus dan firmanNya. Pendeta atau pimpinan gereja yang menyampaikan khotbah, mungkin saja tidak sadar bahwa kekaguman jemaat atas diri mereka adalah lebih dipentingkan dari kekaguman kepada Kristus.
Sebagai umat percaya, biarlah kita sadar bahwa Tuhan yang mahabesar tidak bisa disaingi. Marilah kita menjalani hidup kita ini dengan kerendahhatian, agar nama Tuhan semakin dipermuliakan. Lebih dari itu, biarlah kita menyandarkan iman kita kepada Kristus dan bukannya kepada orang-orang ternama.
“Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” Yohanes 3: 36