“Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN.” Maleakhi 3: 3
Emas dan perak adalah dua jenis logam berharga yang dipakai untuk membuat berbagai perhiasan. Logam ini biasanya diperoleh dengan cara menambang dari perut bumi. Data dari tahun 2016 menunjukkan bahwa Australia menghasilkan sekitar 300 ton emas yang menempatkannya dalam posisi kedua sedunia. Sebaliknya, pertambangan di Australia tidak menghasilkan perak dalam jumlah yang besar.
Ketika emas dan perak baru saja diperoleh dari dalam tanah, logam-logam itu tidaklah murni karena adanya kontaminasi zat-zat lain. Batu mengandung logam yang baru ditambang biasanya harus diproses melalui proses pembersihan dan pemurnian yang cukup rumit sehingga logam-logam berharga itu bisa dipisahkan dari yang lain. Dalam hal ini, sejak ratusan tahun sebelum Masehi orang sudah bisa menggunakan api untuk membakar hasil tambang sampai apa yang tidak diingini bisa dihilangkan, dan apa yang tertinggal hanyalah logam yang murni.
Apa yang ditulis oleh nabi Maleakhi diatas adalah suatu nubuat yang menggambarkan bagaimana Tuhan akan mengembalikan orang Lewi kepada keadaan yang seharusnya. Orang suku ini adalah orang pilihan yang bertugas untuk memimpin upacara agama, dan juga mempunyai pengaruh penting dalam bidang politik dan pendidikan. Sayang sekali banyak diantara mereka yang menyalahgunakan kedudukan mereka. Maleakhi menyatakan bahwa Tuhan akan menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada Tuhan.
Apa yang ditulis dalam kitab Maleakhi diatas bukan hanya berlaku untuk zaman itu. Sebagai orang pilihan Tuhan, seharusnya kita hidup sesuai dengan firmanNya. Tetapi sebaliknya kita tahu bagaimanapun kita berusaha untuk menaati perintah Tuhan, kita justru lebih sering berbuat hal-hal yang tidak baik.
“Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” Roma 7: 18 – 19
Tuhan mempunyai tujuan agar kita, seperti orang Lewi, menjadi orang pilihanNya untuk melakukan tugas-tugas kehidupan untuk melayani Tuhan dan sesama kita. Tetapi, sadar atau tidak, seperti orang Lewi kita juga sering melakukan hal-hal yang tidak membawa kemuliaan bagi Tuhan. Selain itu, seringkali kita melakukan hal-hal yang tidak baik, hal-hal yang jahat kepada sesama kita.
Tuhan bukanlah Tuhan yang mahakuasa dan mahasuci jika Ia tidak peduli akan cara hidup orang-orang pilihanNya. Jika Ia memilih kita untuk tugas memuliakan Dia, itulah yang harus terjadi. Karena itulah, Tuhan mempunyai rencana-rencana yang unik untuk setiap umatNya. Seperti yang dikatakan Maleakhi, Tuhan menggunakan api penyucian untuk memurnikan mereka yang dipilihnya, agar mereka perlahan-lahan berubah menjadi logam berharga.
Tuhan menggunakan berbagai hal sebagai api penyucian umatNya. Ada kalanya Ia membuat kegagalan untuk memberi pelajaran bagi manusia. Ia mungkin juga menggunakan rasa sakit, kecewa, takut, dan susah untuk membawa kesadaran bagi kita bahwa ada sesuatu yang tidak baik dalam hidup kita. Itu wajar, karena seperti api yang memurnikan emas dan perak, semua penderitaan itu diizinkan oleh Tuhan untuk membuat kita lebih dekat kepadanya.
Api apapun tentunya terasa panas dan bisa menimbulkan rasa sakit pada tubuh kita. Tuhan yang mahabijaksana tentu tahu akan hal itu. Tetapi kita harus sadar bahwa Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya (Ibrani 12: 10 – 11).
Tuhan yang bermaksud memurnikan kita dengan api penyucianNya, tidak akan membiarkan kita untuk terbakar musnah. Api penyucian memang menimbulkan rasa sakit, tetapi bukanlah api yang menghanguskan. Segala tantangan hidup yang kita alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Tuhan adalah Tuhan yang setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita. Kita harus percaya bahwa pada waktu kita dicobai Ia akan memberikan kepada kita jalan ke luar, sehingga kita dapat menanggungnya (1 Korintus 10: 13).
Dengan api penyucian, Tuhan bermaksud membuat hidup kita di dunia ini untuk menjadi makin baik dan makin berkenan kepadaNya. Itupun juga untuk kebaikan kita, karena semakin serupa kita dengan Dia, semakin mudah bagi kita untuk berbahagia sekalipun situasi dan kondisi disekitar kita terlihat buruk. Tetapi api penyucian tidak membuat kita secara otomatis menjadi umat Tuhan yang menyinarkan cahaya yang gemerlap. Tuhan tidak menciptakan kita sebagai robot yang tidak mempunyai reaksi atau sambutan atas kasihNya. Tuhan memberikan api penyucianNya, tetapi respons kitalah yang membuat kita bersikap acuh tak acuh, berduka atau bergembira dalam hidup kita. Manakah yang kita pilih?
“Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.” 1 Petrus 4: 12 – 13