Hal memerangi kesia-siaan

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.” Matius 12: 36

Siapa yang tidak suka beromong kosong? Di zaman ini, agaknya semua orang melakukannya. Bukan hanya rakyat jelata yang duduk di warung kopi, atau mereka yang “gaul” dan yang sering pergi ke mal, tetapi juga mereka yang sibuk bekerja. Mereka yang bisa menggunakan berbagai gadget sekarang bahkan bisa beromong kosong melalui media. Agaknya berbincang-bincang tanpa tujuan yang pasti itu memang ciri manusia modern yang mengaku sibuk tetapi masih mempunyai banyak waktu untuk membicarakan hal apa saja.

Seiring dengan kegemaran beromong kosong, orang sekarang agaknya juga ingin untuk hidup rileks, kurang mau bekerja keras, tetapi tetap ingin mencapai hasil yang besar. Mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan tentu menyadari bahwa pada zaman ini banyak murid yang pergi ke sekolah atau ke universitas dengan pikiran yang kosong, yang tidak terfokus pada mata pelajaran, sekalipun mempunyai cita-cita besar.

Omong kosong dan pikiran kosong adalah ciri hidup yang kosong. Itu tidak hanya terjadi diantara kaum muda, tetapi juga dialami mereka yang sudah termasuk tua. Apalagi bagi mereka yang sudah tidak mempunyai beban kehidupan, hidup mereka mungkin tidak lagi mempunyai target yang nyata. Hari demi hari dilewati dengan santai, sekalipun terkadang kebosanan datang juga karena hari yang terasa panjang.

Rasa bosan itu sendiri belum tentu dosa. Rasa bosan baru menjadi dosa jika itu menguasai hidup kita sehingga hidup kita tidak bisa menghasilkan apa yang baik. Rasa bosan adalah gejala hidup yang kurang sehat dimana kebahagiaan dan kepuasan tidak ada, atau makin berkurang. Rasa bosan bisa berakibat kesia-siaan dalam perkataan, perbuatan dan hidup sehari-hari. Rasa bosan yang tidak teratasi akan berkembang makin besar karena berkurangnya kebahagiaan seiring dengan bertambahnya kebosanan.

Apakah kebosanan itu ada sejak mulanya? Apakah kebosanan ditanamkan Tuhan dalam diri manusia ketika Ia menciptakan mereka? Rasa bosan sudah pasti tidak dipunyai Tuhan yang mahakasih dan mahasetia. Jika Tuhan bisa merasa bosan, tentu manusia tidak akan dapat melihat kesabaranNya yang ada sampai saat ini. Manusia yang diciptakanNya berbeda dengan Sang Pencipta, dan karena itu dalam keterbatasannya ia bisa merasa bosan dan kesepian. Rasa bosan sering timbul jika manusia hidup jauh dari Tuhan. Jika hubungan dengan Tuhan menjadi renggang, manusia akan kehilangan motivasi hidup karena ia tidak bisa mengerti apa yang dikehendaki Tuhan dan tidak dapat merasakan kasihNya.

Tuhan menghendaki kita untuk memuliakanNya dan mengasihi sesama kita. Adanya kasih kepada Tuhan dan kepada sesama adalah sesuatu yang membuat hidup manusia mempunyai makna. Memang banyak orang yang mencari makna kehidupan melalui pekerjaan, kemewahan dan kesuksesan; tetapi semua itu adalah sementara saja. Kenikmatan duniawi tidaklah dapat bertahan lama. Usia, penyakit, kegagalan, kerugian dan berbagai persoalan selalu ada dalam hidup manusia. Dan itu bisa membuat hidup manusia menjadi kosong.

Pagi ini tentu hanya anda yang tahu apakah anda merasa bosan; apakah anda merasa adanya kekosongan hidup. Mungkin anda jauh dari keluarga, atau merasa bahwa tidak ada hal apapun yang bisa menggairahkan hidup anda. Anda mungkin merasa bingung, bagaimana hari ini bisa dilalui tanpa kebosanan. Mungkin anda masih bisa merasa beruntung, jika ada orang-orang yang bisa diajak untuk berbincang-bincang tentang apa saja, sekedar omong kosong untuk mengisi waktu. Tetapi ayat diatas dengan tegas berkata bahwa setiap orang yang memakai kata-kata yang kosong dan tidak berarti, haruslah mempertanggung-jawabkannya. Ini bukan berarti bahwa kita tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain secara santai, tetapi berarti bahwa dalam apapun yang kita ucapkan dan lakukan dalam hidup ini, haruslah membawa kemuliaan bagi Tuhan dan kebaikan kepada sesama. Tuhan mendengar apa yang kita ucapkan dan melihat apa yang kita lakukan, dan karena itu kita harus bisa mengisi hidup kita dengan apa yang berguna.

“Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.” Efesus 4: 17 – 18

2 pemikiran pada “Hal memerangi kesia-siaan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s