“Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.” 1 Petrus 3: 15 – 16
Pernahkah anda berjumpa dengan seseorang yang mempertanyakan iman anda? Mungkin perjumpaan itu diawali dengan basa-basi, tetapi kemudian muncul pertanyaan mengenai agama apa yang anda peluk; dan selanjutnya orang itu kemudian berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya anda ketahui atau mengerti tentang iman. Jika orang itu mengira bahwa anda kurang mempunyai pengertian tentang iman, ada kemungkinan ia kemudian mencoba untuk menjelaskan bahwa mendalami iman adalah perlu. Mungkin, jika orang itu pada dasarnya mempunyai agama yang sama, ia kemudian mencoba untuk memperkenalkan apa yang benar dan baik menurut apa yang dipercayainya. Tetapi, jika orang itu mempunyai kepercayaan lain, ada kemungkinan bahwa ia kemudian mencoba untuk memperkenalkan anda kepada agamanya.
Kejadian diatas barangkali tidak terlalu sering terjadi di kota besar pada zaman ini, tetapi masih bisa dijumpai di daerah, dimana masyarakat setempat masih cukup terbuka dan bisa menerima tamu pengunjung yang beragama lain. Bagi mereka yang hidup di daerah yang sudah terjangkau teknologi, komunikasi antar manusia mengenai soal kepercayaan mungkin lebih sering terjadi melalui media sosial. Kita bisa mengikuti debat antar agama, antar aliran gereja dan antar individu mengenai soal semacam ini melalui Youtube, Whatsapp, Facebook dan sejenisnya. Terkadang diskusi semacam ini menjadi sangat hangat dan berkelanjutan dengan saling menyerang dan saling merendahkan yang lain. Bagaimana sebenarnya orang Kristen harus bersikap dalam hal ini?
Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh orang tidak mengenal Kristus, orang Kristen harus menyatakan kasihnya kepada sesama manusia. Mengasihi sesama manusia bukanlah berarti hanya mengasihi orang yang seiman dan segolongan saja, tetapi semua orang yang hidup di dunia. Mengasihi berarti menghargai orang lain dan mau menolong mereka yang dalam kesulitan. Sekalipun kita tidak menyetujui apa yang dilakukan atau dipercayai orang lain, kita tidak dengan sengaja mencari musuh dengan berusaha menghancurkan atau menghina mereka. Ayat diatas mengajarkan bahwa jika orang mempertanyakan hal iman kita, kita harus menjawabnya dengan lemah lembut dan hormat, tanpa maksud buruk, supaya mereka yang membenci kita menjadi malu karena hidup dan sikap kita yang tak bercela.
Action speaks louder than words. Apa yang kita perbuat adalah lebih efektif dari kata-kata, begitu kata peribahasa Inggris. Kita boleh berdebat dengan orang lain mengenai hal iman, tetapi pada akhirnya apa yang lebih mudah dimengerti adalah tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita benar-benar sudah menerima penebusan Kristus, hidup kita pastilah diisi dengan kasih, sukacita dan kelemahlembutan. Biarlah banyak orang yang mengambil keputusan untuk mau mengenal Kristus karena mereka melihat Dia hidup dalam diri kita.
Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran, sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya. 2 Timotius 2: 23 – 26