“Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia.” 1 Timotius 1: 5 – 7
Ada orang yang berkata bahwa tujuan menghalalkan cara. Siapa yang mempunyai maksud baik, tidak perlu ragu-ragu untuk bertindak. Barangkali ini seperti kisah Robin Hood dalam buku cerita anak-anak yang tidak segan-segan mencuri atau merampok harta orang kaya untuk bisa dipakai menolong orang miskin.
Bagi orang Kristen, sudah tentu tujuan tidak menghalalkan cara. Jika tujuan harus baik, begitu juga cara untuk mencapainya. Ini bukanlah mudah untuk dilakukan karena seringkali orang berambisi untuk mencapai hasil baik dalam waktu yang sesingkat mungkin dan dengan cara yang semudah mungkin. Memang, ada rasa puas dan mungkin rasa bangga jika keberhasilan dapat dirasakan tanpa harus menunggu lama.
Salah satu tugas umat Kristen adalah untuk mengabarkan injil. Ini adalah tugas yang paling utama yang dinyatakan Yesus sebagai Amanat Agung (the Great Commission) dalam Matius 28: 18 – 20. Oleh sebab itu, banyak orang Kristen dengan semangat yang menggebu-gebu ingin agar orang lain juga bisa diselamatkan. Karena itu, sering terlihat di berbagai media adanya berbagai pidato, tulisan dan rekaman yang bernada keras dan menyerang orang lain. Baikkah semua itu? Alkitab menyatakan bahwa sekalipun tujuannya baik, penginjilan harus dilaksanakan dengan cara yang baik karena jika tidak, kekacauan dan kebencian justru akan muncul.
Paulus dalam ayat diatas menyatakan bahwa untuk membawa orang lain kepada keselamatan, orang percaya harus bisa memberi nasihat yang benar. Ia menjelaskan jika kita berusaha membawa orang lain kepada keselamatan, itu harus dilakukan tanpa menimbulkan perdebatan sia-sia yang menimbulkan kekacauan.
Tujuan nasihat itu ialah untuk menyatakan kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. Bukan didasarkan pada kebencian, rasa tidak suka atau kepentingan pribadi. Dengan demikian, tujuan mengabarkan Injil adalah untuk menyatakan kasih kita kepada mereka yang belum mengenal Tuhan, agar mereka menyadari betapa besar kasihNya yang sudah menurunkan AnakNya yang tunggal untuk menebus dosa mereka yang percaya. Karena itu, setiap orang yang kemudian percaya kepada Tuhan akan memiliki kasihNya. Orang yang menabur kasih Tuhan akan menuai kasih dan bukan kebencian.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3: 16