“Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa.” Yudas 1: 22 – 23
Ingatkah anda hukum kedua yang disebutkan Yesus dalam Matius 22: 39? Hukum itu berbunyi “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Setiap orang yang mempunyai pikiran yang sehat tentunya tahu bagaimana ia harus mengasihi dirinya, dan seperti itulah ia harus mengasihi orang lain. Ini lebih mudah untuk dikatakan daripada untuk dilakukan. Memang biasanya orang tidak mudah mengasihi orang lain karena adanya perasaan bahwa orang lain tidak pantas untuk dikasihi. Jika mengasihi orang seiman mungkin lebih mudah daripada mengasihi orang yang berbeda kepercayaan, hal itu tetap tidak mudah dilakukan jika kita tahu bahwa orang yang seiman itu ternyata tidak sebaik yang kita harapkan.
Mengapa kita harus mengasihi orang yang munafik? Mengapa kita harus mengasihi orang yang hidup dalam dosa? Mereka tidak pantas untuk dikasihi, begitu mungkin pikiran kita. Dengan kata lain, kita tidak mengasihi mereka karena kita yakin bahwa mereka tidaklah sebaik diri kita. Pandangan semacam ini sudah tentu bukanlah pandangan Yesus. Selama hidup di dunia Yesus menunjukkan kasihNya kepada orang yang terasing dari masyarakat, marginalised people, seperti orang yang sakit kusta, pelacur, pemungut cukai dan penjahat. Yesus mengasihi mereka sebelum mereka mengasihi Dia. Yesus mengasihi mereka sekalipun mereka belum menjadi pengikutNya. Tuhan pun mengasihi kita ketika kita masih berada dalam dosa dengan mengirimkan Yesus untuk mati bagi kita (Roma 5: 8).
Satu hal yang sering dilupakan orang adalah fakta bahwa jika Yesus mengasihi semua umat manusia, Ia membenci dosa mereka. Kepada seorang perempuan yang berzinah Ia berkata: “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Yohanes 8: 11). Seperti itu jugalah, setiap orang percaya harus berusaha untuk tetap hidup sesuai dengan firmanNya. Setiap orang percaya juga harus bisa bersikap seperti Yesus: mengasihi sesama manusia tetapi membenci dosa mereka. Manusia tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat, tetapi dalam hukum kasih mereka tetap harus menghindari dosa.
“Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!” Roma 6: 15
Inilah yang sering diputar-balikkan oleh iblis dalam usahanya untuk membuat manusia untuk memilih hidup semaunya sendiri. Iblis membuat orang percaya bahwa jika Tuhan mengasihi manusia, Ia mengasihi manusia sebagai mana adanya, tanpa mengharuskan mereka untuk meninggalkan dosa mereka. Iblis jugalah yang mengajarkan mereka yang hidup dalam dosa untuk menuduh umat Kristen sebagai orang yang tidak mengasihi sesamanya, melainkan orang munafik pembenci sesama yang suka menghakimi orang lain.
Membenci dosa tetapi tetap mengasihi orang yang berdosa adalah sesuatu yang diajarkan Alkitab. Ayat pembukaan kita berkata bahwa kita harus bisa menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu akan jalan kebenaran Tuhan, tetapi mau menyelamatkan mereka dari kematian dengan jalan merampas mereka dari api penghukuman. Kata “merampas” menyatakan bahwa ini bukanlah tugas yang ringan karena seringkali mengundang permusuhan dan kebencian mereka yang merasa diingatkan atau ditegur atas cara hidup mereka.
Pagi ini, sebagai umat Kristen kita harus berani untuk menyatakan apa yang jahat sebagai kejahatan yang dibenci Tuhan. Selain itu, kita harus juga bisa menyatakan belas kasihan yang disertai ketakutan bahwa apa yang mereka perbuat akan mencelakakan hidup mereka, dengan membenci apa yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa mereka. Sebagai orang Kristen kita yakin akan apa yang harus kita kasihi (sesama manusia) dan apa yang harus kita benci (dosa). Adalah kewajiban bagi semua umat Kristen untuk menyatakan kepada seisi dunia bahwa Tuhan yang mahakasih adalah Tuhan yang mahasuci, yang tidak dapat dipermainkan manusia.