Rancangan manusia dan penyertaan Tuhan

Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” Yakobus 4: 13 – 15

Insya Allah. Kita sering mendengar kata yang berasal dari bahasa Arab dan mengerti bahwa itu mempunyai arti “jika Tuhan menghendaki”. Dalam bahasa Ibrani, kata yang serupa adalah B’ezrat HaShem yang berarti “dengan pertolongan Tuhan”. Memang, orang yang percaya adanya Tuhan yang mahakuasa tentunya sadar bahwa segala sesuatu hanya bisa terjadi dengan seizinNya. Lebih dari itu, untuk mencapai apa yang diingininya, manusia membutuhkan pertolongan Tuhan untuk membuka jalan.

Dalam kenyataannya, manusia lebih mudah untuk mengatakan kata “jika Tuhan menghendaki” daripada untuk melakukan apa yang semestinya. Manusia seringkali merencanakan segala sesuatu dengan tanpa memikirkan kehendak Tuhan. Manusia sering melakukan sesuatu dan ingin agar Tuhan kemudian memberi “stempel” persetujuanNya. Manusia kebanyakan berusaha untuk mencapai apa yang diingininya dan hanya merasa perlu berdoa jika menemui halangan.

Ayat di atas menyatakan bahwa kesombongan manusia membuat ia merencanakan segala sesuatu tanpa mencari kehendak dan pertolongan Tuhan. Bukankah pepatah mengatakan bahwa kita harus menggantungkan cita-cita kita setinggi langit? Begitulah banyak guru dan orangtua yang mengajarkan hal yang senada, bahwa hidup ini ada di tangan setiap manusia pemiliknya. Menurut banyak orang, mereka yang tidak berani mengambil keputusan tidak akan mencapai apa yang diidamkannya.

Dalam kenyataannya, memang banyak orang yang kurang berhasil hidupnya karena mereka kurang mau bekerja keras atau kurang mau untuk membuat rencana masa depan. Sebaliknya, banyak juga orang yang sangat yakin akan kemampuannya dan berani melangkahkan kaki untuk mengejar cita-citanya, hanya untuk menemui berbagai kesulitan dan kegagalan.

Ayat di atas memperingatkan mereka yang yakin dan bahkan sombong akan hari depan yang cerah, bahwa hidup mereka bukan di tangan mereka sendiri. Apa yang akan terjadi belum tentu sesuai dengan apa yang mereka pikirkan karena Tuhanlah yang memegang kunci kehidupan. Mereka seharusnya menyadari bahwa hanya dengan mencari kehendak dan pertolongan Tuhan mereka akan bisa melaksanakan apa yang mereka rencanakan.

Sebagai umat Kristen, kita tidak dapat mengharapkan bahwa hidup di dunia bisa menjadi mudah dan selalu lancar. Kita tidak juga bisa berharap bahwa tanpa kita berbuat apa-apa Tuhan akan mendatangkan mukjizat yang kita ingini. Selama hidup ini kita justru perlu untuk membuat berbagai rencana dan keputusan. Ini harus dilakukan dengan penyerahan kita kepada kehendakNya. Ini seringkali tidak mudah untuk dilakukan. Tetapi kita bisa mengharapkan datangnya pertolongan Tuhan agar kita bisa melangkah dengan iman dan sanggup menghadapi berbagai jurang dan bukit untuk menuju ke arah yang Tuhan sudah tetapkan bagi kita.

“Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.” Amsal 16: 9

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s