“Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” Galatia 6: 10

Masa kecil adalah masa yang mengesankan; masa yang sering diisi dengan kenakalan, tetapi juga masa yang dipakai orangtua untuk membentuk perilaku anak-anak mereka. Dalam hal ini, orangtua saya sering menasihati agar saya tidak mengambil barang tanpa seizin pemiliknya. Sampai sekarang rasa malu masih timbul jika saya teringat akan saat dimana saya melanggar larangan mereka.
Kata “mengambil sesuatu” mempunyai arti memegang suatu barang untuk kemudian dibawa pergi. Jika itu adalah barang milik kita, itu adalah hal yang lumrah, tetapi jika itu barang orang lain tentunya kita harus meminta ijin pemiliknya agar tidak dikatakan mencuri.
Bagaimana pula jika kita mengambil barang berharga yang sudah diberikan orang kepada kita? Sudah tentu kita boleh membawa pulang pemberian itu, tetapi kita tidak boleh lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada si pemberi. Selain itu, tentunya kita mau menghargai pemberian itu dengan tidak menyia-nyiakannya.
Sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa Tuhan yang mahakasih sudah memberikan berbagai karunia, termasuk karunia terbesar yaitu keselamatan melalui darah Kristus. Dalam hidup sehari-hari, Tuhan juga memberikan kesempatan kepada setiap umatNya untuk bersyukur kepadaNya dengan berbuat baik kepada semua orang, karena Ia sudah lebih dulu berbuat baik bagi kita.
Setiap orang sudah diberikan Tuhan kesempatan untuk hidup baik. Mengambil kesempatan untuk hidup tanpa mau memikirkan dari mana itu datang, sudah tentu merupakan hal yang tidak pantas. Menggunakan kesempatan hidup tanpa mau mengerti apa arti pemberian itu adalah pencerminan sikap mementingkan diri sendiri. Dan tindakan mengambil kesempatan dari Tuhan hanya untuk kemuliaan diri sendiri, tidaklah jauh berbeda dengan mencuri.
Ayat di atas mengingatkan kita bahwa kesempatan untuk berbuat baik sudah disediakan Tuhan bagi kita selama kita hidup. Karena itu adalah pemberian Tuhan, kita tidak perlu ragu-ragu untuk memakainya. Sebaliknya, karena kesempatan itu diberikan kepada setiap umatNya, kita harus bersedia untuk mengambil kesempatan itu untuk bisa digunakan sesuai dengan kehendakNya, yaitu untuk membawa kemuliaan bagi Dia. Maukah kita mengambil kesempatan yang masih ada untuk berbuat baik kepada semua orang dan terutama kepada saudara-saudara seiman kita?