“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu” Yohanes 13: 14

Pernahkah anda menonton upacara menginjak telur? Upacara ini adalah sebuah tradisi kuno dalam pernikahan adat Jawa. Satu hal yang dilakukan pada prosesi panggih, adalah menginjak telur atau ‘nincak endog‘. Dalam upacara ini, pengantin pria diharuskan menginjak telur hingga pecah tanpa menggunakan alas kaki. Kemudian setelah telur pecah, sang mempelai wanita harus membasuh dan membersihkan kaki sang suami dari sisa-sisa pecahan telur. Ini berarti bahwa seorang istri harus bersedia mengabdi kepada suami dan melayaninya dengan senang hati. Sekalipun tradisi ini masih ada, pada zaman sekarang mungkin banyak pengantin yang mengadopsi tradisi barat karena dinilai lebih sederhana dan lebih seimbang dalam hal kedudukan suami dan istri.
Apa yang dilakukan Yesus kepada murid-muridnya sebelum Ia disalibkan mungkin mirip dengan upacara menginjak telur di atas, walaupun Yesus membasuh kaki murid-muridNya yang kotor sebagai tanda pelayanan kasih dan bukan pengabdian. Yesus yang adalah Tuhan dan Raja mau mencuci kaki manusia yang hina sebagai Raja yang melayani atau the Servant King.
Hal membasuh kaki sudah tentu bukanlah sebuah ritual atau sakramen untuk dilakukan semua orang Kristen. Membasuh kaki bukanlah tugas yang diberikan oleh Yesus kepada murid-muridNya. Tetapi, apa yang diperintahkan Yesus kepada mereka adalah untuk saling melayani dengan tanpa memandang kedudukan.
Yesus memberi contoh bagaimana setiap orang Kristen harus bersedia untuk saling saling melayani dalam kasih. Ini bukan pelayanan dari mereka yang lebih muda, lebih lemah, lebih miskin kepada mereka yang lebih tua, lebih kuat dan lebih kaya. Perintah untuk saling membasuh kaki tidak memandang derajat, ras, seks atau kedudukan manusia, sebab di mata Tuhan semua manusia adalah sederajat. Ini sudah tentu berlawanan dengan kebiasaan dalam masyarakat dimana orang yang berada di tingkat atas mengharapkan pelayanan mereka yang di tingkat bawah.
Pada hari Minggu ini, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya, Ia telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Filipi 2: 6 – 7). Dengan demikian, jika kita memang adalah pengikut Kristus, kita juga harus mau meniru Dia; yakni mau melayani, mengasihi dan menghormati sesama kita tanpa pandang bulu. Kita akan selalu siap untuk merendahkan diri seperti Yesus, the Servant King yang sudah ditinggikan Allah dan dikaruniai nama di atas segala nama (Filipi 2: 9).
“Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Matius 23: 12