“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” Roma 5: 3 – 4
Pagi hari ini saya pergi ke supermarket untuk membeli beberapa jenis makanan. Sebenarnya saya sudah mempunyai persediaan yang cukup untuk sebulan, tetapi pagi ini saya ingin mencari sayuran segar dan kacang goreng kegemaran saya.
Berbelanja di saat dimana orang harus melakukan physical distancing ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Rasa canggung terasa jika ada orang yang mendatangi, dan hati menjadi dag dig dug jika ada orang yang batuk-batuk di dekat saya. Pada pihak yang lain, saya juga bisa melihat adanya perasaan kuatir dalam sinar mata beberapa orang yang berpapasan dengan saya.
Mengalami keadaan hidup yang seperti ini tentunya membuat banyak orang merasa gundah. Manusia sebagai makhluk sosial umumnya tidak dapat hidup berbahagia tanpa berinteraksi dengan sesama. Karena itu, semakin lama keadaan ini berlangsung, tentunya akan makin banyak orang yang mengalami penderitaan baik secara jasmani maupun rohani.
Di dunia ini tidak ada seorang pun yang mau menderita. Jika kita bayangkan kehidupan di taman Firdaus, tentunya Adam dan Hawa sangat bahagia sebelum kejatuhan dalam dosa. Dengan demikian, sangatlah mudah bagi kita untuk menyimpulkan bahwa penderitaan adalah sesuatu yang buruk, yang berawal dari dosa. Penderitaan dengan demikian adalah sesuatu yang tidak berguna, yang harus disesali dan dibenci. Benarkah demikian?
Ayat di atas menyatakan bahwa umat Kristen seharusnya tidak bersusah hati, tetapi justru bermegah dalam kesengsaraan kita. Mengapa demikian? Karena mereka tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Pengharapan yang bagaimana?
Roma 5: 5 menjelaskan:
“Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”
Dengan demikian, penderitaan orang Kristen memungkinkan mereka untuk berharap dan bergantung sepenuhnya kepada kasih Allah yang sudah dinyatakan oleh Roh Kudus dalam hati mereka. Jika mereka yang hidup dalam kejayaan mudah melupakan kasih dan penyertaan Allah, adanya penderitaan membuat kita menyadari bahwa Allah kita adalah Tuhan yang mahakuasa.
Dengan adanya penderitaan, kita bisa meyakini bahwa Allah yang sudah mengirimkan Yesus untuk menderita dan mati di kayu salib untuk menebus kita adalah Tuhan yang mahakasih yang setia dalam rencana kasihNya. Dengan demikian, melalui penderitaan yang kita alami, kita akan lebih bisa menyadari bahwa tidak ada apa pun di dunia yang terjadi di luar rencana Tuhan. Tuhan tahu apa yang kita derita, dan melalui semua yang kita alami Ia akan menambahkan iman dan pengharapan kita kepadaNya.