Giatlah berdoa di masa sulit

“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” Roma 12: 11 – 12

Jika kita menyangka bahwa korban Covid-19 ini sudah terlalu besar, itu tentunya tak salah. Data yang ada menunjukkan bahwa di seluruh dunia sudah banyak orang yang terinfeksi virus corona dan di antaranya banyak yang tewas. Walaupun demikian, kita mungkin kurang menyadari bahwa di antara mereka yang tetap hidup, banyak yang mengalami masalah kesehatan untuk jangka panjang. Memang virus ini bisa membuat kerusakan yang luar biasa pada berbagai anggota tubuh. Selain itu, adanya pandemi dapat dipastikan sudah membuat banyak orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Tetapi, saat ini data yang akurat belumlah diketahui karena gangguan kejiwaan ini umumnya tidak terjadi secara tiba-tiba, tapi meningkat secara perlahan-lahan.

Di antara mereka yang terpengaruh oleh keadaan gawat saat ini, ada banyak orang yang perlahan-lahan kehilangan semangat untuk beraktivitas, berinteraksi, bekerja dan bahkan untuk hidup. Adanya pembatasan sosial dan berita-berita yang kurang menyenangkan yang timbul setiap hari memang bisa menghancurkan perasaan orang yang setabah apa pun. Apalagi, pada saat ini apa yang biasanya dianggap bisa menguatkan hidup manusia tidaklah mudah dijumpai. Berbagai aktivitas sosial, budaya dan religi memang sudah menghilang sejak wabah ini menjadi besar. Manusia dalam keadaan ini mudah kehilangan arti hidup dan jatuh ke dalam depresi.

Bagaimana tindakan kita sebagai orang Kristen di tengah kekacauan saat ini? Bagi mereka yang biasanya sangat aktif di gereja dan sekarang hanya bisa mengikuti acara kebaktian yang sederhana melalui internet, tentunya merasakan adanya suatu kekosongan. Jika biasanya kita dapat memuji Tuhan dengan diiringi musik yang merdu dan bersama-sama berdoa dengan saudara seiman di gereja, sekarang banyak orang terpaksa tinggal di rumah dan hanya bisa menyanyi dan berdoa dengan orang yang serumah. Memang manusia sebagai makhluk sosial agaknya tidak dapat mengabaikan perlunya hidup bermasyarakat.

Sekalipun demikian, ayat di atas menyatakan bahwa di dalam menghadapi kesulitan hidup, kita tidak boleh membiarkan kerajinan kita kendor. Sebaliknya, kita harus mempertahankan semangat kita untuk tetap menyala-nyala, untuk tetap bisa melayani Tuhan. Di dalam kesulitan, kita tetap harus bersukacita dalam pengharapan, sabar dalam kesesakan, dan bertekun dalam doa. Mengapa demikian? Itu karena hubungan kita dengan Tuhan adalah hubungan rohani, bukan jasmani. Biarpun secara jasmani tubuh kita lemah dan keadaan di sekeliling kita tidak memungkinkan adanya interaksi jasmani antar umat Kristen, interaksi kita dengan Tuhan dan sesama umat percaya tetap bisa berlangsung secara rohani melalui doa dan persekutuan dari hati ke hati yang berlandaskan pengharapan, kesabaran dan ketekunan.

Saat ini, jika kita merasa lemah, letih, lesu dan padam semangat, mungkin itu suatu tanda yang harus kita sadari bahwa secara rohani kita sudah mengalami masalah yang besar. Waktunya sudah tiba bagi kita untuk mengingat bahwa bagaimana pun beratnya hidup ini, hubungan antara kita dengan Tuhan adalah satu-satunya yang bisa menyegarkan kita kembali. Keadaan yang kurang baik saat ini seharusnya mengingatkan kita untuk kembali kepada doa, yang merupakan nafas kehidupan spiritual kita. Hanya melalui hubungan yang baik dengan Tuhan yang mahakuasa, kita akan tetap dapat mempertahankan dan bahkan memperkuat semangat hidup kita di masa sulit ini.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s