Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 2 Korintus 12: 9

Hari Minggu yang lalu saya diminta untuk memberi renungan melalui internet dalam sebuah pertemuan maya antar teman SMA. Dalam situasi saat ini jumpa tatap muka tidaklah mungkin, apalagi karena mereka tinggal di kota dan negara yang berlainan. Walaupun demikian, perjumpaan melalui layar komputer dan HP terasa cukup berkesan.
Renungan saya sampaikan dengan menggunakan komputer laptop yang saya miliki, dan untuk memungkinkan kualitas gambar dan suara yang lebih baik saya menggunakan tambahan microphone dan camera. Sayang sekali saya tidak menyadari bahwa microphone ekstra itu tidak bekerja selama pertemuan. Akibatnya, menurut beberapa teman, volume suara saya terdengar naik turun dan sebagian mungkin kurang jelas.
Rasa menyesal atas kekeliruan saya mungkin saya bawa sampai saat saya tidur. Menjelang pagi saya terbangun dengan perasaan kurang enak karena teringat bahwa kekeliruan itu sebenarnya bisa diatasi kalau saja saya lebih berhati-hati dalam mempersiapkan microphone itu. Tetapi karena nasi sudah menjadi bubur, saya kemudian sulit untuk melanjutkan tidur. Ajaib, pada waktu itu saya teringat akan ayat di atas yang seakan memberi teguran kepada saya. Sesudah itu saya bisa tidur lagi dengan lelap.
Sebagai manusia kita ingin mengendalikan jalan hidup kita. Kita berusaha untuk hidup baik, dari masa sekolah, masa kuliah sampai masa bekerja dan juga dalam masa pensiun. Kita berusaha untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap usaha kita. Bukan saja mengenai pendidikan, pekerjaan, keuangan dan kesehatan, sebagai orang Kristen kita mungkin berusaha untuk menjalani hidup yang sesuai dengan firman Tuhan. Tetapi, sekalipun kita berusaha keras, terkadang kita merasa bahwa masih ada saja hal yang kurang baik yang terjadi dalam hidup kita. Kita mungkin merasa sedih dan menyesal akan apa yang tidak kita harapkan, tetapi semua itu sudah terjadi dan tidak dapat diperbaiki.
Paulus dalam ayat di atas menulis apa yang dikatakan Tuhan kepadanya. Pada waktu itu ia mengalami masalah yang sangat membebani dia yang seperti “duri dalam daging” rasanya (2 Korintus 12: 7). Sudah tiga kali Paulus berseru kepada Tuhan meminta pertolongan, tetapi tidak ada perubahan yang dialaminya. Tuhan malahan menjawab bahwa kasihNya sudah cukup bagi Paulus.
Ada banyak teori tentang apa sebenarnya duri ini – begitu banyak teori yang dikemukakan orang, sehingga mustahil untuk mendiagnosis situasi Paul dengan kepastian penuh. Beberapa orang berpendapat bahwa duri Paulus datang dalam bentuk penganiayaan orang Yahudi karena konteks sekitarnya berbicara tentang lawan. Yang lain berpendapat bahwa ingatan Paulus sendiri tentang masa lalunya adalah duri; mungkin masa lalu Paulus yang termasuk penganiayaan terhadap gereja terus menghantuinya. Beberapa bahkan mengusulkan bahwa Paulus mengalami masalah jasmani atau depresi.
Sekalipun kelemahan fisik tampaknya lebih mungkin terjadi di sini, kita tidak tahu jawaban yang tepat. Beberapa kelemahan fisik yang tampaknya sesuai dengan keadaan Paulus di antaranya adalah malaria, demam Malta, dan epilepsi. Banyak dari masalah kesehatan ini juga bisa memengaruhi penglihatan, dan tampaknya Paulus memang mengalami kesulitan dengan penglihatannya – jadi ini bisa jadi disebabkan oleh “duri” dalam dagingnya.
Apa pun yang terjadi pada Paulus, itu menunjukkan kelemahan manusia yang bisa terjadi pada siapa pun. Setiap orang mempunyai masalah dalam hidup yang bisa membuatnya merasa lemah dalam menghadapi hidup. Berbagai kesalahan yang kita perbuat pada masa yang lalu juga bisa membuat kita merasa sedih dan putus asa. Kita memang berharap agar Tuhan selalu mau menolong dan melindungi kita. Karena itu kita merasa terpukul jika ada hal-hal yang kurang baik terjadi dalam hidup kita. Mungkin kita sudah berusaha mati-matian untuk menghindari kesalahan, tetapi sebagai manusia yang tidak sempurna selalu ada masalah dan kegagalan yang terjadi.
Pagi ini, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa kita adalah manusia yang lemah. Sebagai umat Kristen kita tidak bisa mengharapkan bahwa kita akan memperoleh kesuksesan dalam hidup, kesehatan yang lebih baik dan kenyamanan yang lebih daripada orang lain. Tuhan tidak selalu memberikan apa yang kita minta atau harapkan, tetapi Ia selalu memberi kita kekuatan dalam menghadapi semua masalah. Kasih karuniaNya sudah diberikanNya kepada semua orang percaya, agar dengan iman mereka dapat berserah kepada Tuhan yang mahakuasa. Biarlah kasih dan kuasa Tuhan tetap dapat kita rasakan dalam setiap masalah yang kita alami pada saat ini.