“…yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus” Efesus 3: 6

Adanya orang tua yang pilih kasih, yang mempunyai anak favorit, adalah hal yang sering membuat ketegangan dalam keluarga. Kebanyakan orang tua menolak tuduhan bahwa mereka berat sebelah, lebih menyayangi seorang anak daripada yang lain. Tetapi dalam kenyataannya memang ada berbagai faktor yang menyebabkan seorang bapa atau ibu untuk lebih menyayangi salah satu anaknya. Sebagai contoh dalam Alkitab adalah Yakub dan Esau. Yakub disayangi ibunya, dan Esau lebih disenangi oleh bapanya (Kejadian 25: 28).
Soal favoritisme orang tua itu agaknya bisa dimengerti karena setiap orang tua mempunyai kelemahan. Mungkin sebagai orang tua seharusnya berlaku adil kepada semua anak-anaknya dan tidak pilih kasih. Tetapi setiap orang tua juga mempunyai sifat yang mungkin lebih kompatibel dengan anak tertentu, dan dengan demikian, secara emosi, lebih mudah menyayanginya.
Jika hal pilih kasih diantara manusia adalah hal yang sering kita temui dan bisa dimengerti, pertanyaan apakah Tuhan juga pilih kasih terhadap manusia ciptaanNya seringkali menjadi soal sensitif dan tidak mudah dijawab. Tuhan tentunya mengasihi seluruh manusia di dunia sehingga Ia berusaha untuk menyelamatkan mereka dari hukuman dosa (Yohanes 3: 16). Secara umum, Tuhan yang Mahaadil dan Mahakasih juga memberikan berkat yang sama kepada seisi dunia. Matahari bersinar untuk semua orang, baik bagi mereka yang baik maupun yang jahat (Matius 5: 45).
Walaupun demikian, dari Alkitab Perjanjian Lama kita membaca bahwa Tuhan mengasihi bangsa Israel lebih dari bangsa-bangsa lain. Bangsa Israel sudah dipilihNya untuk berperan dalam rencana keselamatanNya. Dari bangsa Israel lahirlah Yesus, Anak Allah, yang kemudian mati di kayu salib untuk menghapus kemarahan Allah atas umat manusia. Satu hal yang harus kita perhatikan adalah kenyataan bahwa bangsa Israel bukanlah satu bangsa yang dipilihNya untuk diselamatkan. Tuhan Yesus tidak datang untuk bangsa Israel atau bangsa tertentu, tetapi untuk semua umat manusia (Yohanes 3:16).
Ayat pembukaan di atas menyatakan bahwa kita, orang-orang bukan Yahudi, karena berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. Keselamatan ada karena Yesus yang sudah lahir sebagai orang Yahudi, tetapi kita tidak perlu untuk menjadi orang Yahudi atau pun mengikuti adat orang Yahudi. Dalam Yesus, keadilan Allah dinyatakan kepada seluruh umat manusia.
“Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah” Roma 2: 28 -29
Walaupun demikian, jika kita berada dalam keadaan yang kurang menyenangkan jika dibandingkan dengan anak-anak Tuhan lainnya, pertanyaan akan muncul apakah Tuhan benar-benar adil kepada semua umatNya. Kita tentu percaya bahwa kita semua diselamatkan karena karunia kasih Tuhan yang sama besarnya karena kita semua adalah manusia yang dulunya sama-sama berdosa. Tetapi, apakah Tuhan masih mengasihi bangsa tertentu seperti dalam kitab Perjanjian Lama?
Tuhan memang melihat hidup tiap umatNya secara individual. Ia bereaksi atas kehidupan dan ketaatan setiap orang. Sejarah manusia dalam Alkitab menunjukkan adanya orang-orang tertentu yang dipilihNya karena ketaatan mereka. Mereka yang karena setia dan kuat dalam iman, mendapat “perhatian khusus” dari Tuhan. Abraham, Daud, Petrus, Paulus adalah sebagian kecil dari umat Israel yang membuat Tuhan senang. Sampai sekarang pun kita bisa melihat bahwa Tuhan juga menunjukkan perhatian khususNya kepada mereka yang mengasihiNya. Mereka yang diberiNya kesempatan, kemampuan dan semangat untuk memasyhurkan namaNya. Ini bukan karena suku, bangsa, negara, adat-istiadat, bahasa atau kemampuan mereka, tetapi karena kesetiaan mereka dan kemauan untuk memakai apa yang sudah dikaruniakan Tuhan untuk kemuliaanNya.
Hari ini kita harus sadar bahwa Tuhan mengasihi semua umatNya, tetapi Ia juga menghargai bagaimana kita hidup. Untuk mereka yang dengan setia mengikut Dia, Tuhan akan memberi mereka karunia -karunia yang memungkinkan mereka untuk bisa kuat dan merasa cukup dalam semua keadaan. Tuhan tidak menjanjikan hidup mulus tanpa masalah, tetapi kemampuan untuk menghadapi masalah. Lebih dari itu Tuhan seringkali memberikan kesempatan yang lebih besar bagi mereka yang mau memakai karunia yang ada untuk memuliakan Tuhan dan melayani sesama sebagaimana adanya.
Sebagai orang pilihan Allah, kita tahu bagaimana kita harus hidup di tempat kita masing-masing supaya berkenan kepada Allah. Kita tidak perlu menjadi orang lain, bangsa lain atau memakai adat istiadat dan bahasa lain untuk bisa terhitung sebagai anggota-anggota tubuh Kristus.