Tidur tak nyenyak, makan tak enak

“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Filipi 4: 7

Di saat pandemi ini, umumnya orang merasa was-was dan karena itu lebih berhati-hati dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Mereka yang sadar akan bahaya virus corona tentunya akan menjaga jarak, memakai masker jika perlu, dan rajin mencuci tangan. Sudah tentu semua itu menambah rasa tidak nyaman yang ada saat ini. Bukankah banyak orang terpapar Covid-19 sekalipun sudah berhati-hati? Hidup manusia menjadi tertekan dan rasa damai tenteram mungkin tidak ada lagi walaupun waktu banyak dihabiskan di dalam rumah sendiri. Rasa damai telah hilang – tidur tak nyenyak, makan pun tak enak.

Salah satu hal yang didambakan manusia adalah kedamaian. Kita tahu bahwa bersama kesehatan dan kecukupan, semua orang sebenarnya mengerti bahwa hidup damai juga perlu untuk menunjang kebahagiaan. Tetapi, sekalipun seseorang pada saat ini hidup berkecukupan dan sehat tubuhnya, rasa damai itu belum tentu ada. Malahan rasa damai itu sepertinya sulit didefinisikan, karena tidak bisa dilihat atau dibuat.

Berbagai usaha sering dilakukan manusia untuk mendapatkan rasa damai, misalnya dengan banyak berdoa, menyepi, berpuasa atau bersemedi. Tetapi seringkali rasa damai tentram itu tidak kunjung datang. Apalagi jika keuangan atau kesehatan mulai menurun di saat pandemi ini, rasa gundah dan kuatir mulai muncul.

Mereka yang beruang dan sehat, juga belum tentu bisa mendapatkan rasa damai dalam hidupnya. Biasanya dalam kebosanan hidup mereka mencari kebahagiaan dengan materi dan kegiatan fisik. Mungkin melalui makanan, pakaian, barang mewah, olahraga, pesta pora dan petualangan. Tetapi di saat pandemi ini, kedamaian yang ingin diperoleh manusia adalah sesuatu yang semakin elusif, sulit ditemukan.

Ayat diatas meyatakan bahwa damai sejahtera yang melampaui segala akal, yang dapat memelihara hati dan pikiran kita, adalah pemberian Allah melalui Kristus Yesus. Jelas bahwa kedamaian yang benar-benar bisa efektif dalam hidup kita bukanlah dari usaha kita sendiri. Manusia sering berusaha, tapi Tuhanlah yang menentukan apa yang bisa memberi ketenangan hidup dalam keadaan apapun.

Apa yang ditentukan Allah dari awalnya untuk membawa kebahagiaan bagi manusia adalah hubungan yang baik antara manusia ciptaanNya dengan Sang Pencipta yang Mahakuasa dan Mahakasih. Karena hubungan ini menjadi rusak sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, manusia kehilangan pegangan hidup dalam perjuangan di dunia. Karena itulah Allah mengirimkan anakNya yang tunggal Yesus Kristus ke dunia.

Yesus Kristus tidak hanya menebus dosa manusia, tetapi Ia memungkinkan manusia yang percaya untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Bapa di surga. Dalam suasana yang kurang nyaman saat ini, kesempatan masih ada bagi semua orang yang percaya untuk mengutarakan segala persoalan dan kebutuhan mereka kepada Tuhan secara langsung pada setiap saat, dan dimana pun kita berada.

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Yohanes 14: 27

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s