“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” 1 Korintus 2: 9

Dengan adanya pandemi, banyak orang harus membatalkan rencana mereka. Mereka yang ingin melancong ke luar negeri harus menunggu setidaknya sampai setahun lagi, demikian juga mereka yang ingin melanjutkan studi ke negara lain terpaksa menunda rencana mereka atau memilih studi on-line. Keadaan yang sedemikian juga sudah membuat kacau rencana pernikahan sebagian orang. Mungkin saja banyak orang yang akhirnya tidak dapat mencapai cita-cita mereka.
Adanya cita-cita membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Jika makhluk lain hidup menurut naluri mereka, tiap orang mempunyai hidup yang berbeda untuk mencapai tujuan mereka masing-masing. Adanya cita-cita bisa memberi semangat hidup untuk menantikan apa yang diinginkan, tetapi juga bisa memberi kekecewaan atas apa yang tidak kunjung datang.
Cita-cita bukan hanya keinginan untuk diri sendiri, tetapi juga untuk sanak keluarga. Mungkin kita sudah merasa cukup puas dengan hidup kita sendiri, tetapi masih terus memikirkan apa yang akan terjadi pada orang-orang yang kita cintai. Seringkali mudah bagi seseorang untuk merasakan adanya kekosongan dalam hati karena pertanyaan: Inikah semua yang bisa dicapai? Ataukah masih ada yang lebih baik?
Sangatlah mudah bagi kita untuk mengalami frustrasi dan kekecewaan bahwa apa yang ada belumlah sesuai dengan apa yang diinginkan. Sebagai orang Kristen, kita terjebak diantara keinginan untuk berusaha dan kesadaran untuk berserah. Dalam hal ini kunci pertanyaannya adalah apa yang Tuhan mau dalam hidup manusia. Apakah kehendak Tuhan untuk kita?
Dari awalnya, Tuhan menghendaki agar manusia bisa tinggal dekat denganNya dan memuliakan Dia. Dengan begitu, hidup manusia akan bahagia karena kemuliaan dan kasih Tuhan juga terpancar untuk mereka. Kejatuhan manusia membuat situasi berubah, kehidupan manusia menjadi berat. Tetapi rencana Tuhan tidak berubah, yaitu untuk memberikan apa yang terbaik kepada manusia yang dikasihiNya, di bumi dan di surga.
Sebagai orang percaya, kita percaya bahwa hidup di dunia ini adalah sementara saja. Hidup yang lama kita sudah diperbarui oleh darah Kristus. Karena itu, pusat perhatian kita adalah untuk hidup baru yang semakin lama semakin baik dalam hal menyerupai Kristus.
“Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Galatia 2: 20
Pagi ini, jika kita bangun dan sempat memikirkan apa arti hidup kita saat ini, biarlah kita sadar bahwa selama kita hidup di dunia, kita tetap harus melanjutkan perjuangan hidup kita; bukan untuk mencari kemuliaan dan kepuasan diri sendiri, tetapi untuk menjadi anak-anak Tuhan yang makin lama makin menyerupai Dia. Kita harus bersyukur atas apa yang ada, dan percaya bahwa hidup di surga yang dijanjikan Tuhan pasti akan datang. Pilihan Tuhan adalah yang terbaik!
“Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” 1 Tesalonika 5: 24