Manusia berusaha, Tuhan memutuskan

“Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” Matius 6: 27

Secara umum, perubahan iklim (climate change) adalah fenomena pemanasan global (global warming), dimana terjadi peningkatan gas rumah kaca (green house gasses) pada lapisan atmosfer dan berlangsung untuk jangka waktu tertentu. Penyebab perubahan iklim dan pemanasan global terdiri dari berbagai faktor yang berbeda serta menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia.

Iklim berubah secara terus menerus karena interaksi antara komponen-komponennya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor disebabkan oleh kegiatan manusia seperti misalnya perubahan pengunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil.

Ada banyak dampak perubahan iklim itu, antara lain:

  • Curah hujan tinggi
  • Musim kemarau yang berkepanjangan
  • Peningkatan volume air laut akibat mencairnya es di kutub
  • Terjadinya bencana alam angin puting beliung
  • Berkurangnya sumber air

Diantara mereka yang sering terkena dampak langsung perubahan iklim adalah kaum petani yang bergantung pada adanya persediaan air yang cukup. Musim kemarau yang berkepanjangan dan curah hujan yang terlalu tinggi bisa memorakporandakan usaha mereka.

Hidup manusia mungkin bisa dibayangkan sebagai hidup para petani yang bergantung pada adanya air dalam jumlah yang dibutuhkan. Adakalanya manusia dalam hidup ini menantikan datangnya pasangan hidup, pekerjaan, vaksin dan berbagai kebutuhan yang lain. Seringkali penantian itu berlangsung lama sekali dan karena itu rasa kuatir pun mulai muncul. Akankah aku mendapatkannya?

Mereka yang akhirnya mendapatkan apa yang diinginkan mungkin merasa lega. Rasa gembira muncul sesaat, namun apa yang diperoleh sering tidak seperti yang diharapkan. Rasa khawatir mula-mula muncul karena tidak adanya sesuatu, berubah menjadi rasa kuatir lain setelah datangnya sesuatu yang semula diharapkan. Hidup manusia dengan demikian tidak dapat mengalami kedamaian. Kurang bisa menjadi kuatir, tetapi terlalu banyak juga bisa menimbulkan rasa kuatir. Mengapa manusia selalu cenderung kuatir?

Kekuatiran menunjuk kepada kelemahan manusia yang tidak berkuasa atas masa depannya. Seandainya manusia bisa mengatasi semua persoalan hidup, kekuatiran tidak akan muncul. Dengan demikian, bagi orang beriman adanya kekuatiran di dunia hanya membuktikan bahwa semua manusia bergantung kepada kemurahan Tuhan semata. Karena itu, untuk orang yang percaya kepada Tuhan, kekuatiran sebenarnya tidak ada gunanya dan hanya memperlemah semangat hidup mereka.

Jika kekuatiran itu harus dihindari, “kepikiran” itu lumrah. Kita sebagai manusia harus bisa memikirkan apa yang bisa terjadi dan mengambil tindakan dan keputusan. Sebagai manusia kita tahu bahwa tiap hari ada persoalan yang harus kita hadapi (Matius 6: 34). Hidup tanpa menyadari adanya berbagai kemungkinan, risiko dan bahaya adalah hidup dalam alam mimpi. Tetapi, sebagai anak-anak Tuhan kita bisa menyerahkan segala persoalan kita kepadaNya. Tuhanlah yang mengambil keputusan apakah usaha kita adalah sesuai dengan rencanaNya dan Dia bisa membuat segala sesuatu yang tidak dikehendakiNya untuk menjadi apa yang baik sesuai dengan kasih dan kebijaksanaanNya.

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Filipi 4: 6

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s