“Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Roma 6: 4

Hari Sabtu Suci (juga disebut Sabtu Paskah, Sabtu Sunyi atau Sabtu Sepi (bahasa Latinnya adalah Sabbatum Sanctum yang berarti “Hari Sabat Suci”) berada di antara hari Jumat Agung dan hari Paskah. Hari Sabtu Suci merupakan hari terakhir dalam Pekan Suci yang dirayakan oleh orang Kristen sebagai persiapan perayaan Paskah. Hari Sabtu Suci memperingati saat tubuh Yesus Kristus dibaringkan di kubur setelah mati disalibkan pada hari Jumat Agung.
Berbeda dengan hari Jumat Agung dan Hari Paskah, hari Sabtu Suci tidak dirayakan di semua gereja. Khotbah tentang hari Sabtu Suci juga jarang ditemui. Karena itu, mungkin banyak orang Kristen menganggap bahwa hari ini adalah sekedar hari penantian Yesus untuk menuju ke hari Paskah. Benarkah begitu? Alkitab memang tidak begitu jelas menerangkan apa yang Yesus lakukan selama tiga hari di antara kematian dan kebangkitanNya. Namun ada bagian Alkitab yang menyebut bahwan Yesus pergi memberitakan kemenanganNya ke atas malaikat-malaikat yang telah jatuh dan roh orang-orang yang tidak percaya (1 Petrus 3: 19). Jadi, tidaklah benar jika Yesus dikatakan hanya menantikan kebangkitanNya dan tidak berbuat apa-apa selama berada di kubur.
Hidup ini memang sering dibayangkan seperti sebuah perjalanan menuju ke suatu tujuan. Tiap orang yang dilahirkan di dunia ini tentunya mempunyai, atau setidaknya pernah mempunyai tujuan hidup. Untuk mereka yang percaya bahwa hidup di dunia ini adalah satu-satunya kehidupan yang ada, perjalanan hidup itu mudah diterka. Ada yang dari kecil ingin untuk melanglang buana, ada juga yang ingin untuk menjadi orang ternama, dan banyak juga yang ingin untuk menjadi kaya raya. Perjalanan hidup yang mereka lakukan adalah usaha untuk mencapai tujuan hidup itu. Dan setelah itu tercapai, hidup hanyalah untuk melewati hari-hari tanpa tujuan berarti. Sebaliknya, mereka yang gagal untuk mencapai tujuan hidup mereka, rasa bosan, kecewa dan putus asa mudah datang karena penantian yang tidak kunjung berakhir.
Bagi umat Kristen, kebahagiaan duniawi bukanlah tujuan karena mereka mempunyai tujuan yang mulia yaitu hidup bersama Tuhan di surga. Pada hari Jumat Agung dua ribu tahun yang lalu, sebagai manusia Yesus menunjukkan bahwa perjalanan hidup manusia di dunia memang berakhir dengan kematian. Tetapi apa yang sudah dilakukanNya selama di dunia bukanlah sia-sia. Dalam perjalanan hidupnya menuju Golgota untuk menebus dosa manusia, Ia memakai hidupNya untuk menolong mereka yang menderita dan mengajarkan jalan kebenaran. Selama di kubur, Ia juga tetap bekerja sehingga semua yang telah diciptakan Tuhan mengakui kuasaNya. Dengan demikian, sesuai dengan ayat pembukaan di atas, kematian Yesus di kayu salib, penguburanNya dan kebangkitanNya pada hari yang ketiga adalah sebuah kesatuan yang menunjukkan kuasa dan kasih Tuhan.
Hari ini marilah kita belajar dari Tuhan Yesus bahwa hidup kita di dunia adalah sebuah perjalanan yang harus kita alami dan bukanlah tujuan hidup. Seperti Yesus, kita harus memakai seluruh hidup kita untuk memuliakan Tuhan, melayani sesama, serta memberitakan injil kebenaran sampai akhir hayat kita. Hidup kita harus juga berangsur-angsur berubah selama dalam perjalanan: mematikan hidup lama yang penuh dosa, untuk menjadi orang yang semakin dekat kepada Tuhan. Dan bila tiba saat kita untuk meninggalkan dunia ini, pada saat itulah kita mencapai tujuan perjalanan hidup kita!
“Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.” Roma 6: 5