Adakah rasa syukur kita?

“Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” Yesaya 53: 7

Ayat diatas menggambarkan bagaimana seekor domba mengalami penderitaan di tangan manusia. Domba itu dianiaya, tetapi dia tidak membuka mulutnya. Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang tidak dapat bersuara di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia hanya berdiam diri. Apa yang mengherankan ialah domba yang tidak berdaya itu sebenarnya adalah Oknum yang mahakuasa.

Tuhan Yesus datang ke dunia sebagai Anak Allah yang berwujud manusia. Sebagai manusia ia adalah sepenuhnya seperti kita, hanya saja Ia tidak berdosa. Sebagai Anak Allah, Ia adalah Tuhan yang mahakuasa, tetapi ia tidak menggunakan kemahakuasaanNya sebagai sesuatu yang menguntungkan diriNya sendiri, tetapi Ia justru merendahkan diri sehingga dapat merasakan segala penderitaan kita. Sebagai Tuhan, Ia sudah membuat berbagai macam mujizat yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa.

Adalah satu hal yang paling menakjubkan yang dapat kita lihat dari Anak Domba Allah ini. Pada hari menjelang penyalibanNya, kita mengenang betapa hebatNya pergumulan Yesus di taman Getsemani. Sang Domba yang tidak bersalah akan menghadapi kematian yang mengerikan, yang seharusnya dialami oleh seluruh umat manusia. KeringatNya mengucur deras seperti darah, dan hatiNya hancur karena Ia menyadari bahwa sebentar lagi murka Allah kepada umat manusia harus ditanggungNya di kayu salib. Pada waktu Yudas datang menjumpai Yesus dan memberi ciuman yang merupakan isyarat agar Yesus ditangkap, tentu Dia merasa sedih bahwa Yudas mengkhianatiNya.

Mengapa Yesus mau berkurban untuk umat manusia? Mengapa Ia yang mahakuasa tidak membuka mulutNya atau melawan mereka yang ingin menyalibkanNya? Mengapa Ia menghadapi kematian di kayu salib dengan kerelaan dan bahkan menyerahkan diriNya sepenuhnya kepada mereka yang ingin membunuhNya?

Sebagai manusia kita tidak dapat membayangkan bahwa semua ini terjadi karena kasih Tuhan yang sangat besar kepada seluruh umat manusia. Tuhan melihat kejatuhan manusia kedalam dosa dan tahu bahwa tidak ada jalan lain untuk menghindarkan manusia dari hukuman yang sepadan dengan dosanya. Pemberontakan kepada Tuhan yang mahakuasa dan mahasuci harus diberi hukuman yang setimpal: kematian dalam bentuk yang paling mengerikan.

Tuhan tahu bahwa tidak ada manusia yang bisa tahan menghadapi hukuman Tuhan. Tidak ada manusia yang bisa terlepas dari hukuman kecuali ada orang yang tidak berdosa, yang menggantikan seluruh umat manusia. Tebusan yang sangat besar karena seluruh umat manusia tersangkut didalam dosa kepada Tuhan yang mahasuci hanya bisa dibayar dengan harga tertinggi: Anak TunggalNya.

Hari ini, jika kita merenungkan penderitaan yang sudah dialami Yesus, kita mungkin takjub akan besarnya kasih Tuhan. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana Tuhan dengan kasihNya ingin menyelamatkan seluruh umat manusia, tetapi kita sadar bahwa dengan keadilanNya Ia harus menghukum mereka yang tetap tidak percaya kepada AnakNya. Biarlah kita boleh hidup dalam rasa syukur atas besarnya kemurahan Tuhan kepada kita dan mau membagikan kabar baik ini agar makin banyak orang yang diselamatkan!

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3: 16

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s