Apakah anda seperti Petrus?

Tetapi Petrus menyangkal, katanya: “Bukan, aku tidak kenal Dia!” Lukas 22: 57

Beberapa hari lagi, kita akan memperingati hari kematian Yesus, dan tentunya banyak orang Kristen yang membayangkan bagaimana suasana di Yerusalaem pada saat itu. Setelah Yesus ditangkap, Ia dibawa orang ke rumah imam besar. Yesus mungkin masih merasa lelah setelah bergumul dalam doa di taman Getsemani. Jelas penderitaan Yesus saat itu bukan hanya penderitaan jasmani. Yesus tahu bahwa penderitaan yang besar akan dialamiNya. Ia sebagai Anak Allah, juga merasa sedih karena orang-orang yang berseru “Hosana” sewaktu Ia memasuki Yerusalem di atas seekor keledai, sekarang tidak ada yang membelaNya. Yesus juga menderita secara rohani karena pengkhianatan Yudas yang dengan sebuah ciuman, menyerahkan diriNya kepada para orang-orang yang ingin mengadiliNya. Iebih dari itu, Yesus yang seharusnya diadili oleh yang berwenang, ternyata harus menghadapi orang-orang yang penuh rasa benci.

Petrus waktu itu melihat apa yang terjadi dengan rasa kuatir. Ia berusaha membela Yesus dengan memakai sebuah pedang, tetapi Yesus menegurnya. Petrus kemudian menyelundup ke rumah imam besar, tempat berkumpul orang-orang yang menangkap Yesus. Memang, diantara murid-murid Yesus Petrus terlihat sebagai murid yang paling setia. Petruslah yang secara tegas pernah mengakui Yesus sebagai Mesias dari Allah (Matius 16: 16). Tetapi pada malam itu, Petruslah yang menyangkal Yesus tiga kali.

Yesus jelas menyayangi Petrus sebagaimana adanya. Yesus tahu kelemahan Petrus, tetapi Ia dari awalnya meminta Petrus untuk menggembalakan pengikutNya. Yesus pasti tahu bagaimana kualitas iman Petrus yang sekalipun sering terombang ambing, selalu diiringi dengan keinginan untuk menjadi lebih baik.

Pada malam itu, Petrus teringat bahwa Yesus sudah pernah berkata sebelumnya bahwa ia akan menyangkali Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok. Itu membuatnya sangat menyesal atas apa yang sudah diperbuatnya. Ia menangis dan menyesali perbuatannya. Mungkinkah peristiwa itulah yang membuat Petrus menjadi murid Yesus yang setia sampai akhir hidupnya?

Berbeda dengan Yudas, penyesalan Petrus bukan atas kesalahannya terhadap orang yang baik hati yang bernama Yesus. Yudas menyesali pengkhianatannya, tetapi tidak sadar bahwa Yesus adalah Tuhan yang mahakasih. Petrus menyesali pengkhianatannya karena Ia sadar bahwa ia menyangkali Yesus, yaitu Mesias yang mengasihinya sejak awal sekalipun ia penuh cacat cela. Yesus yang menantikan setiap orang untuk bertobat dan mengikut Dia.

Seperti Petrus kita juga mempunyai berbagai kelemahan. Kita pun sering kali mengingkari Yesus untuk mengikuti jalan duniawi. Mungkin kita terkadang menyesali perbuatan-perbuatan kita, tetapi jika itu tidak disertai dengan kesadaran bahwa Yesus itu Tuhan yang mahakasih, penyesalan itu tidak bisa membuat kita kembali ke jalan yang benar. Seperti Petrus, kita bisa menjadi orang beriman yang yakin bahwa Yesus adalah Tuhan, dan Mesias yang sudah menebus dosa kita. Seperti apa yang terjadi pada Petrus, Yesus juga bertanya kepada kita apakah kita mengasihi Dia lebih dari siapa pun (Yohanes 21: 15). Dengan demikian, kita sendirilah yang bisa menjawab apakah kita bisa menjadi seperti Petrus yang akhirnya bisa kembali hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan.

“Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Matius 16: 18

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s