“Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas.” Mazmur 25: 16

Bagi saya yang sudah jarang menggunakan bahasa Indonesia yang baku, sering kali kata-kata yang saya pakai membuat rasa geli muncul di antara teman-teman yang mendengarnya. Itu tentunya karena saya sudah agak lupa akan arti atau cara penggunaannya. Kata “sebatang kara” misalnya, adalah ungkapan yang saya fahami artinya, tetapi saya tidak mengerti mengapa orang yang tidak mempunyai sanak saudara dikatakan seperti kara yang tinggal sebatang. Setelah melihat kamus, barulah saya sadar kalau kara adalah sejenis kacang-kacangan. Jadi mungkin orang yang sendirian digambarkan seperti satu tumbuhan yang hidupnya merana, kesepian, karena tinggal sebatang saja.
Memang masalah kesepian itu masalah yang sangat umum di kalangan apapun. Mereka yang muda mungkin kesepian karena hidup jauh dari orang tua atau karena ditinggal teman/pacar. Mereka yang berkeluarga mungkin kesepian setelah ditinggal atau dilupakan oleh suami, istri atau anak tersayang. Dalam kesepian, seseorang mungkin hidup di tengah keramaian, tetapi tetap merasakan bahwa hati dan pikirannya serasa kosong dan karena itu hidup pun serasa tidak ada artinya. Kesepian memang adalah salah satu penyebab utama penyakit kejiwaan, terutama di saat pandemi ini.
Pemazmur diatas merasakan kesepian karena sebatang kara dan tertindas. Memang manusia sebagai mahluk sosial selalu membutuhkan teman. Jika teman yang baik tidak dipunyai, serasa hidup kita sebatang kara. Apalagi jika kita berada dalam kesulitan. Yesus pun merasakan kesepian di taman Getsemani sebelum disalibkan karena semua orang, termasuk murid-muridNya, meninggalkan atau melupakan Dia.
Kesepian jugalah yang membuat seseorang mencari jalan keluar berupa berbagai aktivitas-aktivitas sosial untuk menghilangkan kebosanan, atau dengan sibuk mengumpulkan harta benda, membeli pakaian, makanan dan minuman secara berlebihan, memakai obat-obat terlarang, memiliki banyak mainan atau hewan peliharaan dsb.
Kesepian sebenarnya adalah tanda jauhnya Tuhan dari hidup manusia. Yesus merasa kesepian di taman Getsemane karena Allah Bapa membiarkan Yesus bergumul dalam usaha untuk menebus dosa manusia. Manusia mungkin merasa kesepian karena mereka telah hidup sesat, jauh dari Tuhan. Ada juga mereka yang kesepian karena belum mengenal Tuhan. Mereka yang kenal Tuhan sering juga merasa Tuhan itu jauh dan lambat bereaksi. Dan banyak juga manusia yang merasa kesepian karena iblis yang berusaha menghancurkan hidup mereka. Memang manusia mudah dikalahkan melalui kesepian.
Sulit bagi manusia jika tantangan hidup ini harus dihadapi seorang diri. Sejak dari awalnya Tuhan tahu bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri (Kejadian 2: 18). Tetapi, dalam kenyataan hidup ini masih banyak orang yang harus berjuang seorang diri baik di keluarga, sekolah, kantor dan bahkan di lingkungan gereja. Manusia agaknya sukar untuk mengerti perasaan orang lain. Manusia juga sulit diharapkan untuk mau atau dapat menolong sesamanya.
Kesepian adalah salah satu musuh besar manusia modern. Manusia yang makin individualis. Tiap orang, tua maupun muda, harus bisa menangani hidupnya sendiri. Teman, anak dan keluarga tidak dapat lagi diharapkan untuk memberi dukungan. Kekecewaan mungkin datang silih berganti dan segala aktivitas pelarian ternyata hanya memberi kebahagiaan semu yang bersifat sementara. Hanya satu yang tidak pernah berubah: Tuhan itu ada dan Ia tetap mengasihi umatNya. KepadaNya kita berharap, didalam Dia kita menemukan kedamaian.
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Matius 11: 28