“Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.” Matius 23: 9 – 10

Mungkin banyak orang yang tidak sadar bahwa pemakai bahasa Arab dari semua agama zaman Abraham, termasuk Kristen dan Yahudi, menggunakan kata “Allah” yang berarti “Tuhan”. Orang-orang Arab Kristen sampai saat ini tidak memiliki kata lain untuk “Tuhan” selain dari kata “Allah”. Kata Allah dalam tradisi Kristen Asyria juga digunakan daalam liturgi berbahasa Arab. Demikian juga Gereja Syria dan Koptik Mesir yang sama-sama telah menyebar sejak abad 1, semenjak Yesus mengutus para muridNya ke berbagai daerah.
Orang Kristen Arab, menggunakan istilah “Allāh al-ab” untuk Allah Bapa, “Allāh al-ibn” untuk Allah Putra, dan “Allāh al-rūḥ al-quds” untuk Allah Roh Kudus di dalam banyak ritual gereja, seperti tradisi membuat tanda Salib untuk berdoa, memasuki ruang ibadah, dan juga pembaptisan. Mereka mengadopsi salam pembukaan bismillāh Muslim, dan juga menciptakan bismillāh mereka sendiri di awal abad ke-8. Jika bismillah Muslim berbunyi: “Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bismillāh Trinitias berbunyi: “Dalam nama Allah Bapa dan Allah Putra dan Allah Roh Kudus, Satu Tuhan.” Jadi jelas ada perbedaan yang sangat besar.
Sangat menarik bahwa sebutan Allāh al-ab adalah identik dengan sebutan Allah Bapa di Indonesia. Seorang ayah adalah figur yang selayaknya dicintai dan dihormati oleh anak-anaknya karena ayah yang baik adalah bapa yang melindungi dan memimpin anak-anaknya. Walaupun demikian Yesus dalam ayat diatas melarang murid-muridNya memanggil siapa pun sebagai bapa karena hanya Tuhan di surga yang pantas disebut Bapa. Mengapa demikian?
Bapa yang disebutkan dalam Matius 23: 9 adalah Abba dalam bahasa Ibrani. Dalam konteksnya, Abba adalah oknum yang mempunyai kuasa, otoritas dan kontrol atas hidup manusia. Abba jugalah yang bisa memberkati manusia yang menurut perintahNya dan menghukum mereka yang durjana. Oleh karena itu, panggilan Abba dalam arti yang sepenuhnya hanya patut diberikan kepada Tuhan.
Jika panggilan Abba yang dilandasi dengan penyerahan total adalah hanya untuk Allah, sudah tentu Ia menuntut ketaatan dari umatNya yang lebih besar dari ketaatan yang diberikan manusia kepada ayah mereka. Sayang sekali bahwa tidak semua orang menyadari kemahabesaran Tuhan. Sebab sekalipun banyak orang mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya (Roma 1: 21).
Bagaimana pula dengan ketaatan kepada para pemimpin masyarakat, seperti pemimpin, sekolah, perusahaan, gereja, partai dan negara? Matius 23: 10 menyatakan bahwa kita hanya mempunyai satu Pemimpin yang sejati, yaitu Yesus Kristus. Pemimpin kita adalah Oknum Ilahi yang sudah berkurban untuk menebus dosa kita dengan darahNya.
Dalam hal ini, Filipi 2: 6 – 11 menyatakan bahwa Yesus yang adalah Allah, telah mengosongkan diriNya sendiri dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan itu, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi. dan segala lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Pemimpin sejati umat Kristen.
Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita akan siapa yang harus kita muliakan dalam hidup ini: Tuhan. Jika manusia cenderung untuk mengagumi, menghormati, menaati dan mengasihi orang-orang yang mereka pandang luar biasa, Tuhan yang maha esa, mahabesar, mahakuasa dan mahakasih adalah jauh lebih mulia dari semuanya. Kepada Allah saja kita patut memanggil Abba, dan kepada AnakNya yang tunggal kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya agar bisa dipimpin melalui Roh KudusNya.