Di tengah kegelapan ada perlindungan

“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” Mazmur 23: 4

Mungkin semua orang pernah mengalami lampu mati, alias listrik yang terputus, karena adanya masalah teknis dalam penyediaan listrik. Ini bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga ada di negara-negara lain, termasuk negara yang maju. Sewaktu saya masih kecil, seingat saya acara “petengan” alias lampu mati sangat sering terjadi di Surabaya, dan karena itu setiap rumah selalu siap dengan lilin, lampu tempel, atau lampu petromak. Bagi saya waktu itu, gelapnya ruangan bisa membuat hati menjadi kecil, karena adanya bayang-bayang yang bisa berbentuk seperti makhluk yang aneh dan menakutkan. Sesudah agak besar, biasanya rasa takut karena lampu mati menjadi berkurang; tetapi sampai dewasa pun banyak orang merasa tidak aman jika harus berjalan di tempat yang gelap tidak berlampu, karena adanya bahaya yang mungkin terjadi.

Ayat diatas adalah ayat yang sangat terkenal dan bisa dipakai untuk menguatkan hati mereka yang berjalan dalam lembah kekelaman alias mengalami kesulitan hidup. Malahan, ada orang-orang yang menghafalkannya agar mereka dapat langsung menyebutkannya ketika ada ancaman yang datang. Dalam terjemahan bahasa Indonesia, memang ayat itu seolah menggambarkan bagaimana pemazmur merasa terhibur ketika ia “berjalan dalam lembah kekelaman” atau “berjalan dalam lembah kegelapan”. Sekalipun tidak sukar untuk mengartikan kata-kata itu sebagai “mengalami kesulitan besar”, dalam beberapa terjemahan berbahasa Inggris bunyi ayat ini agak berbeda:

“Even though I walk through the valley of the shadow of death, I will fear no evil, for you are with me; your rod and your staff, they comfort me.”

Memang kata Ibrani untuk “bayang-bayang maut” adalah sal-ma-wet, yang artinya “kegelapan” atau “bayang-bayang kekelaman”. Kata itu serupa dengan kata Ibrani yang dipakai untuk “kematian” atau ma-wet. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa ada terjemahan yang menghubungan kata kegelapan dengan kata kematian atau maut.

Sayang sekali, karena pemakaian kata-kata “the valley of the shadow of death” yaitu “lembah bayang-bayang maut”, orang lebih sering memakai ayat ini dalam upacara penguburan orang Kristen. Ini tentunya kurang tepat. Bagi orang Kristen, kematian tidaklah menakutkan karena itu adalah perjumpaan dengan Kristus. Sebaliknya, rasa takut sering muncul selama kita masih hidup karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita.

Dalam ayat ini, dapat dirasakan bahwa pemazmur menempatkan dirinya sebagai seekor domba yang merasa aman karena sang gembala yang mempunyai gada dan tongkat yang bisa dipakai untuk mengusir binatang-binatang buas yang mengancamnya. Memang, sebagai orang percaya, kita adalah domba-domba Kristus yang mengenal Dia dan mengikut Dia. Yesus adalah gembala yang baik, yang ingin untuk membaringkan kita di padang yang berumput hijau dan membimbing kita ke air yang tenang (Mazmur 23: 2).

Tetapi, adalah kenyataan hidup bahwa setiap orang bisa mengalami berbagai masalah kehidupan. Kesulitan, kekurangan, penyakit, kecelakaan dan berbagai musibah bisa terjadi pada setiap orang termasuk orang Kristen. Apalagi, dengan adanya pandemi saat ini, semua masalah itu seperti bayang-bayang kegelapan yang sangat menakutkan.

Pemazmur menggambarkan bagaimana kita berjalan bersama gembala kita, Yesus. Perjalanan hidup memang tidak mudah dan bahkan penuh resiko, karena jika medan berubah menjadi berat dan gelap, hati kita mudah menjadi kecil dan kita pun menjadi takut. Hidup yang penuh ketakutan dan kekuatiran sudah tentu bukanlah hidup yang mudah dijalani. Jika kita bayangkan, domba yang mengalami ketakutan yang luar biasa bisa saja berusaha melarikan diri sekalipun ia tidak tahu kemana ia harus pergi. Ia mungkin saja lari menjauh dan akhirnya justru menjadi mangsa binatang buas.

Hari ini, kesulitan dan bahaya apakah yang sedang anda hadapi? Dalam keadaan bahaya, sebenarnya lebih baik agar setiap domba untuk tetap dekat dengan domba-domba yang lain yang dilindungi sang gembala. Demikian juga, dalam keadaan sulit, tidaklah bijaksana bagi kita untuk menghindari persekutuan kita dengan saudara-saudara seiman. Selain itu, untuk ketenteraman hidup kita, kita harus selalu ingat bahwa Yesus gembala yang baik selalu menyertai dan menguatkan domba-domba-Nya. Begitulah, sebagai domba yang mempunyai keyakinan akan kasih dan kuasa Gembala kita, marilah kita menghadapi masa depan kita dengan keberanian dan rasa damai karena Ia selalu beserta kita.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s