Menggunakan kebebasan dengan benar

“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” Mazmur 1: 1 – 2

Dalam suasana saat ini banyak orang sudah merasa jemu dengan adanya pembatasan aktivitas kehidupan yang disebabkan oleh adanya pandemi. Bukan saja jemu untuk berdiam di rumah saja, mereka juga merasa terkungkung dan tidak bisa bekerja seperti biasa. Apabila keuangan rumah tangga menjadi berantakan karena berkurangnya penghasilan, mungkin orang memilih untuk tetap bekerja seperti biasa dan melupakan adanya bahaya bagi dirinya atau keluarganya. Dalam hal ini, bukan saja rakyat yang merasakan adanya keinginan untuk bebas dari kungkungan pandemi, banyak tokoh masyarakat juga ingin agar kegiatan ekonomi tidak terhambat oleh adanya pembatasan kesehatan. Semua orang agaknya ingin untuk hidup merdeka.

Kemerdekaan atau kebebasan (freedom) adalah sesuatu yang didambakan setiap manusia. Kebebasan dari apa dan dalam hal apa? Menurut presiden Amerika yang bernama Franklin D. Roosevelt ada empat macam kebebasan yang seharusnya bisa dinikmati oleh orang di seluruh dunia:

  • Kebebasan untuk menyatakan pendapat
  • Kebebasan untuk beragama
  • Kebebasan dari kebutuhan
  • Kebebasan dari ketakutan

Apa yang diusulkan oleh presiden Roosevelt pada tahun 1941 itu adalah baik jika dipandang dari hak azasi manusia, dan karena itu disetujui oleh berbagai negara. Walaupun demikian, di zaman sekarang kebebasan sedemikian sering disalah-artikan atau disalah-gunakan. Bagaimana tidak?

  • Manusia menghendaki kebebasan untuk menghasut, menista dan membenci orang lain
  • Manusia ingin bebas untuk memilih apa yang akan disembahnya
  • Manusia ingin merdeka untuk berbuat apa saja untuk memenuhi keinginannya
  • Manusia ingin merdeka dari rasa takut kepada yang berwenang atau hukum.

Bertalian dengan hal di atas, ayat-ayat dalam Mazmur 1 membagi manusia dalam dua grup: mereka yang memilih untuk tinggal dalam Tuhan (godly people) dan mereka yang mau bebas dari Tuhan (ungodly people).

Dunia mungkin memandang orang yang beriman sebagai orang yang malang, yang tidak merdeka dalam hidupnya. Mereka terlihat membosankan karena dalam hidup mereka selalu mempertimbangkan firman Tuhan. Jika firman Tuhan melarang, orang yang sedemikian tidak akan mencari kesempatan untuk mencari jalan pintas dan apa yang terlihat nyaman,

Bagi mereka yang tidak mengenal Tuhan, kebebasan untuk melakukan segala sesuatu menurut kata hati mereka adalah sesuatu yang dipandang sangat berharga. Mereka yakin bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk menentukan masa depannya. Mereka mencemooh orang-orang yang taat kepada firman Tuhan dan peraturan pemerintah karena bagi mereka orang-orang itu tidaklah merdeka. Bagi mereka, orang-orang beriman adalah orang-orang bodoh yang tidak menghargai kehendak bebas (free will) yang seharusnya dipakai oleh setiap manusia untuk memilih apa saja yang dikehendakinya.

Apa yang tidak disadari manusia yang ingin bebas dari Tuhan adalah kenyataan bahwa manusia bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Mereka tidak sadar bahwa free will bukan berarti bebas untuk berbuat dosa, free to sin dan melakukan apa yang dipandang baik oleh manusia, tetapi yang dipandang sebagai kebodohan oleh Tuhan. Mereka yang ingin merdeka dari jalan yang ditunjukkan Tuhan justru akan jatuh ke dalam bahaya dosa dan masuk ke dalam perangkap iblis yang membawa penderitaan dan kebinasaan. Kemerdekaan manakah yang kita pilih?

“Sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan” Mazmur 1: 6

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s