Mengapa kita haus akan mukjizat?

“Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mukjizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya.” Yohanes 12: 37

Pandemi ini sudah berlangsung lebih dari satu setengah tahun, tetapi sampai sekarang orang tidak bisa menerka kapan dan bagaimana itu akan berakhir. Banyak orang yang berharap bahwa Tuhan akan memberikan pertolongan-Nya dengan melakukan suatu tindakan yang ajaib, karena kelihatannya manusia sudah menemui jalan buntu.

Tiap hari, jika kita perhatikan, memang ada berita-berita tentang keajaiban yang terjadi di berbagai sudut dunia. Bagi mereka yang percaya adanya kekuasaan Ilahi, kejadian semacam itu adalah sesuatu yang membuat mereka kagum atas kebesaran Tuhan. Sedemikian besar keinginan sebagian diantara mereka untuk meyakinkan diri bahwa Tuhan itu ada dan mahakuasa, mereka sampai-sampai mencari keajaiban dan mukjizat dalam segala bentuknya.

Di kalangan umat Kristen pun ada banyak orang yang selalu mencari pernyataan Tuhan dengan segala ragamnya. Ada orang-orang yang suka menafsirkan proses alami tertentu, seperti bentuk awan dan batu, sebagai penampilan Tuhan. Ada pula mereka yang menyukai orang-orang tertentu yang mengaku utusan Tuhan dan bisa melakukan hal-hal yang luar biasa. Lebih dari itu, banyak orang yang gemar mendengar pesan dari mimbar tentang pentingnya memohon agar Tuhan memberi mukjizat bagi umat-Nya.

Adalah hal yang menarik untuk disimak bahwa selama Yesus masih di dunia, Ia tidaklah selalu membuat mukjizat di tempat-tempat yang dikunjungi-Nya. Tuhan Yesus memusatkan tenaga-Nya untuk memberitakan kabar keselamatan dan mengajarkan firman-Nya. Mereka yang mengikut Dia bukanlah selalu mengharapkan adanya mukjizat, tetapi mereka ingin mendengar kabar baik dari Tuhan. Sebagai Anak Allah, kebesaran dan kasih Tuhan Yesus sebenarnya tidak perlu ditopang dengan mukjizat yang memang diperbuat-Nya pada saat-saat tertentu, tetapi sudah dinyatakan dengan kematian dan kebangkitan-Nya.

Dalam Perjanjian Baru, rasul-rasul harus bekerja keras untuk meneruskan pekerjaan yang sudah dirintis Yesus. Karena Yesus sudah tidak bersama dengan mereka, tugas untuk mengabarkan injil itu tidaklah mungkin dilaksanakan jika Roh Kudus tidak menyertai mereka. Untuk menambah otoritas mereka, Tuhan juga memberikan kemampuan untuk melakukan berbagai hal yang ajaib agar mereka yang tidak pernah melihat Yesus dan belum pernah mendengar nama-Nya, bisa diyakinkan bahwa Yesus adalah Tuhan yang mahakuasa. Keadaan pada zaman ini adalah berbeda, karena hampir semua orang di dunia sudah pernah mendengar nama Yesus.

Dalam ayat diatas tertulis bahwa sekalipun Yesus melakukan banyak mukjizat, sebagian orang tetap tidak percaya bahwa Ia adalah Anak Allah. Bagi mereka, apa yang mereka lihat tidaklah mendatangkan iman. Mungkin hanya sekedar show. Hati mereka tertutup untuk Tuhan. Bagaimana pula jika pandemi ini dilenyapkan Tuhan di bulan depan? Apakah semua orang akan percaya kepada-Nya? Tentu tidak. Kepercayaan manusia kepada Tuhan tidak bergantung pada adanya mukjizat.

Iman adalah percaya kepada hal-hal yang tidak terlihat, kepada Tuhan yang Roh dan kepada kuasa dan kasih-Nya. Karena itu, apa yang terlihat manusia belum tentu bisa membawa kepada iman. Yesus memberi kesempatan kepada Tomas untuk membuktikan dengan mata kepalanya bahwa Ia sudah bangkit. Tetapi Ia juga berkata bahwa adalah lebih baik jika orang bisa percaya dan berserah kepada Tuhan tanpa perlu, dengan mata, melihat keajaiban Ilahi.

Dari manakah iman jika tidak dari perjumpaan dengan kuasa Tuhan? Pertanyaan yang benar, tetapi belum tentu dijawab dengan dengan benar. Karena jawabnya belum tentu mukjizat yang kita lihat dengan mata. Iman datangnya dari Tuhan, yang sudah bekerja dalam hati seseorang. Sekalipun tidak ada mukjizat yang muncul, Roh Kudus terus bekerja untuk membawa manusia kepada iman yang benar. Karena itu, adalah lebih baik bagi kita untuk memohon agar Tuhan menumbuhkan iman kita setiap hari dalam pergumulan hidup saat ini, daripada memohon agar Tuhan menghilangkan pergumulan hidup kita. Kita harus bisa meyerahkan segala sesuatu kepada Dia. Kehendak Tuhanlah yang harus terjadi di bumi seperti di surga.

Tiap hari, setiap kali kita menghirup udara segar, kita harus menyadari bahwa hidup ini adalah sebuah keajaiban. Tetapi, keajaiban yang terbesar yang dilakukan Tuhan untuk kita adalah datangnya Yesus ke dunia untuk menyelamatkan kita. Inilah karunia yang terbesar, bahwa sekalipun kita sebenarnya harus mati karena dosa- dosa kita, melalui darah Yesus kita bisa menerima hidup yang kekal. Mengapa pula kita masih mendambakan datangnya mukjizat lain yang tidak dapat dibandingkan dengan pengurbanan Kristus?

“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Ibrani 11: 1

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s